menjelang siang, ten dan eve mulai membereskan barang dan pergi dari tebing itu. rada gak rela sih karna disitu adem banget, tapi masa mereka mau selamanya di hutan itu.
akhirnya mereka melanjutkan perjalanan.
"eh kayaknya ini udah mentok deh," kata ten.
"mentok apaan?" tanya eve.
"mentok di utara. maksud gue tuh kita udah dibagian paling utara di hutan ini. tebing tadi tuh udah paling utara," jelas ten.
"loh jadi kita mau kemana lagi?!" eve kelabakan. "gue beneran kagak mau tinggal disini ya!"
"iya iya gue juga gak mau kali. kalo kearah selatan berarti sama aja kita balik ke tempat kemarin. kalo kearah barat berarti kita makin masuk ke hutan. jadi..."
"kita harus kearah timur kan?" potong eve.
ten mengangguk. "semoga demit yang ngebuat kita jumpa itu udah gak ada disana lagi."
"kita udah ketemu yang lebih serem disini kali," celetuk eve.
"hah? gue baru jumpa demit kepala itu doang kok?" ucap ten.
"ya itu mah elo. gue udah jumpa yang demitnya besar banget, muka hancur, kaga ada kepala. denger bisikan pula."
"kok sering banget?!" kaget ten, dia kira eve cuma jumpa demit yang muka hancur sama yang gak ada kepala aja.
"gatau lah gak urus gue," eve menghela napas berat.
"yaudah yuk ke timur, siapa tau kita bisa keluar dari ini hutan," ucap ten lalu menggandeng tangan eve.
"suka banget sih gandeng tiba-tiba," sungut eve malu-malu.
"udah kebiasaan," balas ten. "kenapa? lo gak nyaman?"
"gak juga sih."
"yaudah jangan protes."
sampai akhirnya matahari mulai tenggelam lagi, mereka masih belum nemu cara buat keluar dari hutan ini.
"sumpah anjir gue udah bosen berdiriin tenda mulu!" keluh eve sambil nancapin tenda ke tanah.
"sabar bu, namanya juga lagi usaha," sahut ten.
"dih," eve mendengus. "buruan masuk dah gue takut demit yang kaga ada kepala itu muncul lagi."
karna parno mereka buru-buru masuk ke tenda.
"semoga malam ini tenang kayak malam kemarin," eve memohon.
"tidur aja udah, buruan."
hening.
merek berdua udah mejamin mata bersiap masuk ke alam mimpi. tapi mulai terdengar suara-suara yang mengganggu.
srek.
srek.
tap tap.
hihihihi.
setelah dengar suara terakhir, mata ten dan eve otomatis terbuka lalu saling pandang satu sama lain.
yang mulai bergerak adalah eve, dia pelan-pelan geser badannya mendekat ke ten.
"itu suara apa?" bisik eve begitu udah mepet ke badan ten.
"gatau, udah jangan ngomong diem aja," bisik ten balik.
mereka berdua kembali diam. hening sejenak lalu suara-suara tadi mulai muncul kembali.
"tempatmu... bukan disini ekh.."
"hihihihi."
ten langsung terduduk dan diikuti eve yang udah meluk ten.
"apa gue perlu cek keluar?" tanya ten masih berbisik.
eve tak menjawab, namun gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"minggir bentar," seakan tak menghiraukan kepanikan eve, ten tetap beranjak untuk membuka tenda.
eve langsung menarik lengan ten sambil tetap menggelang.
"ve gak apa, gue cuma mau cek sebentar," ten menenangkan.
gadis itu terdiam lalu memundurkan badannya.
"5 detik doang ya?" bisiknya.ten mengangguk.
perlahan ten membuka tenda, kencangnya angin malam langsung menyeruak masuk ke dalam tenda. tapi eve lebih takut pada apa yang akan dilihatnya dari pada takut dia masuk angin besok karna angin malam.
ten mengeluarkan sedikit kepalanya lalu menoleh kanan-kiri. eve menarik tubuh ten begitu 5 detik telah berlalu, gadis itu benar-benar tak mau ambil resiko untuk melihat makhluk-makhluk jelek itu lagi.
tapi terlambat, mata eve sudah terlanjur menangkap sosok makhluk jelㅡ tunggu, anak kecil?
"tunggu ve, ada anak-anak!" ten melepaskan tangan eve dan bangun.
eve tak menahan ten, dia menatap ke arah anak kecil yang sedang juga sedang balas menatapnya. sekilas eve melihat mata anak itu tadi berwarna... merah.
"dek, kamu kok bisa disini?" ten berjongkok dihadapan anak lelaki itu.
tapi si anak tak menyahut dan malah menatap eve. ten menoleh kearah tenda, awalnya wajah eve terlihat kaget dan bingung, namun lama kelamaan wajahnya berubah pucat dan takut.
"kamu kesasar atau gimana dek?" tanya ten lagi. namun tetap saja si anak tak menyahuti dan malah menatap eve.
"ten! come here!" panggil eve.
"bentar ve, gimana kalo diaㅡ"
"tempatmu bukan disini."
ten langsung berdiri dan berjalan menjauh begitu mendengar ucapan si anak. namun anak lelaki itu tampak tak peduli pada kehadiran ten dan hanya menatap eve.
"tempatmu bukan disini, kembali lah," ucapnya lagi, masih menatap eve.
"t-ten!" eve sedikit berteriak ketika anak itu berjalan mendekat kearah tenda.
ten langsung berlari masuk ke dalam tenda dan langsung menutup tenda. masih terdengar suara langkah kaki dan terlihat bayangan anak kecil dari dalam tenda.
eve sudah meringkuk ketakutan di sudut dengan tubuh bergetar. saking paniknya eve bahkan mengigiti jari tangannya dengan keras hingga berdarah.
"eve lo gak apa?!" ten langsung mendekat.
"t-ten gue ta-takut," ucap eve terputus.
"ada gue kok ada gue, lo aman sekarang," ten memegang kedua tangan eve dan menatap kedua mata eve yang berair. "jangan takut. look at me, im here."
eve menatap kedua mata ten lalu menangis. ten langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya, mengusap-ngusap kepala dan punggung gadis itu agar merasa aman.
"gak apa, ada gue."
"tempatmu bukan disini."
suara itu kembali terdengar. ten menutup kedua telinga gadis itu seraya tetap memeluknya.
eve takut, sangat takut. bila ten melihat anak tadi selayaknya anak biasa, eve melihat anak itu dalam keadaan yang sangat mengerikan.