Dua

9.5K 1.1K 191
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Castnya si Uni. 🤣🤣🤣
Castnya Reihan nggak usah ya. Aku takut nanti kalian pada ngefans.

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.

Uni menatap kuatran SD Mutiara Persada dengan tatapan lelah. Ini baru jam satu. Sedang lemes - lemesnya. Tapi ia harus maju tempur di jam pertama menghadapi empat bocah kelas 1 yang sangat hiperaktif.

Ya bagus lah kalau hiperaktifnya positif. Ke-empat bocah ini adalah biang rusuh. Oke Uni ulang sekali lagi 'biang rusuh'.

Michael si kompor meleduk, hobbynya mengompori teman supaya berantem. Dia adalah the real Sengkuni di kelasnya Uni. Ada Mesakh si bungsu senggol bacok. Si unyu - unyu yang pendiam. Tapi jangan tanya ya? Kalau ada temannya yang usil, ia akan membalas dengan mengejar- ngejar temannya itu sampai dapat untuk ia hadiahi sebuah bogeman. Yang berikutnya ada Sendy si tukang pukul. Dari ke- empat bocah itu, Sendy adalah yang paling bar - bar. Karena ia suka memukul teman tanpa sebab. Dan ada Jaya si besar mulut alias kecil - kecil sombong karena merasa dia adalah anak sultan. Jaya benar - benar the real Tsuneonya SD Mutiara Persada.

Seperti siang itu, rasanya Uni sudah ingin membatalkan puasanya saat melihat tingkah ke- empat biang rusuh bertengkar di kelasnya.

Uni mengelus dada sambil menggeleng - gelengkan kepala. Dirinya saja yang hanya bertemu mereka 3 x 1,5 jam dalam seminggu sudah mengeluh. Bagaimana dengan wali kelas mereka yang bertemu selama 6 x 3 jam dalam seminggu, coba?

Entah apa yang di bahas oleh ke - empat bocah itu, kok ujung - ujungnya mereka berantem dan membuat kelas yang diampu oleh Uni menjadi gaduh.
Dimulai dari Jaya melontarkan cuitan yang membuat ketiga temannya tersulut emosi. Sendy yang tiba - tiba berdiri dan menghampiri Jaya langsung menghadiahkan pukulan mautnya.

Uni segera melerai dan menggiring Sendy untuk kembali duduk. "Hayo lo... Nggak boleh memukul teman ya. Ini bulan puasa, nanti puasanya batal!"

Sendy langsung memprotes Uni. Bibirnya yang mengerucut mirip bebek itu membuat Uni takjub. "Sen, kamu mau nggak? ibu kucir bibirmu pake karet gelang."

Ucapan Uni berhasil membuat Sendy terdiam tapi masih dengan bibirnya yang mengerucut itu.

"Jaya juga nggak boleh membuat temannya marah!"

Supaya adil, Uni pun menegur Jaya. Namun bukan si anak sultan namanya, ujung - ujungnya justru Uni yang diledek oleh bocah itu.

Uni mengelus dada. "Sabar, Un. Mungkin dulu bapaknya dibantuin setan waktu bikin adonan si bocah." Uni menabahkan hatinya.

Setelah merasa tenang, Uni kembali menghadap papan tulis untuk menggambar arah mata angin. Tiba - tiba terdengar teriakan Mesakh.

Ketika Uni menoleh, bocah tersebut sedang mengejar - ngejar Michael untuk membalas perbuatan yang telah dilakukan oleh bocah itu.

"Mesakh! Duduk Sayang...!" panggil Uni pada si bocah gembil berkulit hitam manis. Sejak pertama kali melihat Mesakh yang unyu - unyu itu, jiwa keibuan Uni sudah meronta - ronta ingin menguyel - uyel si bocah.

"Michael nakal, Bu!" adunya dengan nada manja. Uluh -uluh...

Uni langsung mendekati Mesakh, namun si senggol bacok masih memberontak. Selama ia belum bisa membalas kejahilan temannya, ia belum akan berhenti mengejar Michael.

Uni yang mendadak merasa pusing pun akhirnya menyerah dan membiarkan kelasnya menjadi ribut.

"Ya Allah... Mendingan saya disuruh mengajar 50 siswa kelas 6 daripada mengajar 4 biang rusuh."

Mendadak keributan tersebut terhenti. Ke empat biang rusuh dengan patuh segera duduk di kursi mereka masing - masing.

Uni menoleh ke arah pintu. Ternyata ada pak Bos nya yang sedang berdiri sambil memelototi murid - muridnya Uni. Rambut keritingnya yang gondrong karena belum sempat di cukur menambah sangar penampilannya.

"Mbak, tolong kalau bisa dikondisikan kelasnya!" ucap pak Bos sebelum berlalu.

Uni ingin berteriak. "Pak, sampeyan saja deh yang mengajar 4 tuyul ini!"

Ya beginilah derita anak buah. Uni menghela dan menghembuskan nafasnya. Kemudian ia pun mulai menjelaskan tentang arah mata angin sambil menyanyi.

"Sudah ingat ya, kalau sudah mari kita bermain kuiz!" Uni mengakhiri penjelasannya.

******

Reihan sedang mengawasi petani binaannya. Ia ingin memastikan modal yang ia gelontorkan pada petani untuk agrobisnisnya berjalan sebagaimana mestinya.

Iya, Reihan bukan petani. Ia hanya mengajak beberapa petani yang memiliki lahan untuk menggarap sayuran organik, kemudian ia akan menyalurkannya ke supermarket atau jaringan ritel yang tersebar di Pulau Jawa.

Reihan menatap hamparan tanaman sayurnya yang siap untuk di panen, dan ditanam di dalam tenda besar.

Untuk menghindari hama, tanaman tersebut ditanam di sebuah tenda besar yang sifatnya darurat. Mungkin jika keuntungannya sudah mencukupi, suatu saat nanti Reihan ingin membangun rumah kaca yang lebih bagus untuk kebun sayurnya.

Reihan menyentuh dan meneliti sayuran tersebut sambil mengangguk puas. Kualitas sayurnya memang bagus. Itulah yang membuat Reihan berhasil mengajak perusahaan ritel menyalurkan hasil pertaniannya kepada konsumen.

Sepertinya minggu depan ia sudah bisa mendistribusikan sayuran tersebut sebelum lebaran tiba. Intinya, stok bahan pangan lebaran kali ini dipastikan aman.

Reihan akan sangat sibuk. Belum lagi ia di dapuk menjadi ketua panitia reuni. Untuk kali ini Reihan menyanggupi, karena ia ingin sekali bertemu dengan Uni.

"Aku sudah nggak sabar ketemu kamu, Un."

Tbc

Reihan itu perpaduan antara mas Reva, Wira, dan Arya. Semoga banyak yang memberi support. Amin.

Reuni (End) Sudah Tersedia Ebooknya Di PlaystoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang