🌹Pertemuan Natsu dengan Wanita Jahil🌹

10.8K 49 0
                                    


“Jika itu kenyataannya .....,” ujarnya terbata-bata. “Kau tahu kenapa Honoka bisa hamil?” tanya Natsu melipat kedua tangannya.

“Karena kamu ....” Tn. Yuu terhenti, kenapa Natsu menanyakan hal yang sudah jelas, apa yang aneh dalam pertanyanya. Natsu memandang sinis Tn. Yuu kemudian menyeringai seketika.

“Karena aku memperkosanya kan? Kamu mau bilang seperti itu bukan? Memang iya, karena aku memperkosanya makanya aku tidak seperti Naoki lagi. Bukan intinya, aku hanya ingin beri waktu pada Naoki dan Affry. Mereka pasti bisa melakukannya.”

Tn. Yuu menunduk. “Baiklah, aku akan memberikan mereka waktu dan berbicara pada orang tua Naoki,” ujarnya. Natsu kemudian tersenyum.

Memang benar Natsu mendapatkan Honoka karena dia memperkosanya, tapi dia melakukan itu atas ketidaktahunya sendiri. Saat itu waktu Natsu dan Naoki baru saja memasuki kampus.

Bruk....

"Akh!" teriak seorang wanita sambil memegang bahunya. Natsu melihat ke arah benda yang menabrak dadanya itu, matanya sedikit kesal. Tapi, setelah seorang wanita yang menabraknya, dia menjadi sedikit tenang.

"Jalan pakai mata!” ucap wanita yang menabraknya. Wanita itu hanya melihat pria yang di depannya dengan tatapan tajam lalu mengumpulkan barang-barangnya yang berjatuhan.

Natsu heran, dicernanya semua perkataan wanita itu. Sejak kapan jalan menggunakan mata, bukannya mata gunanya untuk melihat? Apa wanita itu tidak pernah sekolah?

"Kata guru dan ibuku orang jalan pakai kaki bukan mata, gunanya mata untuk melihat, apa kamu tidak pernah sekolah? Atau semasa sekolah kerjamu hanya main-main saja,” ucap Natsu.

Wanita itu menatapnya kesal, dipijaknya kaki pria yang memancing emosinya  tersebut dengan sangat kuat, membuat pria itu meringis kesakitan  sambil memegangi kakinya yang dipijak.

Matanya melotot memandang wanita itu, dia hendak marah. Tapi, seketika ia mengingat perkataan orang tuanya untuk tidak membuat hati seorang wanita terluka. Walau dia tidak mengerti maksud dari perkataan orang tuanya, dia janji tidak akan pernah mengajak seorang wanita bicara.

Karena bagi Natsu, dengan cara itu dia tidak akan melanggar perkataan orang tuanya. Di pikirannya hanya ada satu, bagaimana caranya melukai hati seseorang wanita? Bukannya hati berada di dalam tubuh? Kalau dia melukainya berarti dia harus membunuh seorang wanita dong.

Wanita itu hanya tersenyum sinis lalu pergi meninggalkannya. "Sialan! Dasar laki-laki bodoh! Akan kukerjai kau!" gerutu wanita itu, sedangkan Natsu memegangi kakinya yang dipijak, sambil loncat-loncat karena gak bisa berdiri dengan satu kaki, kaki satunya lagi diangkatnya, untuk menjaga keseimbangan.

"Kamu tidak apa?" ucap teman Natsu sambil menepuk bahunya.

“Tidak masalah,” ujarnya masih sedikit kesal.

Setelah pulang kampus, mereka bergegas pulang. “Natsu, ke rumahku yuk!” ajak Naoki. “Tidak mau, aku mau menonton di rumahku sendiri,” tolaknya membuat Naoki sedikit kesal.

“Kalau kamu gak mau ....” Naoki berpikir sejenak, hal apa yang membuat Natsu takut supaya dia mau datang ke rumahnya? Dipandangnya sekeliling, tak ada satu pun yang membuatnya mendapatkan ide. Hingga sampai saat dia melihat wanita yang menabrak Natsu.

“Kalau kamu tidak mau, aku akan bilang sama wanita itu kalau kau suka sama dia. Gak jadi ... gak jadi, aku akan umumkan ke semuanya kalau kau suka wanita yang berpakaian putih, dengan tas yang berwarna hitam yang ada di dekat taman dengan sangat kuat!” Naoki tersenyum, sedangkan Natsu menatapnya kesal.

“Baiklah, aku pergi,” jawabnya kesal.
Mereka berjalan melewati taman, bahkan melewati wanita itu juga. Natsu memalingkan matanya menganggap wanita itu tidak ada. “Dasar cowok gila!” gumam wanita itu saat melihat Natsu dan Naoki berjalan melewatinya.

“Kenapa kamu?” tanya seorang wanita yang tak lain adalah teman dari wanita yang menatap Natsu dan Naoki dengan tatapan sinis. Wajahnya sedikit masam, tatapannya berpikiran aneh untuk mencelakai Natsu.

“Bantu aku,” ucapnya pada temannya.

“Apa?” tanyanya.

“Kamu rayu pria yang ada di samping kanan lalu bawa pergi, aku akan berurusan dengan pria yang di sebelah kiri,” ucapnya menunjuk Natsu dan Naoki.

Wanita yang diperintah itu tersenyum, segera mereka berdua langsung berlari mengikuti Natsu dan Naoki. “Hai tampan,” ucapnya memukul pundak Naoki, sontak Naoki kaget dan meninggikan suaranya.
“Siapa kau!?” tanyanya kuat.

“Aku Hyme, kamu?” tanyanya memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangannya. Naoki memandang tangan itu.

“Naoki,” jawabnya tanpa menerima jabatan tangan wanita itu atau yang lebih tepatnya Hyme.

“Oh,” ucapnya menarik tangannya kembali, wajahnya sedikit kesal dan malu karena Naoki menolaknya.

“Maaf, kata tunanganku. Aku tidak boleh menyentuh wanita lain,” ucapnya membuat Hyme sontak.

“Tunangan? Pria ini sudah bertunangan? Astaga aku tidak mau dikatakan perebut suami orang,” batinnya menatap wanita yang menyuruhnya tadi. Wanita itu, membulatkan matanya menandakan agar dia segera membawa Naoki jauh.

“Ayo kita ke sana,” ajak Hyme.

“Tidak aku mau pulang sama Natsu.” Naoki memegang tangan Natsu dan menariknya pergi. Mata kedua wanita itu melihat tangan mereka, berpegangan tangan layaknya homo.

“Apa mereka homo? Apa kau menginginkan pria homo? Akh ... jangan bilang kalau tunangannya adalah pria itu!” Mereka saling menatap, sedangkan wanita yang ingin menjahili Natsu tersenyum mendapatkan ide.

“Kenapa kau tersenyum?” tanya Hyme sedikit curiga.

“Lihat saja besok pagi.” Hyme menaikkan alisnya, apa yang akan dilakukan temannya besok pagi?

“Apa kau akan membuat mereka malu?” tanya Hyme lagi.

“Lebih tepatnya membuat pria yang bersamaku tadi malu.” Dia kemudian tersenyum sendiri, membuat Hyme berpikir kalau temannya ini sudah gila.

Keesokan harinya, semua mahasiswa/i berkumpul di majalah dinding sambil berdesak-desak, Naoki dan Natsu yang baru saja datang ikut melihat kejadian apa yang membuat semua orang heboh.

Saat mereka ikut melihat. “Bukankah mereka!” teriak salah seorang dari kerumunan tersebut, Naoki dan Natsu kaget, tangan yang berteriak tadi menunjuk ke arah mereka berdua.

Mereka berjalan mundur sedangkan para mahasiswa/i lainnya berusaha mendekati mereka. “Ternyata memang benar, lihatlah mereka menggunakan warna baju yang sama, tas yang sama dan sekarang lihat mereka berpegangan tangan.”

Mendengar pernyataan pria tersebut mereka langsung melepaskan tangan masing-masing. “Apa yang terjadi?” tanya Natsu.

“Tidak ada, tapi sayang sekali kamu menyia-nyiakan hidupmu, dirimu tampan dan banyak wanita yang menginginkanmu.”

Natsu tidak mengerti maksud dari perkataannya, semakin lama kerumunan tersebut semakin bubar. Naoki langsung berlari melihat  majalah dinding, dipandangnya hal yang membuat semua orang berkumpul.

Dua Orang Pria Jurusan xxxx Homo! Tidak Percaya? Kalian Bisa Datang Langsung Ke Kelasnya.

Naoki heran siapa yang dikatakan homo? Dipandanginya ke samping tulisan tersebut, dia kaget saat melihat fotonya dan Natsu ada di situ. Berarti yang dikatakan homo adalah dia dan Natsu.

Naoki menatap Natsu. “Apa kalian sekarang malu?” tanya seorang wanita, Natsu memandang ke asal suara tersebut.

“Kamu yang buat?” tanyanya.

“Iya,” jawab wanita itu.


⚘Polos⚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang