Setelah temu kangen kemarin, Rasanya lebih plong. Mereka menyemangatiku, apalagi Umma, dia yang paling tahu perasaanku. Beribu- ribu syukur ku ucapakan pada Alloh. Dia menberiku sahabat yang hebat. Bahkan Via sempat ta'ziah kerumah bersama ibunya. Terharu sekali aku.. Alay!
Kehidupanku sempangt meredup saat bapak wafat, tapi ada Ibu yang menguatkanku, meski aku tahu beliau juga terpuruk. 19 tahun bukan waktu singkat kan? Aku masih punya Habib, adikku tuk menggenggam tanganku. Lagi Lagi hanya Hamdalah yang bisa ku lafadzkan.
Setelah beliau pergi, hidupku tak teratur, acak- acakan. Seharian penuh aku sanggup tak kemana- mana. Cukup dikamar& berselancar dengan handphoneku, padahal ketika beliau ada, memegang hp saja aku takut setengah mati. And see, aku bebas! Tak ada nderes- nderesan, mengahafal hal penting, bahkan membaca Al- Qur' an saja ogah- ogahan. Gusti...!! Entahlah berulang kali aku mencoba tuk bangkit. Mungkin niatku kurang kuat tekadku kurang bulat, sehingga masih gagal. Aku sangat ingin melakukan rencana- rencana yang kususun sedemikian rupa beberapa waktu lalu, tapi lagi lagi ZONK! Aku bingung!.
Memikirkan hal itu membuat otakku lelah, dan aku terlelap dengan posisi yang tak nyaman sana sekali, tapi aku tetap acuh& memilih tidur, masa bodo besok ibu marah, karena tidurku sembarangan.
"Nak, bangun! Tahajudan!" Ucap ibuku sambil menggoyang- goyangkan lenganku.
"Jam berapa buk??"
"Jam 03.30 nak" sahutku,
"Ya, terimakasih buk!,
"Ingat! Jangan tidur lagi!"
"Iya Buk.. Kalo bisa nahan, hhhee" cengirku
Lalu beliau berjalan keluar dengan tatapan tajamnya
"Becanda Bukk!" Ucapku.
Lantas, akupun langsung kekamar mandi& sholat. Sambil manunggu adzan subuh, aku mengintip Handphoneku, padahal niat awalku ingin muroja'ah, tapi lagi lagi, egoku mendominasi. Ah, Bapak! Jika kau disini pasti aku tak berani begini, boro- boro main hp, megang saja sudah dapat tatapan tajam& itu sudah cukup membuatku kicep.
Ibuku takkan setega itu, bagi ibuk, yang penting target. Entah bagaimana terserah. Sedangkan bapakku beliau lebih keras, Jangan Leha- leha katanya. Maka dari itu aku& adikku kurang dekat dengan bapak, selain itu, karena bapak jarang dirumah, bahkan beliau pergi sebelum subuh& pulang ketika larut/ berhari- hari tidak pulang. Ya aku tahu beliau bekerja, tapi ya tetap saja, aku kurang terima sebenarnya, namun, mau bagaimana lagi.. Dari situ juga aku bisa tholabul 'ilmi. Ikhlas tidak ikhlas. Hhee..
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara (End)
Short StoryKisah Rara, Seorang Santri Putri yang kehidupanya banyak berubah setelah wafatnya sang Bapak, Fuad Syakur. Tentang Banyak Hal yang perlu disyukuri, Dinikmati& jangan menyerah. Bahwa kehilangan bukan untuk terpuruk, tapi untuk menguatkan& Bangkitlah!