Tujuh

7.1K 1.1K 191
                                    

WARNING : CERITA INI HANYA UNTUK HIBURAN, TIDAK ADA MUATAN EDUKASI SAMA SEKALI. JIKA ADA ADEGAN DI LUAR NALAR, PLEASE! DONT TRY AT HOME. KEJADIAN DALAM CERITA INI HANYA ADA DI DUNIA WATTPAD.


"Jadi istrinya Rei...?" Uni tidak melanjutkan ke kepoannya. Tatapannya kini tertuju ke bayi perempuan yang merasa nyaman dalam gendongannya.

"Kamu nggak baca chat group ya?" selidik Leni yang dibalas gelengan kepala Uni.

Uni memang sering mengabaikan chat di group. Bahkan ia suka langsung menghapus chat tanpa membacanya lebih dulu. Maklum, terkadang Uni tidak paham dengan apa yang dibahas. Dan Dito juga jarang sekali muncul, sehingga tidak ada alasan bagi Uni untuk ikut ngerumpi bareng di sana. Apalagi jika topik yang dibahas adalah tentang anak. Uni yang masih jomblo suka ngenes jika ingat dirinya masih sendirian.

Hanya Dito yang menjadi alasan Uni untuk bertahan di group. Jika pria itu tidak datang ke acara reuni, ia pun sebenarnya tidak ingin hadir. Meskipun setelah bertemu Dito perasaannya justru dibuat semakin tidak menentu. Apalagi ketika melihat penampilan Dito yang semakin kurus, berbanding terbalik dengan istri Dito yang semakin gendut.

"Mungkin Dito nggak cocok susunya," celetuk Leni sahabat Uni yang sejak dulu sudah mengetahui jika Uni naksir Dito. Rupanya gelagat curi - curi pandang ke arah Dito selalu di pantau oleh Leni.

Lalu keduanya tertawa cekikikan tanpa mempedulikan tatapan penuh tanda tanya teman - teman mereka yang lain.

"Dia nggak mau sama aku, sih," ucap Uni sambil masih tertawa.

"Iya ya, Un. Kali aja susunya cocok," kelakar Leni yang kembali membuat keduanya tertawa.

"Mesum ish...," Uni menegur Leni.

"Nggak apa - apa, Un. Kita kan sudah dewasa. Eh cuma kamu yang masih abege ya," canda Leni.

"Sindir terooos...," protes Uni yang hanya dibalas tawa geli sahabatnya.

"Oh iya, aku boleh menumpang nginap di rumahmu, Kan? Beneran ini aku nggak merepotkan?" tanya Uni.

"Iya, santai saja. Mau nginep beberapa hari juga boleh. Kali aja kamu masih ingin mengunjungi teman atau tempat - tempat penuh nostalgia."

Uni menggelengkan kepalanya. Kalaupun ada yang ingin ia ajak mengobrol ya sudah jelas si Dito. Tapi sayangnya semuanya sudah berubah. Teman - temannya sudah jauh menapakkan kaki mereka mewujudkan impian menjadi 'something' dan meninggalkan Uni yang masih 'nothing' seorang diri.

Uni kembali menunduk untuk menatap bayi dalam gendongannya yang ikut tersenyum - senyum.

"Eh Dedek ikut senyum. Memangnya kamu paham ya apa yang Onty obrolin?" goda Uni sambil menowel pipi bayi mungil itu.

Menjelang Ashar, acara reuni pun berakhir. Uni yang hendak ikut rombongan Leni segera mencari Reihan untuk melakukan serah terima. Dan sebuah kehebohan terjadi. Risma menangis karena tidak mau dikembalikan kepada bapaknya.
Bayi itu memeluk erat leher Uni sambil menjerit di dekat telinga Uni.

"Ya Allah, Dek...." telinga Uni terasa berdengung karena jeritan Risma. Dan entah keusilan itu datangnya dari mana, Kuncoro yang tanggap darurat segera meraih tangan Reihan sambil berucap keras.

"Saudara Reihan Harsanto bin Suharsanto. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Yunita Rahmawati binti Budiono dengan mas kawin sebesar seratus ribu rupiah dibayar tunai." ucapnya menirukan seorang ayah yang sedang menikahkan puterinya.

Dan Reihan pun membalasnya. "Saya terima nikahnya dan kawinnya  Yunita Rahmawati binti Budiono dengan mas kawin yang tersebut, tunai!"

Uni yang mendengar langsung memprotes. "Dagelan kalian sama sekali tidak lucu."

Kuncoro tidak mempedulikan ucapan Uni. Ia justru bertanya pada teman - temannya sambil berteriak. "SAH SAUDARA - SAUDARA?"

Dan teman - teman Uni sepakat mengiyakan lelucon tersebut dengan serentak menjawab sah. Bahkan Dito mengucapkannya paling keras.

Uni menatap mantan cinmonnya dengan kesal. Namun rasa sebalnya harus ia tunda ketika tangis bayi yang berada dalam gendongannya berhenti dan berganti dengan sebuah senyum manis.

Satu persatu teman - teman Uni berpamitan sambil bersalam - salaman. Bahkan mereka sempat melontarkan candaan menunggu undangan resmi dari Reihan.

Reihan menanggapinya dengan tertawa - tawa, sedangkan Uni hanya bisa memendam kedongkolan.

Leni menghampiri Uni. "Aku pulang duluan ya. Kamu ikut Reihan!"

"Lho? Kenapa aku ditinggal?"

"Sebaiknya kamu ikut Reihan dulu untuk membawa Risma. Kalau anak ini sudah bersama neneknya, kamu minta tolong Reihan untuk mengantarmu kerumahku!" saran Leni.

"Oke, deh." ucap Uni pasrah.
Semoga setelah serah terima si bayi dengan sang nenek, ia bisa segera terbebas dari bapaknya.

Tbc

Reuni (End) Sudah Tersedia Ebooknya Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang