15. Masih Suka, Belum Cinta

10 3 0
                                    

"Lo nggak perlu ngerasa sendiri. Karna banyak orang yang sayang sama lo."

***

Hari ketiga sudah waktunya murid SMA Nusa Bangsa pulang ke rumah.  Mulai dari pesta api unggun, mencari jejak malam, memasak bersama dan lain-lain. Semua itu sudah dilalui dengan gembira. Sekarang siswa maupun siswi sedang packing. Membereskan semua barang yang mereka bawa. Kebanyakan murid diantaranya membawa tas ransel. Tidak di perbolehkan membawa koper. Ini camping bukan liburan!

Aluna sudah selesai merapikan barang-barangnya. Ia duduk santai di atas rerumputan hijau. Gadis berstyle baju lengan panjang warna merah, serta celana levi's hitam itu tersenyum sumringah melihat betapa bahagianya ia sekarang dapat bersenang-senang dengan banyak teman.

Tanpa sepengetahuan Aluna, lelaki tampan dengan kaos polos putih, celana jeans hitam dan jangan lupakan jaket hitam jeans yang selalu melekat di tubuh atletisnya sedang tersenyum memandang gadis berparas cantik di sampingnya. Membiarkan ia memandang dengan dekat.

Sadar di pandang dengan seseorang, Aluna menengok mendapati Alan sedang tersenyum manis.

"Eh, Alan. Dari tadi di sini?" tanya Aluna membuka suara.

"Nggak paling baru tiga menit."

"Emang lo itung?"

"Iya. Setiap detik, menit, jam selalu gue itung kalo lagi sama lo." ujar Alan seraya menatap Aluna dengan sorot yang tak bisa dijelaskan.

"Apa sih." ujar Aluna tertawa seraya menepuk pelan bahu Alan.

"Kenapa senyum terus dari tadi?"

"Nggak papa. Lagi seneng aja."

"Kenapa?"

"Kalo gue cerita ke lo, lo mau dengerin?"

"Pasti."

Aluna berganti posisi lebih mengahadap Aluna, begitupun sebaliknya Alan berhadapan dengan Aluna. Sekarang posisi mereka saling berhadapan.

Aluna menarik napasnya perlahan, lalu membuangnya, "Pas di sekolah lama gue, gue nggak pernah seseneng ini. Gue di jauhin banyak temen. Bahkan, nggak ada satupun yang mau temenan sama gue. Gue nggak tau alesannya kenapa semua orang ngejauhin gue. Gue dulu selalu ngerasa sendiri. Gue iri sama orang-orang yang punya banyak temen. Gue dulu korban bullying. Setiap hari gue di hina pake kata-kata kasar, di palak paksa sama senior-senior. Bahkan, gue pernah di tonjok abis-abisan sama para jablay senior disana. Gue sabar setiap hari di perlakuin gitu. Selama satu setengah tahun gue ngejalanin hari-hari begitu. Sampe akhirnya nyokap gue tau. Gue ngerahasiain ini dari nyokap. Mama sempet nangis waktu tau gue digituin disekolah, mama gue nggak terima gue diginiin. Mama mutusin buat pindah sekolah. Nyokap gue tau sekolah ini, dari nyokap lo. Gue harap, dengan gue sekolah disini, gue dapet yang lebih layak. Tuhan ngabulin harapan gue. Dan gue rasa, gue harus berubah jadi yang lebih baik lagi."

Aluna menangis, mengingat cerita masa lalunya yang kelam. Alan sedikit tertohok mendengar penuturan yang diceritakan oleh gadis tersebut. Ia kelimpungan, bagaimana cara membuat perempuan berhenti menangis. Tolong beritahu Alan sekarang.

"Jangan nangis." Alan mengusap air mata di pipi Aluna.

Tanpa aba-aba, ia mengambil kedua tangan Aluna, lalu mengenggam erat seolah memberi ketenangan untuk gadis di hadapannya ini.

ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang