Hari demi hari, aku selalu melihatnya berjalan melewati rumahku. Tatapan sendu tak pernah lepas dari wajah tampannya. Ingin sekali aku menghampiri dan menghiburnya, namun siapa aku? Bahkan untuk sekedar menyapapun tak bisa. Aku hanyalah seseorang yang menatapnya dari balik jendela.
Kaca tipis yang menjadi penghalang ruang antara aku dan dirinya tak menjadi penghalang bagiku untuk mengagumi paras tampannya. Andai dia bisa tersenyum sedikit saja, maka hanya kesempurnaan yang dimilikinya. Sayang, wajahnya selalu terlihat sedih. Lebih sayang lagi aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku tidak bisa menghiburnya.
Langit biru yang mulai berubah warna pun mentari yang hendak pamit pulang menambah kesan mendebarkan dalam moment ini. Aku melihatnya mendekat pada seekor kucing liar, dia merogoh tasnya dan mengeluarkan makanan kucing untuk diberikan pada kucing itu.
"Selalu seperti itu," gumamku sambil tersenyum memperhatikan.
Raut wajahnya terlihat lebih damai kala mengelus kucing itu. Ada suatu pertanyaan yang selalu berada dalam benakku, "Apakah dia pernah ditelantarkan ? Mengapa dia menatap kucing itu seolah - olah itu adalah dirinya?"
"Tuhan untuk apa kau menciptakan makhluk seindah dia, bila pada akhirnya dia harus merasakan pahitnya ditelantarkan?" Aku menghembuskan nafasku perlahan, menatapnya prihatin.
5
4
3
2
1
PAS!! Aku tersenyum tipis mengagumi kemampuanku.
Tepat sekali, kini kakinya mulai melangkah pergi. Aku sudah paham dengan kebiasaannya setiap kali dia melewati rumahku.
"Pani~ kau sedang apa? Ada pelanggan mencarimu."
"Ah iya~ aku datang."
Tiffany, namaku. Namun orang lebih sering memanggilku pani. Aku hanyalah gadis biasa yang mengelola sebuah toko bunga. Mengapa? Karena hanya ini yang bisa aku lakukan.
Sejak SMA aku sudah menjadi yatim piatu, mau tak mau aku harus mengubur mimpiku untuk kuliah dan membuka toko bunga kecil untuk bertahan hidup. Tak ada yang begitu spesial dalam hidupku yang patut aku ceritakan pada kalian. Semoga saja suatu saat nanti ada yang bisa ku bagi bersama kalian.
Apakah kalian bertanya bagaimana kehidupanku? Biasa saja, aku tidak semenderita itu hidup sebagai yatim piatu. Aku cukup bahagia, tenang saja hidupku tidak semenyedihkan kisah sinetron yang ratusan episode banyaknya. Aku menikmati hidupku dan aku menyukai pekerjaanku. Tak ada tokoh antagonis yang selalu menyiksa dan menindasku. Semuanya terlihat normal bagiku. Aku bersyukur, sungguh.
"Hallo, ada yang bisa saya bantu?" Aku tersenyum ramah menyambut pelanggan.
"Ah aku mencari bunga untuk melamar kekasihku, apa kau punya saran?"
"Tentu saja, sebentar."
Beberapa saat kemudian, aku kembali menghampiri pelangganku dengan beberapa tangkai bunga.
"Boleh saya tau, pacar anda orang yang seperti apa?"
"Sederhana dan tulus." Dia tersenyum saat mengatakannya. Aku bisa melihat bahwa dia benar mencintai gadis yang akan dilamarnya, matanya terlihat berbinar dan memancarkan ketulusan saat mengatakannya.
"Baiklah, anda pasti sudah familiar dengan bunga ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonglade [END]
RomanceHari demi hari, aku selalu melihatnya berjalan melewati rumahku. Tatapan sendu tak pernah lepas dari wajah tampannya. Ingin sekali aku menghampiri dan menghiburnya, namun siapa aku? Bahkan untuk sekedar menyapapun tak bisa. Aku hanyalah seseorang ya...