Kepingan Asa

2 1 1
                                    

  Waktu kembali me Pondok kian dekat, kutekadkan sungguh- sungguh, tahun ini harus lebih baik! . Untuk meneruskan estafet perjuangan bapak, juga penyemengat untuk ibuk, bagaimanapun juga, tahun ini beliau sendirian. Aku harus bangkit!

  Sebagai sulung juga putri satu- satunya, aku tahu beliau banyak berharap padaku, agar kelak, mampu menjadi pilar- pilar terbaik. Sebagai manifestasi akhirat beliau berdua. Beliau tak berterus terang, tapi aku bisa melihat betapa besar harapan beliau pada kami, ya meskipun aku perempuan yang nantinya dibawa suami, Namun, bukankah " Seorang ibu adalah madrosah utama bagi anaknya?" Pastilah beliau berdua berharap memiliki ولدا صالحا يدعو له. Sebisa mungkin ku lakukan mulai.dari sekarang.

  Bukankah "Jodoh adalah cerminan diri" maka dari itu, jika aku ingin jodoh yang terbaik, maka aku harus mempersiapkan diri sebaik- baiknya, agar kelak bisa menyerasikan diri dengan Sang Jodoh. Untuk saat ini, aku masih tak berfikiran ke sana. Sekolahku belum tamat, Al- Qur'anku belum selesai, belum lagi ngabdi, aku juga ingin sekali kuliah setidaknya S2 yang salah satunya di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Entah Sq1 atau S2 yang disana tak masalah. Aku ingin mengambil Jurusan Tafsir Al- Qur'an& Psikologi, yang mana dulu aku juga tak masalah. Bahkan, aku mentargetkan menikah diusia sebelu 29, asalkan pendidikanku telah usai, sebenarnya kuliah setelah menikah tak apa, Tapi aku kurang sreg saja.

  Meniti hari tanpa beliau lagi, menyusun kembali harapan yang telah patah, mengobarkan semangat setelah kehilangan buknlah hal mudah, Walaupun beberapa bulan telah berlalu, rasanya masih sulit, teramat sangat sulit malah. Tapi kusadari lagi, bahwa kehidupan terus berputar, & beliaupun pasti tidak ridho ketika aku berbuatdemikian, maka demi baktiku pada beliau, pelan tapi pasti, kususun kembali semangat, asa& cita yang sempat kuadukan pada Tuhan, dengan bermunajt disepertiga malam terakhirku.

  Bukankah Alloh telah berjanji dalam Al- Qur'an Suroh Al- Insyiroh ayat 5&6 tentang "Bersama kesulitan ada kemudahan" & Alloh tak akan pernah mengingkari Janjinya. Lantas apa yang membuat hati ini kembali goyah? Tipisnya iman, itu kuncinya. Maka dari itu, Kutekadkan lagi, lagi& lagi, tak peduli sebanyak apapun tergoyah kan terus ku coba hingga akhirnya Alloh memanggilku tuk menghadapNya. Semoga aku termasuk orang yang terridhoi. Amiin.

  Jangan pernah berfikir bahwa kami santri, pasti bisa segalanya, Tahu apapun, TIDAK! Sunguh! Kami juga manusia Kawan! Banyak Hal yang lebih kau ketahiu dibanding nam, tapi 1 hal yang membuat kami Bahagia, cara hidup kami. Ya. Cara hidup yang jauh dari hiruk pikuk dunia, hormat pada guru, yang sebegitu luar biasanya, bersosialisasi dengan kawan, tu- muda, besar- kecil, dari pelosok negri dengan berbagai macam latar belakang, suku, budaya, tradisi& keberagaman lainnya. Kami dididik bahwakami semua sama. Entah, putri Kyai yang punya ribuan santri ataupun anak petani. Yang membedakan adalah nilai kami dihadapan Robb, tanpa memandang apapun lagi. 










Alhamdulillah.. Masih diberi kesempatan coret- coret lagi..
Monggo, bintangnya ditekan. Koreksinya ditunggu jugaa.
Terimakasih...

Rara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang