Aku adalah manusia yang tidak gampang bergaul, tapi sekalinya aku sangat loyal. Aku juga krisis percaya diri, padahal orang tuaku sangat eksis, terlebih bapakku. Mungkin rasa percaya diriku telah dihabiskan bapakku, Konyol! Berulangkali aku mencoba, namun masih kurang menurutku. Kemarin dipondok ada lomba karya bebas, aku ingin sekali ikut, tapi aku justru menyamarkan namaku& pastinya tereliminasi langsung. Setiap bulan juga pengurus pondok mengganti mading& dipersilahkan bagi seluruh warga pondok yang berminat mengirim karyanya, entahlah aku begitu takut ketika banyak orang yang mengomentarinya, ya mungkin itu salah satu poinnya. Aku takut dikomentari, takut ekspetasiku gagal& hal- hal lain.
Bahkan aku jarang sekali ikut andil dalam grup WA, entah pondok, teman- teman SD, SMP atau teman- teman mengaji dirumah, aku tak nyaman, padahal tanganku sudah gatal ingin nimbrung pembahasan mereka& akhirnya aku hanya nyimak saja. Ingin sekali aku keluar dari zona nyamanku, melewati masa- masa menegangkan, penuh lika- liku, namun kenyataan kembali menghempasku, hingga aku belum mampu tuk sekedar bangkit melawan angin. Aku yang belum mampu atau memang usahaku tak maksimal.
Sebenarnya masalahku terus memutar, intinya akan sendiri masih tak yakin, aku yang kurang berusaha ataukah takdirku cukup disini. Nyatanya usahaku pun belum maksimal, tapi lagi badai menghempasku, rasa malas menggerogotiku,. Robb.. Bantu aku!! Beri aku kekuatan& kesempatan, tuk mereparasi diri, membenahi hati yang belum sembuh, sepertinya kehilangan memang membuatku tersudut. Aku lebih banyak menghabiskan waktu dikamar sendirian, berteman ponsel, enggan diperintah, bahkan aku berani tidur dikamar sendiri, padahal sebelumnya aku pasti merengek- rengek minta ditemeni tidur, entah oleh ibuk/ adikku, yang pastinya tak terjadi karena bapak tak pernah memperbolehkannya, jikapun berhasil beliau akan duko& itu menyeramkan sekali.
Aku seperti benar- benar menutup akses dengan dunia nyata bukan maya, entahlah, aku tak mengerti diriku sendiri, kumohon Robb!! Bantu akuu.. Aku tak ingin menyusahkan ibukku cukup keadaan membuat beliau kuat, aku tak mau menambahinya lagi. Mungkin aku sekarang gila pangkat, ingin dikenal, Ah! Entahlah. Lagi aku tak memahami diriku. Atau mungkinkahn aku yang bimbang?? Tuhan! Dengarkan pintaku! Aku benar tak tahu. Kemana kulangkahkan kakiku? Apa tujuanku, aku hanya tau hari ini, Ghofur!! Ampuni aku!
Sering kali, aku menolak perintah ibukku.. Robb!! Durhaka sekali aku, berkata dengan notasi tinggi, tatapan mengintimidasi, tak mau kalah, pendapatku harus diterima, tak menerima penolakan. Lengkap sudah keburukanku. Jika hati ibukku bukan engkau membuat, pasti sudah hancur berkeping# keping. Aku sadar, setelah itu terulang lagi. Bagaimana lagi.. Begitu merasnya hatiku Robb?? Hingga Engkau tak mau mendengarkan ratapku?? Kotor sekali.
Pulang kerumah ibukku pasti berharap, bagaimana aku dirumah, apakah kegiatan diPondok benar- benar menyatu dengan diriku& bodohnya aku, belum bisa mewujudkannya. Bukan beliau marah pada Pondok, Beliau kecewa denganku. 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar, tapi beliau rela menunggu perubahan pada putri tunggalnya, Oh Ibuk.. Maafkan daku Buk.. Belum mampu menekan ego, padahal engkau mati- matian menekannya agar kami lebih baik, maafkan kami, pengorbananmu takkan sia- sia, kumohon bersabarlah& terus do'akan kami, bersama merayuNya, agar menjadi lebih baik& diridhoiNya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara (End)
Short StoryKisah Rara, Seorang Santri Putri yang kehidupanya banyak berubah setelah wafatnya sang Bapak, Fuad Syakur. Tentang Banyak Hal yang perlu disyukuri, Dinikmati& jangan menyerah. Bahwa kehilangan bukan untuk terpuruk, tapi untuk menguatkan& Bangkitlah!