"ten istirahat bentar deh," ucap eve begitu mereka sudah jalan sekitar 3 jam.
"napa? capek lo?"
"iya," eve mengangguk.
"yaudah disana aja tuh, ada pohon tumbang bisa didudukin. jangan disini lu kayak apaan aja duduk di tanah," ten menyeret lengan eve yang sudah lemas.
"huaaahh kapan bisa keluar dari sini coba? penuh sama pohon semua kaga keliatan apa-apa," keluh eve sambil duduk, tangannya direnggangkan sampai berbunyi, ten bergidik mendengarnya.
"sabar, baru juga kumpulin niat kemaren," sahut ten sambil membuka tasnya. "perasaan gue ada bawa hengpon dah."
"hah?? buat apa kaga ada guna bro ini di hutan??" eve bingung.
"ya kan kali aja," balas ten. "nah dapet! ah elah beneran kaga ada sinyal," gusar ten begitu ponsel bergambar apel digigit itu menyala.
"lo sih aneh-aneh."
"jadi ini mau gimana anjir?? kesempatan kita ketemu orang lain cuma 0,001%."
"katanya sabar baru juga ngumpulin niat kemaren," sindir eve melirik ten. "gue juga rada bersyukur sih jumpa lo, jadinya kaga sendirian."
"iyalah emang lo berani sendiri??? nama aja lupa," sindir ten balik.
"iih!" eve mendorong ten kuat. "jangan diingetin masalah nama! gue jadi takut kan karna beneran lupa!"
"ya lo sih aneh-aneh," ten mengikuti ucapan eve beberapa saat tadi.
"apanya yang aneh njir! beneran lupa, gue sampe takut kalo sebenarnya gue pasien rsj yang dibuang ke hutan."
seketika ten menjauh, "ah elah lo mah bikin parnoan aja jadi cewek!" sungut ten.
"ya kan aslinya kagak!" eve merengut. "jadinya sekarang gimana kita bisa keluar dari hutan ini coba??? gue mau periksa ke dokter kenapa gue bisa anemia gini."
"hah? apa? ulang-ulang."
"mau periksa ke dokter."
"terus?"
"kenapa gue anemia."
"hahahaha kocak lu anjir!" ten terbahak. "beneran anemia lu kayaknya, yang bener amnesia woi wakakakaka!"
"m-mana gue tau.." eve menunduk malu. "eh iya lu jangan brisik di hutan, pamali!"
ten langsung terdiam lalu kembali mendekat ke eve. "kann mulaii."
"serius! nenek gue sering bilㅡ"
ucapan eve berhenti begitu dia melihat sosok yang tak ingin dia lihat muncul. eve buru-buru menggandeng lengan ten erat.
"kenapa?" tanya ten bingung, muka gadis disebelahnya ini mendadak pucat.
"njir gimana nih ten, lo kalo bisa jangan liat ke depan sekarang deh," ucap eve lalu dengan cepat menunduk.
"apasih?" merasa makin bingung ten langsung mengalihkan pandangannya ke depan.
"emang kenapa? ada pohon?" tanya ten lagi.
eve melirik kedepan perlahan, sosok yang ia lihat barusan masih ada dan malah makin mendekat.
"ten lo jangan bercanda dulu, dia kemari nih," eve kembali menunduk.
"lah elu kali yang jangan bercanda! ini kaga ada apa-apa!"
"hush!" eve menutup mulut ten cepat. "lo gak liat apa yang gue liat?" tanya eve menatap mata ten serius.