Enam

6.9K 1.1K 190
                                    

"Masa, sih? itu Reihan," gumam Uni sambil menajamkan penglihatannya. Supaya lebih yakin, ia pun sengaja menelpon nomor Reihan untuk memastikan.

Uni melihat pria tersebut mengangkat telponnya. "Wes to, iki aku. Buruan nyebrang!" ucap Reihan sambil menatapnya.

Uni hanya meringis sambil bersiap menyeberang.

"Terima kasih ya, Un sudah mau datang," ucap Reihan sambil mengulurkan tangannya. Uni menerima jabat tangan Reihan.

"Sorry, aku terlambat. Jalannya macet pake banget. Padahal aku udah berangkat pagi - pagi buta."

"Tidak apa - apa, yang penting kamu sampai dengan selamat. Bersyukurlah Indonesia punya budaya jam karet. Teman - teman juga belum banyak yang datang."

Kemudian Reihan membukakan pintu mobil untuk Uni. Ketika masuk ke mobil, ia disambut suara anak - anak.

"Ayah, itu siapa?"

Uni tertegun menatap dua bocah laki - laki plus satu bayi perempuan yang duduk manis di kursi amannya.

"Itu anak - anak kuajak ke reuni. Soalnya ibuku ada acara di rumah kerabat." Reihan menjelaskan kepada Uni yang nampak kebingungan.

"Terus istrimu?" tanya Uni. Ia tidak mau nanti dicemburui oleh ibunya anak - anak karena sudah merepotkan suaminya.

"Um..  Dia nggak bisa ikut. Buruan masuk nanti acaranya keburu mulai!" perintah Reihan. Uni hanya menurut dan duduk di samping si bayi perempuan.

*****

Ketika Uni sampai di lokasi acara, ia langsung mirip Teletubies yang berpelukan sambil tertawa - tawa riang dengan teman - teman masa kecilnya. Semua temannya sudah menjadi ibu. Hanya Uni yang masih jomblo.

Setelah mengabsen semua teman perempuan di kelasnya, plus berkenalan dengan para istri teman laki - laki. Giliran Uni menyapa teman laki - laki sekelasnya. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari - cari sosok Dito.

"Hai Uni!" sapa Dito yang terlihat semakin kurus.

"Makin kerempeng aja, To?" tanya Uni sambil mengulurkan tangannya untuk menyalami pria itu. Dito, sahabat masa kecil sekaligus mantan cinta monyetnya.

"Maklum ya, capek jadi buruh," jawab Dito sambil tertawa tanpa merasa tersinggung dengan sindiran Uni.

Uni menatap Dito dengan perasaan mengharu biru. Tubuh kerempeng pria itu membuatnya terlihat lebih tua dan menghilangkan  ketampanan yang dulu sempat menjadi bunga angan Uni di masa muda.

Uni belum selesai mengenang romansa masa SD nya, ketika Hanung datang merecokinya.

"Hai Sayangku? Apa kabar?" sapa Hanung tanpa merasa canggung.

Dito tertawa melihat Uni bergidik jijik. Sikap Hanung yang suka membully Uni sejak SD membuatnya merasa kesal dan terbawa hingga sekarang.

"Makin botak aja, Pak? Jangan - jangan ini karena aku jambak dulu ya?" tanya Uni dengan nada mengejek.

Hanung langsung menunjukkan wajah masam. Keduanya pun teringat kenangan saat berantem dulu. Hanung memang suka sekali menggoda Uni. Baginya tiada hari tanpa mengusili gadis berambut Dora the Explorer itu. Mulai dari meledek, sampai mengotori seragam putih Uni dengan tinta pulpen. Untuk ke usilan yang terakhir, Uni sempat menghadiahi Hanung sebuah jambakan yang hingga kini masih terasa sakitnya.

Hanung mengelus kepala botaknya. " kayaknya iya, nih. Jadi kamu kudu tanggung jawab," ucapnya.

"Ye, kamu yang usil duluan, aku yang disuruh tanggung jawab. Tidak adil," protes Uni.

Sementara itu Reihan hanya bisa melihat Uni yang sedang menyapa teman - temannya secara diam - diam. Wanita itu terlihat sangat akrab dengan teman laki - laki yang lain tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya. Sama seperti saat masih kecil dulu. Uni yang diam - diam ia sukai terasa begitu jauh dan tak terengkuh.

*****

Yang namanya acara kumpul - kumpul dan ada banyak bocah, pasti ada saja hal - hal yang membuat kacau.

Seperti sekarang ini. Jagoan Reihan dan jagoan teman - teman yang lain mulai ribut ingin berenang.

"Tolong bantu aku menggendong Risma, dong!" pinta Reihan. Tapi ternyata ibu - ibu itu sibuk dengan anak mereka masing - masing. Hanya Uni yang terlihat leha - leha.

"Un, aku titip Risma sebentar ya!" pinta Reihan.

Dengan perasaan ragu dan canggung, Uni menerima bayi berumur 6 bulan itu dari gendongan ayahnya. Uni terlihat kaku sekali. Maklum ya, belum pernah memiliki bayi. Pengalaman Ini hanya sebatas menggendong anak kucing dan anak anjing.

Setelah Reihan berlalu, Uni baru bersuara.

"Reihan itu gimana, sih. Masa reuni ngajak anak bayi tapi nggak sekalian mengajak ibunya,"

Semua mata langsung tertuju ke arah Uni. Leni sahabat Uni yang kebetulan masih tinggal satu kota dengan Reihan langsung menepuk bahu Uni.

"Lho kamu nggak tahu ya, Un?"

"Tahu apa?" tanya Uni sambil meringis karena ditatap sedemikian rupa oleh teman - temannya.

"Istrinya Reihan kan sudah meninggal saat melahirkan anak ini."

Jantung Uni terasa ingin ambrol. Ternyata ia benar - benar kuper.

Tbc

Chapternya pendek banget. 😄✌️

Reuni (End) Sudah Tersedia Ebooknya Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang