tak terasa sudah hari ke delapan ten dan eve tersesat bersama didalam hutan tak berujung ini. sudah banyak hal terjadi selama seminggu ini, dan kebanyakan peristiwa tak mengenakkan.
kalau ditanya kejadian mana yang paling membuat mereka tak ingin kembali ke hutan ini, tentu saja jawabannya adalah semua. tapi bila disuruh pilih salah satunya; ten akan memilih ketika dia bertemu hantu tanpa badan itu, baik yang di pohon maupun yang di sungai.
kalau eve... yah sepertinya dia agak kesulitan saat memilih. karna rata-rata eve yang paling sering melihat makhluk-makhluk itu. yang paling eve benci adalah saat dia bertemu dengan hantu tanpa kepala. kenapa? karna saat itu dia sendirian meski karna hantu itu dia bisa bertemu ten.
kalau dengan hantu lainnya, meski dia takut tapi dia kan bersama ten.
kembali lagi dengan keadaan mereka sekarang. eve sudah sembuh, meski sedikit lemas tapi gadis itu sudah bisa berjalan jauh. eve tak memaksakan tubuhnya, dia memang sudah benar-benar sembuh.
"kita lanjut lagi?" tanya ten saat sarapan. dia sudah selesai, tinggal berbenah dan menunggu eve.
"iyalah, emang lo mau lama-lama disini?" tanya eve balik.
"ya enggak. kalo lo masih sakit mending jangan dipaksain, ntar tambah parah lagi," ujar ten.
ten berkata seperti itu karna dirinya pernah sakit dan dia memaksakan diri. akhirnya ten harus dibawa ke rumah sakit dan dirawat 3 hari. sejak itu, setiap sakit ten akan pergi ke rumah kun agar lebih dirawat.
untungnya kun tak keberatan.
"gausah lebay gue udah bisa jalan juga," sahut eve melanjutkan makannya.
"iya iya dah nyai serah. buruan kalo gitu ntar keburu siang bakal panas."
"mana kerasa panasnya kan ini hutan ketutupan daun semua."
ten memilih diam dan melanjutkan beres-beres. begitu ia selesai eve juga selesai dengan sarapannya.
"barang lo udah gue beresin, yuk dah," kata ten.
"tumben baik mau nolongin," celetuk eve, ten hanya menatap sinis.
begitu mereka keluar dari rumah, wajah eve langsung berubah sehat.
"perasaan pas masih didalem sana muka lo lemes dah, ngapa sekarang udah bugar gini?" tanya ten.
"diiih ya baguslah berarti kita bisa lebih cepet keluar dari sini!" balas eve.
"iya iya."
mereka melanjutkan perjalanan kearah timur. seperti biasa, eve menggandeng lengan ten.
"diem-diem aja," ucap eve begitu mereka telah berjalan 3 jam dalam hening.
"nanti ngos-ngosan mending diem aja," kata ten cepat, eve merengut tapi tetap tak peduli pada perkataan ten.
"lo tau gak apa yang lebih sakit dibanding dilupain pacar?" tanya eve tiba-tiba.
"apaan tuh?"
"ditinggal pacar."
"yeeeu sama aja itu," sungut ten.
"ih beda! dilupain tuh cuma gak inget sebentar terus balik lagi, kalo ditinggalin tuh udah gak berhubungan lagi sama dilupain!"
"yaa terserah lo aja."
"nah lo jangan tinggalin gue ya."
ten langsung melirik gadis disebelahnya. "gimana gimana?"
"ya jangan tinggalin gue gitu."
"bukan itu, emangnya lo pacar gue?"
"iih!" eve sontak mendorong ten. "kata-kata itu bisa dipake sama semua jenis hubungan ya gak mesti pacar aja!"
"yaudah santuy aja kali," ten kembali menaruh tangan eve dilengannya.
"ish!"
"jadi menurut lo hubungan kita gimana?" tanya ten.
"gimana apanya?"
"ya hubungannya, si bambang kaga nyambung."
"kaga ada hubungannya, kayak lo sama dia."
"dia siapa?"
"dia tuh," ucap eve sambil menunjuk sesuatu.
begitu ten menoleh, dia langsung memundurkan langkahnya saat melihat makhluk hitam besar tengah menatap dia dan eve.
"hitungan ke tiga kita kabur ya," bisik ten. "satu.. dua..tiㅡ"
"gausah," eve menahan tangan ten. "dia gak bakal ngapa-ngapain."
"ve???? tapi dia demit loh????"
"iya gue juga tau. dia gak bahaya, harusnya.." kata eve, memelankan suaranya dikata terakhir.
"tau dari mana lo dia gak bahaya?"
"gue ada bilang kan kalo gue ketemu makhluk hitam besar, ini yang gue maksud. gue liat dia pas hari kedua kita disini," jelas eve, matanya tak berpaling dari makhluk besar itu.
"oke yang penting apapun alasannya, dia makhluk yang harus dihindarin. ayo pergi eve," ten menarik tangan gadis itu, tapi malah ditepis.
"itu artinya lo bakal makin masuk ke dalam hutan. kita bisa tetap jalan tanpa kearah dia kan."
"eleven," ucap ten dengan penekanan dan tatapan tajam. "mending kita kesasar lebih lama lagi daripada berhadapan sama makhluk yang asal usulnya gak jelas."
"tenㅡ come on! gue yakin dia gak bahaya! dia bahkan gak nunjukin wujudnya waktu itu, gue yang gak sengaja liat!"
"wtf eve?! kenapa lo emosi karna makhluk macam itu? kita gak ada alasan untuk berantem, jadi mending dengerin perkataan gue dan kita pergi sekarang!"
"gak!" eve berteriak, napasnya memburu.
"eve? lo waras? lo tau kan dia sama kayak makhluk lain yang udah pernah kita jumpain? dia bahkan sama dengan anak kecil yang nyuruh lo kembali itu!" bentak ten.
"ten, lo pernah bilang kan bakalan lindungin dan jagain gue?"
"iya, terus kenaㅡ ELEVEN!"
ten lantas ikut berlari mengejar eve yang sedang menuju kearah makhluk hitam besar yang berdiri itu. gadis itu tak terlihat ragu dan malah mempercepat langkahnya.
"ELEVEN YOU STUPID GURL AS FUCK COME BACK!!" teriak ten, namun eve tak menghiraukan dan tetap berlari.
begitu sesampainya eve di tempat makhluk hitam tadi, ia menghilang. eve menghilang seiring dengan menghilangnya makhluk hitam besar tadi.
ten berhenti, menatap kosongnya tempat yang seharusnya eve berpijak.
///
bolong lagi😢 maap🙏🏻