7

151 25 8
                                    

Seperti hari - hari biasanya, aku memulai hariku dengan membuka toko. Hari ini hari minggu, tapi toko tidak mungkin tutup hanya karena weekend kan? Aku bukan mahasiswa ataupun pekerja kantoran, bukan pula pegawai negeri. Aku hanya seseorang yang mencari uang dengan mengandalkan seberapa banyak bunga yang aku jual setiap harinya.

Aku pun mulai menyiapkan semua hal yang aku perlukan, menata semua bunga dan juga menyirami bunga yang perlu untuk disiram. Sesekali aku bersenandung menikmati suasana pagi hari. Tak lama terdengar bel dipintu berbunyi yang menandakan bahwa ada seseorang yang masuk.

"Yoana? Katanya ada kelas pengganti pagi, kenapa udah dateng?" Aku berucap tanpa menatap ke orang yang baru saja datang itu.

"Tidakkah seharusnya kamu melihat dulu wajah orang yang datang?" Suara itu bukanlah suara Yoana. Aku pun membalikan tubuhku memastikan bahwa pendengaranku benar, "Eh?"
 
"Gimana jadinya kalo aku penjahat?" Dia terkekeh melihat reaksi terkejutku.

"Emang penjahat." Aku pun kembali menyibukkan diriku dengan hal yang sedang aku kerjakan sebelum dia datang.

Dia yang tidak terima diabaikan begitu saja olehku, akhirnya menghampiriku dan mengambil penyemprot yang ada ditanganku. Aku melotot kearahnya mengisyaratkan supaya dia mengembalikannya padaku. Namun dia tetap diam ditempatnya.

Mau tidak mau, aku yang harus merebutnya. Namun tubuhnya yang lebih tinggi dari tubuhku membuatku sedikit kesulitan untuk menggapainya. Sepertinya dia menikmati waktu mengejek dan membuatku kesal seperti ini. Beberapa waktu kemudian dia tertawa dan mengembalikannya padaku.

"Raihan! Ga ada yang lucu."

"Ada. Kamu!" Dia kembali tertawa dan aku hanya menatapnya sebal.

"Ngomong - ngomong, ada apa? Tumben banget pagi - pagi udah kesini." Aku bertanya tanpa melihat kearahnya, karena aku sibuk mengurus urusanku dan semua bunga yang ada ditoko.

"Hari ini aku libur," jawabnya.

"Ooo gitu."

"Ish, ada yang bisa aku bantu ga?" Dia melihat - lihat sekitar, mencari tahu apa yang bisa dikerjakan.

"Banyak." Aku pun mulai menunjukkan hal - hal yang mungkin bisa dia kerjakan.

Akhirnya dia pun melakukan sesuatu dan berhenti berbicara ataupun menggangu konsentrasiku. Aku menatapnya takjub, bahkan dia cepat dan cekatan dengan apa yang dikerjakannya.
     
Pelanggan pun bergantian datang satu persatu. Raihan yang tidak paham apa - apa tentang bunga hanya bisa membantuku sebagai kasir. Tentu saja soal harga aku yang memberitahu pelanggan, Raihan hanya tahu menerima dan mengembalikan uang.

Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan kami, hingga waktu pun sudah menunjukkan tengah hari. Aku mengajak Raihan duduk untuk berbincang dan beristirahat.

Suara bel dipintu pun berbunyi menandakan ada seseorang yang masuk kedalam tokoku. Saat aku lihat ternyata dia adalah Yoana, dia berjalan menuju kearahku sambil membawa sesuatu didalam sebuah kotak.

"Eh ada tamu?" Yoana menatap Raihan.

Raihan pun berdiri dan memperkenalkan dirinya pada Yoana, "Raihan."

"Yoana, benar sekali kita sering bertemu tapi tidak pernah berkenalan hahaha." Yoana pun ikut duduk bersama kami sambil membuka kotak yang dibawanya.

"Eh iya ini tadi didepan gerbang ada seseorang yang menitipkan ini untukmu."

"Hah siapa?"

Aku mengerutkan dahiku heran. Jujur setelah orangtuaku meninggal, aku tidak terlalu mengenal banyak orang. Hanya Yoana, penjaga toko benih bunga langgananku, Raihan dan beberapa tetangga yang tidak terlalu akrab denganku. Lingkunganku terlalu sempit. Entah mengapa, aku bahkan tidak memiliki sanak saudara baik dari ayah ataupun ibuku. Aku terbiasa hidup menyendiri.

Moonglade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang