بسم الله الرحمن الرحيم
Ujian bukan tanpa sebab diberi.
꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒷꒦꒷
Namaku Bitna nur rumaisha
Ini hidupku yang kuhabiskan dipesantren bersama dengan umma tanpa dikunjungi orang tua seperti anak pesantren lainnya
Bagai awan yang selalu dipuji atau diberikan gerutuan orang lain ketika berwarna hitam
Bagai bunga dandelion dengan serpihan bunganya yang melayang-layang akan jatuh dan tumbuh membuat kehidupan baru.
Namun apakah aku akan berakhir seperti bunga dandelion? Ataukah tak ada harapan untukku?
"Aku ingin pulang" mataku menatap lurus, langit sudah gelap
Kakiku melangkah entah kemana, ditengah terik matahari dan bersama dengan suara lirih menyebut nama 'Allah' terus melangkah tanpa alas kaki, karena tali sendal yang putus.
Semakin berjalan dan mencari masjid untuk sholat maghrib aku tidak sadar bahwa jalanannya sudah sepi, hanya ada aku dan rombongan laki-laki sedang nongkrong didepan.
"Eh.. mau kemana?" Aku menunduk dan terus melangkah
"Kenapa nunduk terus? Jelek lu?" Mereka tertawa, sedangkan aku tak berhenti terus menyebut nama 'Allah'
"Balagu amat si lo*" aku hampir terjungkal karena mereka menarik kerudungnya dari belakang
"Wah cantik nj*r"
"Biarkan aku lewat, kumohon" Ucapku lemah, tenagaku benar-benar terkuras habis. Dirinya juga belum menunaikan sholat maghrib sedangkan Waktu maghrib tidak panjang.
"Alah bac**t, gw suka sama lu enak aja lu nyelonong. Beliin kita miras baru kita izinin lewat" Ucap salah satu dari mereka.
"Sok jual mahal ya semua cewek model kayak lu, bikin muak!" Ucap yang lainnya
Mereka ada 6 orang, sedang bitna sendiri. Tapi dia tak takut sama sekali, dia punya pelindung yang lebih besar 'Allah swt'
"Eh woii ada tasnya tuh!!!" Ucap pria yang sedari tadi diam, matanya menatap teman-temannya.
"Ambillah!"
"Gini deh gw ga akan nyentuh lu kalau serahin tasnya, gausah amer cukup tas aja. Adil kan?" Kupeluk tasku erat dan menaruhnya di depan dada.
'Bagaimana ini?' Batinnya mulai ketakutan
Ia tidak akan pernah menyerahkan tasnya, ada Al-Quran yang diberikan umma di dalamnya
"Nah pas banget kita lagi ga mau pake kekerasan, jadi mending serahin! Kita ga akan ngasih penawaran dua kali" Tubuhku sudah bergetar ketakutan berusaha mencari cara agar bisa kabur.
"Gw ambil paksa ajalah!" Ucap laki-laki yang bertato
"Tidak! hanya itu yang saya punya, saya belikan miras saja tidak apa.."
"Alah!!" Mereka menariknya.
"JANGAN SENTUH ITU!!" Bitna menangis, sesuatu yang seharusnya tak disentuh malah tersentuh.
"Wah kurang ajar lu bro! Bangke lu ga bagi-bagi" saat mereka ingin menyentuhku bersamaan, aku mendengar suara siren polisi
"Kabur buru! Cepetan! " Mereka berlari dengan cepat membawa tasku
"To.. tolong.. to.. long saya" lalu pandanganku buram
·❈·❈·❈
"Ini informasi tentang anak perempuannya" pria itu mengangguk lalu membaca dengan teliti
"Ini tangan ibunya tuan" lanjutnya
"Berikan pada lai" O mengangguk lalu berjalan kearah kolam yang terdapat ribuan piranha
"Siapkan jasku" ucapnya dengan riang
"Jangan lupa bawa stun gun O!"
------------------
*Stun gun alat kejut listrik
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia and Muslimah
Teen FictionPilih mana? °Sendiri dalam taat atau °Berpasangan dalam maksiat Suatu saat akan ada saat dimana kita tidak ingin dihianati namun tetap terhianati, bukan keinginan mu tapi takdir sudah dirajut sedemikian rapi. Seperti halnya musim yang berganti d...