ten membuka matanya ketika merasakan cahaya matahari masuk ke kelopak matanya. awalnya pandangannya kabur lalu akhirnya tampaklah langit-langit rumah.
ten bangkit lalu menoleh ke kanan-kiri. dia sekarang berada di rumah yang dia dan eve tempati sebelum eve menghilang.
ah.
eve menghilang.
gadis itu menghilang.
ten kembali melamun, mengingat kejadian kemarin yang terasa berlalu secepat mata berkedip. rasanya baru tadi eve menggandeng lengannya dengan senyum cerahnya, sekarang ten hanya merasakan hampa dilengannya.
"ve.."
"eve..."
"eleven...."
ten menutup matanya dengan lengannya, berusaha menyembunyikan air mata yang hendak keluar.
ten tau harusnya dia tak menangis dan bergegas mencari eve. tapi pikiran ten seakan tau bahwa percuma mencari gadis itu ditengah-tengah hutan yang tak berujung ini.
"lo dimana sih sialan," gumam ten sembari menyeka air matanya.
"brengsek, gara-gara makhluk itu eve jadi hilang. bangsat dimana eve gue?!" ten mulai meracau.
"eve..." ten kembali termenung. "anjir lo kenapa ninggalin gue? kenapa hilang?"
"ve..."
"fuck ass i miss you eleven," ten kembali menutup matanya. rasanya dia ingin ikut menghilang bersama eve, asal dengan gadis itu, tidak masalah.
ten berdiri dengan rambut berantakan juga wajah penuh air mata. dia pergi keluar rumah tanpa membawa apa-apa.
ten berkeliling mencari di sekitaran rumah tua itu, sesekali berteriak memanggil nama eve. ten berharapㅡ tidak, ten sangat berharap eve menyahuti panggilannya di suatu tempat dengan senyumnya.
iya, pasti akan begitu.
pasti eve akan kembali.
eve hanya sedang mengerjai ten dan sekarang dia sedang besembunyi di suatu tempat.
iya.
benar.
pasti begitu... kan?
harus begitu!
"EVE!! ELEVEN!!!" seru ten lagi, tak peduli bahwa suaranya mulai serak dan tenggorokannya mulai kering.
yang penting sekarang adalah mencari dan menemukan eve.
ten berlari menjauh dari rumah, kesembarang arah, tak tentu apa itu arah timur atau utara.
"EVE!! INI GUE TEN! JAWAB GUE KALO LO DENGER!!!"
"EVE!!"
"ELEVEN! JAWAB GUE!!"
"EVE JAWAB LO DIMANA!!!"
"ELEVEN!!!"
"EVE!!"
"VE!"
"eve.. eleven..." ten terduduk di tanah. tenaganya sudah terkuras habis, dia sudah hampir sampai pada batasnya.
ten memaksakan dirinya bangun dan kembali mencari eve, berteriak-teriak seperti orang gila kerasukan. hanya berharap eve kembali padanya, hanya itu, cuma itu.
sampai akhirnya ten kembali terjatuh, kali ini pandangannya mulai menggelap.
"eleven.." itu kata terakhir ten sebelum akhirnya pingsan.
ten harusnya menyadarinya sejak awal, bahwa eve bukan hanya sekedar memberi rasa nyaman sebagai teman.
ten menyukai eve.
dan rupanya dihari kesembilan ten di hutan ini, ia harus kehilangan orang yang disukainya.