Titik Balik

2 1 1
                                    

Bismillah.. Kumulai hariku pagi ini. Saat ini aku berada di kamarku, diatas gabus, ya dirumahku tidak ada kasur, karena aku tidak menyukainya. Menerawang kembali banyak hal yang terjadi 1 tahun belakangan ini, Dimana aku menjadi senior di tingkat Wustho, Alhamdulillah.. Tahun ini juga aku mulai lebih tenanan lagi menghafal Kalam Alloh.. Banyak Hal yang harus dipersiapkan mengingat akhir tahun nanti aku naik panggung untuk diwisuda istilahnya. Istighosaah seminggu dua kali, menjaga sikap& perilaku, sebab menjadi senior, hafalan Alfiyah, Al- Qur'an. Tapi nyatanya, segudang kegiatan utama pondok& Madrasah, juga berbagai kegiatan tambahan tak membuatku semangatku berkoar, yang ada justru menyusut Entahlahda... Aku juga bingung. Dalam hening malam kadang terfikir, apakah setiap santri mengalami hal sepertiku?? Awal mondok semangat sekali, dimana- mana bicara Ilmu, kemana bawa kitab, setiap senggang diisi dengan hal- hal berfaedah, setahun dua tahun, mungkin itu kulalui, aku merasa sangat eman, jika tak bersungguh- sungguh,  
Apalagi Bapak sering nggendiko "Seng tenanan lek mondok! Mumpung bapak sek kuat ngragati" kata itu seolah menjadi pengobar semangatku. Namun.. Ditahun ketiga, kata tersebut tak lagi menjadi pengobar, yaa mungkin menjadi penyulut.. Lama kelamaan kata itu seolah tak berarti, aku masih mengingatnya, tapi kata itu tak berkekuatan sama sekali.. Aku sering nimbrung obrolan kawan- kawan, setoran kejar tayang, Hafalan awut- awutan. Alloh..
  Aku sering menyesalinya, tapi jika nafsu bekerja, Hilanglah semuanya. Nafsuku berkata "Nik
mati saja" atau "Sebentar, Setelah ini konsentrasi lagi" & banyak lagi. Sehingga, banyak hal tersia- sia..
Dan hal yang membuatku benar- benar kacau adalah Bapakku Berpulang, disaat keadaanku benar- benar butuh suntikan semangatya, rangkaian kalimat tajam yang berisi banyak nasihat.. Gusti!! Aku tak tahu lagi. Memang setahun belakangan ini beliau jarang mengunjungiku, beliau mengantar ibuk, Lalu pergi kembali& langsung pulang, jarang sekali basa- basi. Awalnya aku biasa saja, karena ya memang aku tidak terlalu dekat dengan beliau, justru aku sangat senang jika ibuk sendirian. Ternyata beliau takkan pernah mengunjungiku lagi..
Tak pernah lagi, kutemui tatapan tajam membunuh, kata dingin, deheman menusuk, padahal aku tahu hal tersebut adalah bentuk kasih beliau padaku.. Bodohnya aku!! Memang benar penyesalan berada diakhir, kini kurasakan sendiri betapa berartinya sosok beliau..
Setelah Kepulangan beliau duniaku terasa anu, semangatku hilang entah kemana, Bahkan ujianpun aku tak belajar, padahal jika nilaiku 4 kebawah aku harus remidi& membayar Rp. 3000-, per pelajaran. Ujian itu hanya berisi 10 soal, ditulis dengan bahasa arab asli bukan pegon& harus dijawab dengan bahasa Arab pula, materinya berbab- bab apalagi alfiyah. Tapi seolah tak ada artinya bagiku, bukan aku sombong, Tidak sama sekali, tapi aku merasa masa bodo, hal yang tak pernah kulakukan sejak awal aku mondok, tapi kali ini benteng kokohku hancur berkeping- keping..
Sebenarnya, aku sangat merasa bersalah pada ibuk, beliau yang harus menanggung nafkah kami, & parahnya aku membebani beliau dengan kekonyolanku ini.. Ibuk.. Maafkan anakmu ini buk..!! Beliau tak pernah mempermasalahkanya, karena bagi beliau setiap orang pasti berproses, dan proses itu masing- masing. Berbeda dengan bapak, Bagi beliau harus menjadi yang terbaik jika memungkinkan. Hal itu pula yang membuatku kurang nyaman dengan beliau, terlalu menuntut.
Kini aku tahu maksud dari setiap dawuh& perilaku beliau, disaat aku mulai menyadari, ternyata waktuku tlah habis, terlalu lama menanti kepekaanku. Kini aku bertekad memulai dengan Bismillah, semogahari esok.lebih baik dari hari ini.. Amiinn..



Alhamdulillah.. Dapat ide akhirnya, Jangan lupa Tekan Bintang yaa!!
Apalagi mau coret2 dikomentar.. Terimakasih.. Dan maaf..

Rara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang