Evanescent

222 50 10
                                        

Felix sama Chaewon sekarang cuma keliling-keliling antar kompleks, masuk gang-gang kecil, sampe nyepeda di kolong flyover juga.

Gatau itu mereka kenapa nyasar sampe kolong flyover.

Felix-nya emang dasar laper mata juga tiap liat jajan pinggir jalan selalu berhenti. Terus liat Chaewon yang tiap ditanya mau juga apa engga pasti jawabannya engga tapi ujung-ujungnya punya Felix dimakan juga. Untung Felix anak sabar, gagah, dan berani.

"Won ada siomay, melipir dulu bentar."

"Heh ini udah ada cilok," kata Chaewon yang tangannya asik mencomot cilok Felix.

Iya yang beli Felix, Chaewon megangin di belakang. Katanya bahaya naik sepeda sambil makan cilok. Iyasih Chaewon daritadi megangin sampe tinggal saos kacangnya doang.

"Pokoknya mau beli siomay, no debat!"



"Pak baksooo!"



"Batagornya goceng bang."



"Kok ada bubur ayam sore-sore. Kasian pasti paginya ga laku. Won ayo beliii!!"



Terserah Felix, Chaewon sudah capek sendiri.

"Abis ini ke kfc yuk," kata Felix ringan.

Padahal dia masih mengunyah batagor yang dibelinya tadi.

Chaewon setengah melotot mendengar ocehan Felix.
"Udah ih, mau apalagi sih?"

"Float sama sundae."

"Ih mauu!!"

Kalau ada predikat orang terlabil di dunia maka gelar itu jatuh pada Chaewon.























"Stop stop, minum disitu aja," ucap Chaewon.

Felix melihat sekitar lalu berhenti. Chaewon sudah berlari terlebih dahulu ke pinggiran lapangan sepak bola di depannya. Lalu duduk menghadap matahari memamerkan warna jingganya.

"Mana float-nya, aus." Chaewon mengulurkan gelas plastik berisi minuman warna-warni itu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Kesurupan?" Tanya Felix.

Chaewon menggeleng. Enak saja dibilang kesurupan.

"Inget pas kecil," Chaewon menanggapi dan pikirannya menerawang jauh ke belakang.

"Ga pernah ada apa-apa di sini, apanya yang spesial?"

"Bukan di sini, tapi di lapangan yang deket rel kereta, inget?"

Felix mencoba mengingat kembali masa kecilnya. Bermain sepak bola tiap sore adalah hobinya. Sore-sore seperti ini tidak akan ada yang bisa menghentikan permainannya kecuali teriakan mamanya yang bilang kalau matahari mulai tenggelam akan banyak hantu penculik anak-anak.

Kenangan menyenangkan bersama teman-temannya banyak ia tinggalkan di sana. Berbeda dengan Chaewon.

"Dulu kamu sering nangis disitu, abis diejek Kak Changbin." Felix mulai mengingat kembali kejadian itu.

"Katanya, sejak ada kamu, aku jarang main sama mereka. Lucu ya, kayaknya Kak Changbin cemburu sama kamu, Won," lanjutnya.

"Trus kamu malah larinya ke rel kereta. Duduk sambil nangis sampe magrib kayak kunti." Chaewon malu sendiri kalau mengingat kajadian itu.

"Aku secengeng itu ya," kata Chaewon.

"Iyalah, makanya ada aku yang lindungin."

"Halah." Chaewon menatap Felix dengan penuh rasa geli. Tapi hatinya tidak, karena yang Felix katakan itu benar adanya.

















"Wan, mau ikut dong!" Felix menghampiri Junghwan yang melompat di atas trampolin bersama Dohyon.

"Kak Felix lan udah gede masa mau main ini," tolak Junghwan.

Dohyon yang berdiri di samping Junghwan ikut bersuara, "Iya kak gaboleh. Kakak udah gede ntar karetnya jebol."

Tidak peduli kedua anak itu sudah mau mengadukan tingkah Felix ke mamanya. Sekarang Felix malah menarik Chaewon ikut melompat di atas trampolin Junghwan. Mereka hanya tidak tahu kalau kelakuan mereka malah berujung keduanya tidak masuk sekolah karena mual-mual. Itu salah mereka, salah jajan mereka, dan salah trampolin Junghwan.








---------------------------------
EVANESCENT (adj)
; lekas menghilang dan hanya bertahan dalam kurun waktu singkat.

Unspoken WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang