Efek cahaya merah ciptaan Tyran memang datangkan bencana yang hebat. Angin puting beliung. Gemuruh petir di mana-mana. Bencana seakan hadir untuk menyingkirkan tempat perlindungan bagi makhluk hidup. Namun, Tuhan memberi sebuah kelebihan. Mereka mampu bertahan hidup dalam kurungan kiamat kecil ini. Buktinya, warga-warga yang mencari tempat perlindungan mendadak berhenti amati sesuatu di seberang.
Di sekitar cahaya merah yang kian meluas itu, sebuah daratan muncul dari kedalaman laut. Daratan tersebut semakin tinggi menutupi area berbahaya dan seiring berjalannya waktu, sekumpulan manusia itu tak diterpa badai lagi. Sontak mereka terperangah tak percaya, khususnya seorang pria paruh baya dengan topi baret yang memeluk anak-anak.
"Ini tidak mungkin...," katanya menggeleng tak percaya. "Apakah itu penampakan batas kerajaan Herbiopheia?"
Mereka takkan tahu bahwa ada kehidupan di balik cahaya merah itu. Di sana, Aquilla berhasil menahan Achio dengan memeluknya dari belakang. Ia tak peduli tangan Achio meronta-ronta ke depan dan terus memanggil sang ibu atau serangan terbuka Deino yang menusuk punggungnya.
"Achio!" Sang Ibu mulai memandang Aquilla sengit. "Lepaskan dia. Dia anakku!"
"Benarkah kau ibunya?" tanya Aquilla melepas pisau kecil di punggungnya yang kemudian melumurinya dengan darah. Bilah tajam itu menunjuk leher Achio. "Meski aku akan berlaku jahat dan membunuh anakmu ini?"
Kali ini, mata wanita itu membola sewot. "Kau...."
"Bercanda." Dengan lincah, mata pisau pindah menunjuk 'ibu' Achio dan melesat bagai melempar kartu pada celah ramping. Dalam benak Aquilla, harusnya dia menangkis dan rupanya benar! Wanita itu melakukan sesuai dugaannya!
Tanpa berpikir panjang, Aquilla melakukan tornado kick supaya pisau bergagang penuh darah itu balik menyerang lawan bahkan ia keluarkan pedang jarum di balik punggungnya untuk menghujam dada si wanita dari bawah. Alangkah terkejutnya tangan perempuan itu terbakar dan berubah mengerikan bak tangan monster, mampu hempaskan pisau berlumur darah tersebut begitu mudah. Tak sampai situ, ia meninju pedang Aquilla hingga pecah tak bersisa.
"Kau benar-benar pengganggu!" Ia langsung cekik leher Aquilla sampai kakinya melayang. Perempuan itu perlihatkan wajah aslinya. Gaun sutra hitam beserta bunga mawar. Mata merahnya menyala murka dengan mangsa yang didapat.
"Ty-tyran----akh!" Tekanan kuat Tyran membuat Aquilla menjerit kesakitan. Ya, teruslah memekik. Dengungkan suara menyakitkan itu. Tyran semakin bergairah untuk remukkan tulang lehernya.
"JANGAN SAKITI DIA!" Achio lekas berlari padanya. Sejenak Tyran meliriknya. Apa yang Achio bawa supaya bisa melawannya? Dia hanya berlari bersama puluhan kupu-kupu biru. Apa jangan-jangan....
"Perlu Anda ketahui, kekuatan Aquilla tidak boleh dipandang remeh."
Benar. Kekuatan perempuan dalam genggamannya ini tak boleh ia remehkan, tapi Achio juga adalah salah satu yang musti diwaspadai.
"Deino."
Sosok itu muncul usai Tyran melempar Aquilla untuk Achio. Entah apa yang tuannya perintahkan, Deino keluarkan seluruh jenis machine gun dari punggungnya. Mereka muntahkan banyak sekali bilah pisau belati pada semua lawan, yang kemudian memanjang bak menodong tawanan dalam sekali bentangan kipas. Mereka tak dapat bergerak sekarang. Sedikit saja akan torehkan luka tusuk.
"Kalian benar-benar menyusahkan," kata Tyran sempat merasakan nyeri pada tangan bekas mencekik Aquilla. Itu pasti darah suci yang masuk dalam pori-pori kulitnya. Ia dekati Achio dengan tatapan gairah. Namun, mata biru safir itu malah berkaca-kaca ketakutan.
"Dengar. Meski aku terlihat kejam, tapi aku selalu berbaik hati memberi pilihan." Suara pelan Tyran mampu terbitkan senyum miring di bibir merah Aquilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achio: The Legend of Seven Paradise
FantasíaSang pendongeng di luar sana pernah menceritakan legenda tujuh surga, tujuh tempat yang memiliki satu benda sakral untuk menghancurkan tujuh kutukan autis dan memberi kekuatan serta menjadikannya sebagai raja di atas penguasa tujuh surga bagi yang m...