Delapan

7.5K 1.2K 396
                                    

WARNING : CERITA INI HANYA UNTUK HIBURAN, TIDAK ADA MUATAN EDUKASI SAMA SEKALI. JIKA ADA ADEGAN DI LUAR NALAR, PLEASE! DONT TRY AT HOME. KEJADIAN DALAM CERITA INI HANYA ADA DI DUNIA WATTPAD.

Uni hanya bisa pasrah sambil menggendong Risma, ketika Reihan mengajak pulang kerumahnya. Sejuta keresahan berkecamuk di hati Uni. Semoga kedatangannya tidak menimbulkan kesalah pahaman.

Perasaan Uni semakin tidak karuan saat si tengah menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.
Kalau sedang di bimbel, Uni pasti sudah membalas dengan tatapan ala - ala Cylop pada anaknya Reihan. Sayang di dekat si bocah ada bapaknya.

"Ayo turun, kita sudah sampai," ucap Reihan dengan nada riang.

Si sulung dan si tengah langsung turun dari mobil dan bergabung dengan anak - anak tetangga untuk bermain mercon banting. Hanya Uni yang masih terpaku di tempatnya. Sepertinya bokongnya ada lem super yang membuat enggan beranjak. Ia tidak siap bertemu ibunya Reihan.

"Turun yuk, kukenalkan pada ibu mertua," cengir Reihan sambil membukakan pintu mobil untuk Uni.

"Rei, Aku takut," jawab Uni ragu. Ya maklum, selama 34 tahun hidup. Uni belum pernah bertemu ibunya teman laki - laki.

"Tenang! Kan ada aku, Beb." Reihan berusaha menenangkan si perawan ting - ting yang canggung karena akan dipertemukan dengan ibu mertua.

"Aku nggak siap ditanya macam - macam. Lagian ini tadi cuma bercanda. Udah bawa masuk Risma aja terus kamu segera antar aku ke rumah Leni," ucap Uni sambil mengulurkan bayi Reihan.

Namun seolah paham jika dirinya tidak diinginkan, Risma kembali siap untuk menangis. Reaksi Risma membuat Uni kalah telak. Ia pun mengalah turun dari mobil sambil tetap menggendong Risma.

Reihan hanya tersenyum melihat reaksi Risma. Meskipun masih bayi, gadis kecilnya paham dengan curhatannya dulu. Benar - benar anak ayah yang manis.

Bu Hartini menyambut Reihan di depan pintu. Lalu ia merasa heran dengan wanita yang sedang menggendong cucu perempuannya.

"Siapa ini?" tanya bu Hartini dengan ramah.

"Dia istri aku, Bu. Aduh..." Reihan mengaduh saat merasakan kaki Uni menginjak telapak kakinya dengan keras.

Uni mencoba tersenyum sambil bersusah payah melepas tangan kanannya untuk menyalami dan mencium punggung tangan bu Hartini.

"Saya temannya Rei, Ibu. Tadi Risma rewel dan saya diminta tolong untuk menenangkan," ucap Uni.

Lalu tangannya bersiap untuk menyerahkan bayi perempuan itu pada neneknya.

Lagi - lagi sebuah kejadian tak terduga terjadi. Risma menolak digendong sang nenek dan kembali menangis.

Bu Hartini terpaksa mengulurkan Risma kepada Uni. Meskipun Uni tidak mengerti, namun akhirnya ia menerima Risma ke dalam gendongannya. Tangisan Risma terhenti.

"Tunggu sebentar!" pinta bu Hartini sambil melangkah menuju ke rumah bu Nursanti. Beliau bermaksud meminjam Ajeng.

Uni dan Reihan saling berpandangan. "Ibumu mau kemana?"

"Meneketempe," jawab Raihan sambil mengangkat bahu.

Namun akhirnya rasa heran mereka terjawab ketika bu Hartini kembali sambil mengajak Ajeng.

"Jeng! Coba kamu ambil Risma dari gendongan Mbaknya," perintah bu Hartini pada kandidat calon mantu idaman.

Ajeng dengan patuh segera menuruti titah paduka kanjeng ibu suri untuk menggendong calon anaknya.

Risma memberot, ia langsung menangis saat tubuh mungilnya berada di dalam gendongan Ajeng. Bu Hartini mengamati reaksi cucunya dengan seksama.

"Coba kamu kembalikan Risma sama Mbaknya!" perintah bu Hartini. Ajeng dan Uni yang tidak memahami maksud ibunya Reihan hanya bisa menuruti.

Uni dengan sigap kembali menerima Risma ke dalam gendongannya. Tangisan Risma langsung terhenti, membuat bu Hartini merasa takjub.

"Ya sudah sana, Le. Segera hubungi pak RT dan pak Modin. Risma sudah memilih sendiri ibu sambungnya. Mumpung Mbaknya masih disini!" titah bu Hartini sang ibu suri.

"Lho, Budhe...bukankah Budhe sudah memilih saya untuk dijodohkan dengan mas Reihan," protes Ajeng ketika tiba - tiba ibu suri berubah pikiran.

"Aku maunya begitu, Nduk. Tapi apa dayaku jika si bayi sudah memilih," jawab bu Hartini dengan penuh sesal.

Sayang juga loh melepas calon mantu si anak pemilik toko. Soalnya bu Hartini jadi tidak bisa kasbon lagi jika uang belanja yang beliau bawa jumlahnya kurang.

Sedangkan Uni hanya bisa terbengong - bengong melihat wanita yang di ajak ibunya Reihan tiba - tiba berlalu sambil menangis ala - ala film India.

Kemudian Uni segera tersadar ketika ibunya Reihan meminta sang putera untuk bergegas.

"Buruan gih. Mumpung adik - adik kamu sedang berkumpul di sini. Kita sahkan segera hubungan kalian."

Uni masih melongo saat mendengar ucapan ibunya Reihan. Mengesahkan hubungan? Maksudnya apa ya?

Bu Hartini menyentuh lengan Uni. "Kamu tidak apa - apa, kan? Kalau dinikahi Reihan secara siri. Soalnya Risma sudah nempel seperti anak koala. Bisa jadi aib kalau kamu menginap hanya asal menginap. Untuk menjaga nama baikmu, lebih baik kamu segera di sahkan saja ya. Setelah ini kita urus nikah resminya," ucap bu Hartini.

Uni hanya bisa melongo.

Tbc

Ternyata sifat Reihan itu turunan dari sang ibu. 🤣🤣🤣

Reuni (End) Sudah Tersedia Ebooknya Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang