16. Diculik

12 3 0
                                    

Aluna membuka matanya perlahan. Ia duduk di kursi kayu yang lumayan reyot . Merasakan sesuatu ditubuhnya, tali tambang mengikat diseluruh tubuh, tangan dan kakinya.  Ia terkejut melihat suasana kamar tua dengan cat berwarna putih sudah kehitaman, bingkai foto yang sudah retak, kasur usang dan lampu yang meremang. Ia tidak tahu dimana ia sekarang. Yang Aluna ingat ada seorang pria yang membekap mulutnya.

"Hah?! Gue dimana?!" Aluna panik tidak ada satu orang pun disini,"Tolong gue dimana?!"

"Mama?! Papa?! Kalian dimana!"

Aluna terus berteriak mencari bantuan. Ia tak tahu bagaimana ia bisa berada ditempat yang tak layak ini. Tak lama ada seorang pria tampan berstyel serba hitam membuka pintu kamar dengan senyum smirknya.

"Udah bangun, cantik?" ucap pria tersebut seraya mencolek pipi Aluna. Aluna segera membuang mukanya dengan kasar. Siapa pria ini? Beraninya menyentuh dirinya dengan seenaknya.

"Siapa lo?! Lepasin gue!"

Pria tersebut mengambil alih duduk di hadapan Aluna. "Apa lo bilang? Lepasin? Udah tengah malem. Lo mau kemana emang?"

Sial.

"Jadi gue disini dari tadi sore?"

"Yaps. Gue kasih lo obat tidur. Gue tau lo capek, jadi biar lo istirahat dulu."

Pikiran buruk mulai berkecamuk di dalam otak Aluna. Kenapa ia baru sadar sekarang? Apakah pria ini jahat padanya? Apakah pria ini sudah melakukan hal tak wajar pada dirinya saat tertidur? Baju, celana, sepatu masih melekat di tubuhnya. Tidak ada perubahan. Hanya saja rambut kuncirnya yang tadinya rapi sekarang sedikit berantakan.

"Kenapa ngelamun? Lo pasti lagi mikirin gue macem-macem sama lo. Tenang. Calm down. Gue nggak macem-macem." pria itu mencolek pipi Aluna, lagi.

"Siapa sih lo?!" Aluna membentak pria tersebut dengan nada bicara tinggi.

"Roy William." nada bicara yang pria tersebut keluarkan sangat tegas. Bahkan hampir bentakkan.

Dia pasti jahat. Gue yakin.

"Lo tau nama gue?"

"Aluna Gadista."

"Darimana lo tau?"

"Lo nggak perlu tau."

"GUE YAKIN LO ORANG JAHAT! LEPASIN GUE! GUE MAU PULANG!" Aluna berbicara dengan Roy menggunakan nada bicara tinggi. Roy pun tak kalah keras membalas bicara Aluna.

"GUE NGGAK SUKA CEWEK BENTAK COWO! LO DIEM ATAU LO NGGAK BISA PULANG?!"

Mata Aluna berkaca-kaca. Mulutnya bergetar. Ia mencoba melepas ikatan tambang di tangannya. Memang sulit. Tangannya berada di belakang senderan kursi yang ia duduki. Tapi Aluna tak menyerah, ia terus berusaha walaupun pergelangan tangannya sudah memerah.

"Mau coba kabur lo?" Roy mengimintidasi pergerakan Aluna dengan kedua mata sorot tajam.

"LO JAUHIN ALAN ATAU LO NGGAK AKAN BAHAGIA!"

Kenapa tiba-tiba dia minta gue jauhin Alan? Aneh.

"Jauhin? Selama ini gue nggak deket sama dia."

ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang