chapter 21.

1K 70 6
                                    


  Sebelum author melanjutkan chapter ke 22 , author banyak mengucapkan terimakasih pada kalian semua yang sudah meluangkan waktu kalian buat baca cerita author.
Dan terimakasih dukungan serta vote dari kalian. Author mohon maaf kalau ada kesalahan kata maupun penulisan disini.
Author juga minta maaf kalau ada salah pada kalian, kan ntar lagi mau lebaran nih jadi author mau menjalin silaturahmi sama kalian para readers 😅😅😅.

Yaudah lah kalau gitu selamat membaca ya😇
                        
______________________________________
                           🌸🌸🌸🌸

  Hinata terbaring  lemah di kasur rumah sakit , sudah 3 hari dia terbaring disana dan kondisi nya kian tambah menurun, buka  cuma soal fisik nya saja tapi kondisi mentalnya juga memburuk.
Kadang-kadang Hinata berteriak ketakutan kadang juga dia menangis sendiri dan yang paling parah dia mencoba kabur dari rumah sakit dan mencoba untuk melukai dirinya sendiri.
Para dokter menyarankan agar Hinata dibawa ke dokter psikolog dan Sasuke sudah melakukan nya tapi tetap saja kondisi Hinata semakin buruk.
Sasuke bingung harus berbuat apa pada Hinata sekarang.
Setiap Hinata berteriak pasti dia menyebutkan nama Naruto, padahal Naruto sudah mati 3 bulan lalu.
Ia juga tidak tega saat Hinata terus menerus diberikan suntikan obat penenang oleh perawat.
Ataukah ia harus mengikuti saran ibunya dan Izumi untuk mengirim Hinata ke Singapura untuk pengobatannya? Tapi Sasuke tak mau melakukan itu. Ia lebih mementingkan egonya daripada kesembuhan Hinata.

( kok author jadi benci ama si Sasuke yak? Padahal kan author yang buat dia jadi kayak gini😂😂😂).

  Sasuke menatap wajah Hinata yang pucat dan sedikit kurusan.
Dia membelai helaian rambut Hinata dengan pelan.
"Maafkan aku" Gumam Sasuke lalu ia bangkit dari duduk nya dan keluar dari kamar tempat Hinata dirawat.
Ini sudah jam sepuluh malam dan dia harus pulang karena besok ada rapat penting dengan perusahaan otsusuki.
Sasuke meninggalkan Hinata sendirian tanpa menoleh padanya sedikit pun.

Tak lama setelah Sasuke pergi pintu kembali terbuka dan menma masuk kedalam dan duduk di kursi sebelah ranjang Hinata.
"Aku datang lebih awal kali ini. Apa kau tidak rindu padaku Hime? Kenapa kau belum bangun juga hmm? Apakah alam mimpi mu lebih indah daripada kedatangan ku" Kata menma dengan menggenggam tangan
Pucat Hinata.
"Kumohon bangunlah Hime" Lirih menma dengan menciumi punggung tangan Hinata yang ada selang infus nya.

  Menma selalu datang ke kamar Hinata setiap tengah malam untuk menjenguk nya dan tentu saja itu secara diam-diam, dia tak mau ketahuan oleh siapapun termasuk Nagato dan Kabuto.
Ia selalu beralasan ingin pergi ke club malam mencari udara segar.
Dan untung nya Nagato tak mencurigai nya, mungkin.....
Tapi jika ia ketahuan oleh mereka dan mendapatkan hukuman pun tak apa asalkan dia bisa menemui Hinata.
Ia terlalu takut untuk kehilangan Hinata lagi, kemarin nyaris saja ia kehilangan Hinata jika pria itu tidak menyelamatkan nya. Mungkin dia harus berterima kasih pada sui karena sudah menyelamatkan Hinata.

  "Maafkan aku yang tak bisa melindungi mu lagi Hinata" Lirih menma.
Menma menatap jam dinding yang ada diruangan ini kemudian dia berdiri dari duduknya dan tersenyum pasa Hinata walau Hinata tak bisa melihat nya sekarang.
"Aku pergi dulu Hinata, cepatlah sadar dan jangan lupakan aku" Kata menma dengan mencium dahi Hinata
Setelah itu menma pergi.

☀☀☀☀☀☀

"Hinata- Chan ayo makan aa.... " Kata Mikoto dengan menyodorkan sesendok bubur pada Hinata.
"Naruto. Apa naruto datang kemari tadi malam? " Tanya Hinata dengan menatap Mikoto penuh harap.
"Aku tidak tau. Tapi Sasuke datang menemuimu tadi malam. Apa kau tau? " Tanya Mikoto.
"Sasuke?.... Aa aku tidak tahu" Kata Hinata acuh.
"Apa kau tidak suka jika Sasuke datang menjenguk mu Hinata? " Tanya Mikoto.
"Bukan begitu.... Hanya saja aku menginginkan naruto datang menjenguk ku dan membawaku pergi dari tempat ini" Kata Hinata.
"Pergi? Kau mau pergi kemana dengan naruto?" Tanya Mikoto penasaran.
"Aku dan naruto punya rumah impian disuatu tempat. Kami akan tinggal di sebuah rumah sederhana dekat pantai dan membangun keluarga kecil disana" Kata Hinata dengan tersenyum.
"Keluarga?. Boleh aku tanya sesuatu Hinata? " Kata Mikoto dengan menunduk.
"Tentu" Kata Hinata.
"Apa keistimewaan naruto sehingga kau menolak Sasuke? " Kata Mikoto.
Hinata terdiam dan menatap Mikoto dengan Ragu-ragu.
"Katakan saja tak apa. Aku tidak akan marah padamu" Kata Mikoto dengan senyum meyakinkan.
"Naruto selalu ceria dan bersikap hangat padaku sedangkan Sasuke orang yang dingin dan cuek, setiap aku ada didekat Sasuke aku selalu merasa ketakutan dan terintimidasi ,  auranya juga begitu menakutkan. Aku selalu berfikir mungkin dia bisa membunuh ku kapan saja dengan sekali cekikan. Aku ingin pergi darinya tapi dia selalu menghalangi ku. Aku takut sangat takut" Kata Hinata dengan menunduk.
Mikoto tersenyum lirih dia menggenggam tangan Hinata lembut.
"Tolong maafkan putraku Hinata. Aku benar-benar minta maaf" Kata Mikoto

   Hinata menatap Mikoto tak tega. Dia memeluk Mikoto dan mengusap punggung Mikoto yang sedikit bergetar menahan tangis.
"Tidak apa bibi, aku sudah memaafkan nya.  Lagipula setiap orang pasti memiliki masa lalu yang membuat mereka jadi berubah" Kata Hinata.
"Aku benar-benar minta maaf Hinata. Tolong maafkan kami" Kata Mikoto.
"Tidak apa bibi" Kata Hinata.

     "Toneri-sama. Kau bilang mau memanfaatkan Hinata Hyuuga itu, tapi kenapa kemarin kau menolongnya dari dari serangan Zabuza dan Danzo? " Tanya Urashiki.
"Entahlah. Tubuhku bergerak sendiri untuk menolong nya. Lagipula Sasuke tidak ada disana untuk melindungi Hinata. Kurasa.... Aku tidak bisa menggunakan Hinata untuk menghancurkan Sasuke" Kata Toneri.
"Tapi kenapa toneri-sama? Bukankah kau merencanakan semuanya dengan matang Selama ini" Kata Kenshiki.
"Entahlah. Aku hanya tidak ingin melakukan itu. Aku hanya ingin membuat Hinata bahagia dan melindunginya" Kata Toneri.
1 detik~~~
2 detik~~~
3 detik~~~

  GUBRAK....., Urashiki dan Kenshiki terjungkal kebelakang dengan tidak elitnya.
"Kalian kenapa sih? " Kata Toneri dengan memasang poker facenya
"Bos kau sehat?" Tanya Urashiki
"Kurasa bos demam dia butuh dokter sekarang" Kata Kenshiki dengan memencet beberapa angka ditelfon nya.
"Kalian..... " Kata Toneri geram dan perempatan siku muncul di dahinya.
BLETAK...BLETAK...
"Toneri-sama.... Kau.. Kenapa memukul kami.... " Kata Kenshiki yang terkapar dilantai dengan mulut berbusa dan kepala benjol besar.
"Cih menyebalkan. Aku akan keluar sebentar kalian jangan cari aku" Kata Toneri dengan meninggalkan Kenshiki dan Urashiki yang masih terkapar dilantai.

   Toneri memarkirkan mobil nya di parkiran rumah sakit senju. Dia lalu berjalan dengan santai melewati koridor panjang menuju kamar tempat Hinata dirawat.
Langkah nya terhenti saat ia melihat seseorang tak jauh darinya sedang termenung didepan pintu kamar rawat Hinata, orang itu kelihatan sangat sedih.
Toneri menghampiri orang itu dan menepuk bahunya.

"Maaf kau siapa ya? " Tanya Toneri.
Orang itu menoleh pada Toneri dengan wajah dinginnya.
"Aa... Maaf. Aku salah ruangan. Aku sedang mencari seseorang disini dan kupikir orang itu ada disini" Kata nya.
"Ouh... " Kata Toneri.
"Aku Namikaze menma. Kau pasti otsusuki Toneri kan? " Kata menma.
"Iya. Darimana kau tau? " Heran Toneri.
"Aku pengacara nya uchiha-san. Kita pernah bertemu sebentar sebelumnya di kantor Uchiha. Apa kau ingat" Kata menma ramah.
"Ah iya aku ingat, maaf aku sedikit lupa tadi" Kata Toneri.
"Apa kau mencari Sasuke disini?" Tanya Toneri.
"A-ah iya aku mencari uchiha-san disini karna kata pengawal nya uchiha-san selalu pergi ke RS untuk menjenguk seseorang" Kata menma.
"Ouh begitu ya" Kata Toneri.
"Lalu anda sendiri, apa yang anda lakukan ke mari? " Tanya menma penasaran.
"Ah I-itu a-aku aku sedang..... " Kata Toneri gugup.
"Apa anda mau menemui perempuan nya Sasuke ya? " Tebak menma.
"Hahaha kurasa aku ketahuan nih" Kata Toneri dengan tertawa.
"Anda mudah sekali ditebak. Baiklah kalau begitu aku akan pergi dulu. Byee.... Semoga pertemuan mu lancar" Kata menma dengan pergi meninggalkan Toneri sambil melambaikan tangannya.
Wajah menma menggelap dan senyuman nya berubah menjadi sebuah seringai jahat.
"Sepertinya saingan ku bertambah satu lagi. Hinata ku memang hebat bisa memikat hati orang-orang seperti mereka" Kata menma.

   Toneri masuk kedalam kamar Hinata dan tersenyum ramah padanya.
"Pagi Hinata. Bagimana keadaan mu? " Tanya Toneri.
"Kau!! " Kaget Hinata.
"Kenapa kau kaget begitu? Kau tak suka jika aku datang menjenguk mu? " Kata Toneri pura-pura sedih.
"Itu.... Terimakasih su-sudah menolong ku" Kata Hinata pelan.
"Sama-sama. Lagipula aku tak sendiri kok. Sasuke juga membantu ku" Kata Toneri .
"Tapi... " Kata Hinata.
"Ada apa? Katakan saja" Kata Toneri.
"Bagaimana kau bisa sampai digang itu saat aku diculik" Tanya Hinata dengan menatap Toneri serius.
"Ouhh waktu itu aku mau mengunjungi mu di villa Sasuke tapi aku tak sengaja melihat mu kabur dan berlari kearah gang sepi. Jadi aku memutuskan untuk mengikuti mu dari belakang karna ada 2 orang aneh yang diam diam juga mengikuti mu" Kata Toneri dengan mengingat lagi kejadian waktu itu.
"Terima kasih sudah menyelamatkan ku. Aku tak tau jika kau tak ada disana mungkin aku sudah... -/sstt....jangan bicara seperti itu" Potong Toneri dengan meletakkan jari telunjuk nya dibibir Hinata.
"A-apa kau tidak terluka? Bukankan kau mendapatkan tembakan peluru dari orang itu? " Kata Hinata dengan mendorong Toneri karna jarak mereka agak dekat.
"Ouhh hanya luka ringan saja kau tak perlu khawatir" Kata Toneri
"Syukurlah... " Kata Hinata lega.
Setelah itu hanya percakapan ringan yang terjadi diantara mereka berdua dan mereka tak menyadari kalau diluar ada Sasuke yang menatap mereka dengan kesal.


TBC........

THE MAFIA IS MY HUSBAND.(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang