Setelah sehari kemarin aku menghabiskan waktuku di rumah sakit, akhirnya aku bisa merasakan kembali suasana pagi dari rumahku. Lalu lalang orang di pagi hari yang memulai hari mereka membuatku tersenyum. Terkadang orang lupa bahwa bisa menikmati rutinitas sehari - hari adalah nikmat Tuhan yang tak terhingga dan sekarang aku sedang menyadarinya.
Kakiku melangkah kelantai bawah, hanya untuk melihat keadaan toko yang sempat aku tinggalkan. Hari ini aku sengaja menutup toko dan meminta Yoana untuk tidak datang, karena aku hanya ingin beristirahat barang sehari saja.
Aku duduk ditempat biasa aku mengerjakan aktivitasku melayani pelanggan. Ternyata banyak pemandangan yang selalu aku lewatkan saat aku duduk disini. Aku tahu, bunga - bunga yang berderet di tokoku memang terlihat cantik. Namun, kali ini terasa ribuan kali lipat lebih indah. Lalu lalang orang yang terlihat dari balik kaca pun terlihat menyenangkan.
Saat aku sedang menikmati pemandangan dibalik kaca toko, tiba - tiba pintu tokoku terbuka.
"Yoana? Aku kan udah bilang ga usah dateng," ucapku.
Namun, aku terdiam melihat sosok yang sedang berdiri didepanku itu. Sosok yang tidak pernah aku bayangkan bisa berada disini. Dia adalah Mama Raihan.
"Maaf Tante, saya pikir tadi teman saya."
Dia tersenyum. Ini adalah kali pertamaku melihatnya tersenyum dengan tulus. Bahkan aku melihat tangannya membawa bungkusan buah, entah untuk siapa.
"Silakan duduk Tante, saya ambilkan minum dulu." Aku pun berniat mengambilkan minum, namun Mama Raihan menahanku.
"Tidak perlu, saya hanya mampir sebentar. Saya dengar kamu habis sakit ya? Ini untukmu." Mama Raihan memberikan bungkusan tadi kepadaku.
"Terima kasih." Aku pun menerimanya dan mengisyaratkan Mama Raihan untuk duduk menggunakan kedua tanganku.
Kini kami duduk berhadapan, hening sejenak. Pikiranku sudah memikirkan hal - hal yang tidak masuk akal. Mulai dari aku yang disiram air minum, tapi tak ada air minum di meja. Atau bisa jadi aku akan diberi amplop diberi uang? Hmmm sepertinya aku kebanyakan nonton drama.
"Maaf datang tiba - tiba. Sebelumnya saya mau minta maaf atas apa yang saya lakukan sebelumnya. Saya sadar, saya salah. Bahkan rasanya, saya selalu saja tidak bisa memahami perasaan Raihan dan berujung melukai perasaannya." Mama Raihan menunduk menyesal.
"Bukan apa - apa Tan. Saya paham." Aku berusaha tersenyum sopan.
"Maaf, mungkin saya terdengar tidak tahu malu. Namun, bisa kah kamu dan Raihan mengunjungi rumah saya? Sebelum saya pergi keluar negeri untuk mengurus bisnis suami saya, saya hanya ingin memasak untuk Raihan lagi." Wajahnya terlihat sendu saat mengucapkan kalimat itu.
"Ya?" Aku menatapnya terkejut.
"Minggu depan kami akan pergi keluar negeri. Saya hanya ingin melihat Raihan sebelum pergi, kalau kamu yang mengajak dia pasti mau, ya?"
Kini tangannya meraih tanganku memohon. Aku sempat berpikir bahwa Mama Raihan telah memahami kesalahannya dan memperhatikan Raihan. Namun, dia hanya ingin membuat perasaannya menjadi lebih baik.
Tapi ya sudahlah, orang tidak akan bisa langsung berubah dalam sekejap. Setidaknya ini sudah lebih baik dari sebelumnya.
Perlahan aku menganggukan kepalaku, "Saya akan mencoba membujuknya."
"Terima kasih." Dia kembali tersenyum.
"Tapi Tante, maaf jika saya terdengar lancang. Tapi bukankah sebaiknya Tante yang mengajaknya sendiri? Raihan hanya ingin Tante memahami perasaannya, bahwa dia terluka atas apa yang terjadi dimasa lalu. Sebaiknya Raihan juga tau bahwa Tante akan pergi dari Tante sendiri, bukan dari orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonglade [END]
RomanceHari demi hari, aku selalu melihatnya berjalan melewati rumahku. Tatapan sendu tak pernah lepas dari wajah tampannya. Ingin sekali aku menghampiri dan menghiburnya, namun siapa aku? Bahkan untuk sekedar menyapapun tak bisa. Aku hanyalah seseorang ya...