🌲rumah

61 8 0
                                    

"apa kita bangun tenda disini aja?" tanya ten begitu matahari mulai menurun. suasana hutan yang lebih cepat menjadi gelap berubah mencekam, ten baru menyadarinya sekarang.

"terserah, yuk bangun terus deh," eve menurunkan tasnya dan bersiap.

ten melihat-lihat keadaan sekitar sambil membantu eve mendirikan tenda. entah kenapa suasana disini lebih tidak enak dibandingkan dengan tempat mereka mendirikan tenda semalam.

"eh lo ngerasa rada aneh gak sih?" tanya ten pelan, takut ada yang dengar padahal cuma ada mereka berdua.

"aneh gimana?" tanya eve balik, terlihat bingung.

"ya suasananya aneh gitu, beda sama tempat yang semalem. rada mencekam dan terlewat sepi," ujar ten lalu mengusap kedua lengannya. "buruan masuk tenda yuk, serem."

eve hanya menuruti perkataan ten, menurutnya suasana malam ini sama saja seperti kemarin. kalau hanya sekedar aneh, yang eve alami sudah lebih dari aneh, kan?

lupa nama, lupa kenapa bisa sampai dihutan, kenapa hanya dia yang bisa melihat makhluk-makhluk itu. intinya banyak hal aneh yang sudah eve rasakan, jadi suasana malam ini sudah menjadi biasa baginya.

"dipikir-pikir kita gak bau ya? padahal gak ada mandi," celetuk ten tiba-tiba.

eve yang sudah hampir terjun ke dalam dunia mimpi kembali lagi ke dunia nyata. "gue doang kali, lo mah bau," sahutnya.

"sembarangan!" sungut ten. "nah asu gegara bahas bau kan jadi kecium yang aneh-aneh guenya."

eve langsung menoleh, "bau apaan?"

"ah bau kagak enak pokoknya," ten membalikkan badannya membelakangi eve.

"beneran ten bau apaan?" eve bangun dan beranjak kearah ten.

"janganlah ntar lo takut," tolak ten.

"yeu anjir lo bilang gitu guenya udah terlanjur takut," sungut eve.

"hmm ya lo taulah bau yang gak enak itu gimana?"

"b-blood?"

"yes and some jasmine i guess."

"shit," desis eve langsung merapat ke ten. "anjir iya gue juga kecium sekarang."

ten ikut bangun, "babi dah gue jadi pengen pelukan."

tanpa bicara lagi eve langsung memeluk ten. ten hanya bisa terdiam sembari membalas pelukan eve.

"siyal tau gini gue langsung tidur aja tadi," kata eve.

"sshh do u hear something?" tanya ten.

mereka berdua hening sebentar, sebelum akhirnya mendengar suatu suara yang membuat mereka saling mempererat pelukannya.

"kembali... tempatmu bukan disini..."











esok paginya kedua muda mudi itu terbangun dengan mata memerah. mereka susah tidur semalam, mungkin mereka terlelap hanya sekitar 4-5 jam.

"ten.. laper..." ucap eve begitu bangun dari tidurnya.

ten yang juga baru terbangun 5 menit lalu menjawab sambil bergumam, "di tas lo kan ada roti."

meski suaranya pelan dan kecil, suara ten tetap terdengar jelas karena tempat mereka sekarang benar-benar sepi dan hening.

eve beranjak bangun dan membuka tasnya, mengambil dua buah roti dan melemparkan yang satunya pada ten.

reflek ten bagus juga, dia berhasil menangkap rotinya walaupun dalam keadaan setengah mengantuk.

mereka mengawali pagi itu dengan sarapan dalam diam, masing-masing dari mereka masih mengingat kejadian semalam.

tiba-tiba ten kembali merinding, belakang lehernya juga menjadi dingin.

"sial," umpat ten pelan.

"kenapa?" tanya eve yang mendengar umpatan ten.

"gak beres banget ini hutan," ucap ten lalu bangun. "kita harus secepatnya keluar dari sini."

ten lalu keluar, eve bergegas menghabiskan rotinya agar dapat membantu ten membereskan tenda.

"ten?" panggil eve begitu keluar dari tenda, ia melihat ten hanya diam terpaku.

"ngapain bengㅡ"

hening.

mereka berdua terdiam.

ten yang duluan sadar langsung menoleh pada eve dibelakangnya.
"apa kemarin kita buta sampe gak ngeliat ini?"

"g-gak. jelas-jelas kemarin gak terlalu gelap.. dan.. gak ada apa-apa disini.." balas eve.

"lo mau masuk?" tanya ten tiba-tiba.

"hah? lo gila?" sahut eve tak percaya.

"kita udah sampe sini, mungkin lo mau sekalian terus?"

"sekalian apa?"

"sekalian uji nyalinya."

"orang gila!" sungut eve. "tapi kalo lo yang didepan... gue mau."

"oke, tapi lo yakin kan? tujuan gue mau masuk itu buat mastiin suara yang kita denger tadi malam."

"e-em sebenernya gue gak terlalu yakin," eve menunduk.

ten menghela napas pelan lalu tersenyum kecil. "gak usah dipaksa kalo takut. gue bakal periksa sebentar doang kok."

"lo gapapa? i mean, kita kan sama-sama penakut jadi... lo aman sendirian?" tanya eve ragu.

"semoga aman sih, cuma... look at that beautiful house."

"biutipul pala lo peyang, rumah tua begini lo bilang cantik. tapi serius ten, gue sering liat rumah beginian di film horor dan rumahnya itu... not good for your mental."

"gak apa, gue cuma mau tau aja. gue aman kok kalo lo nya juga aman."

eve jadi salting. "a-apasih! tapi lo harus balik ya? pokoknya harus!"

"ya balik lah gila lo, gue aja belom sempet ngerasain pacaran njir masa gue langsung mati gara-gara rumah doang."

"oke.... kalo lo udah yakin dan emang mau masuk gue gak bisa apa-apa. gue tungguin diluar aja deh."

"kita beresin tenda dulu, jadi kalo ada apa-apa kita tinggal langsung kabur."

"jangan bilang gitu dong!"


"hati-hati, kalo lo liat sesuatu yang aneh langsung keluar!" peringat eve.

ten yang lagi make tasnya cuma senyum sama ngangguk. terus langsung masuk ke dalam rumah tua itu yang kesannya sangat amat gak nyaman bagi eve.

"buruan gue tungguin!" teriak eve terkahir kali, lalu ten masuk ke dalam rumahnya. pintunya gak ditutup lagi.

eve mengelus-ngelus kedua lengannya karena merasakan hawa dingin tiba-tiba. perasaannya langsung tidak enak, otaknya mengatakan untuk terus berdiri diam menunggu ten, tapi badannya berkata lain.

eve membalikkan badannya dan mendapati sesuatu yang tak diharapkannya.


///

sorry karna aku bolong update sehari 🙏🏻

jadi hari ini bakal double update, see ya!

[1] 10 Days in WoodsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang