11. Pertemuan Singkat

16 7 0
                                    

"Bang Iyaaaaan!" teriak seorang wanita berumur 20th.

"Apaaa?!" yang dipanggil sontak langsung keluar dari kamarnya dan segera turun ke meja makan.

"Roti bakar gue lo makan kan?" tanya Alea sambil menunjuk muka Adrian dari dekat dengan jari telunjuknya.

Terlihat roti bakar dengan varian rasa coklat dan stroberi hanya tinggal separuh saja.

"Iya. Lagian naro makanan di meja makan. Yaudah gue makan." dengan santainya Adrian menjawab.

"Meja makan emang tempatnya buat naro makanan! Nanya dulu kek kalo mau makan makanan orang!" sarkas Alea dengan nada bicara sangat tinggi.

"Yaudah maaf." ucap Adrian.

"Gue nggak mau tau, lo harus tanggung jawab!"

"Apaan?"

"Beliin gue roti bakar persis kayak gini!"

"Belinya dimana?"

"Samping minimarket depan komplek."

"Lo ikut."

"Dih? Ogah! Gue udah beli capek-capek lo makan lagian. Gantian!"

"Terus gue beli sama siapa?"

Tiba-tiba pria paruh baya sekitar berumur 42th berada di meja makan, menghampiri kedua kakak-beradik sedang bertengkar.

"Ada apa sih, kak, bang?"

"Ini pa, bang Iyan makan roti bakar Alea." ucap Alea dengan wajah cemberut.

"Alea aja yang naro rotinya di meja makan. Ya abang makan lah."

"Gunanya meja makan apaan?! Buat panggung?!" kini emosi Alea sudah berada di ubun-ubun. Alea harus sabar menanggapi kakak laki-lakinya yang jailnya minta ampun.

"Buat naro makanan."

Alea menggerutu di dalam hati. Selalu saja Adrian menjawab dengan santainya. Padahal Alea sedang marah besar pada kakak laki-lakinya.

"Shuuut udah-udah! Kok jadi pada berantem sih?! Biar adil, bang Iyan sama kak Alea belinya berdua. Sekalian beliin buat seisi orang rumah. Nih papa kasih uangnya." ucap papanya sambil menyodorkan selembar uang berwarna merah.

"Nggak usah, pa. Pake uang Iyan aja." kata Adrian menolak dengan nada lembut.

"It's okey, kalo kamu maksa."

"Sono lo rapi-rapi." ucap Adrian.

"Gue udah rapi."

"Pake mobil apa motor?"

"Motor."

"Yaudah. Gue mau izin ke Alan dulu. Sekalian ngambil konci motornya dia."

"Ish! Ngapain sih minjem-minjem segala. Lo kan punya motor, bang!"

Adrian menghela napasnya panjang. Sepertinya adik perempuan satunya ini sedang PMS. Sedari tadi bawaannya marah-marah terus. Alvino yang melihat hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak pertama dan keduanya.

"Udah sana jalan." ucap Alvino.

"Ayo adikku tercinta!" ucap Adrian sambil berjalan. Tangan kirinya ia gunakan untuk merangkul Alea.

***

Jam menunjukkan pukul 10 malam. Seorang gadis dengan piyama yang melekat di tubuhnya, sedang berada di balkon kamarnya. Sesekali ia menghela napas pelan sambil memikirkan mamanya yang mengalami sedikit perubahan. Sering melamun entah apa yang dipikirkan mamanya.

ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang