Bahagianya orang tua adalah ketika sudah berhasil untuk melahirkan buah hatinya ke dunia dengan sehat dan selamat serta tidak ada kekurangan apapun pada buah hati mereka. Mendoakan yang terbaik untuk kehidupan buah hati mereka selanjutnya untuk senantiasa berada di lingkungan yang mencintainya dengan tulus.
Awalnya memang bahagia, kakakku terlahir dengan sehat dan cantik. Bahkan, ketika perusahaan kakek sedang berada pada masa kejayaan. Bisa dibilang Kakakku berada pada masa hidup berkecukupan. Memakan makanan yang bergizi, meminum susu yang termahal pada masa itu, hingga pakaian yang indah untuk dikenakan kakakku. Hampir semuanya terpenuhi, bahkan untuk kehidupan keluarga dari masing- masing anak Kakek.
Hidup senang, menikmati hasil dari perusahaan kakek tanpa memikirkan masa depan. Terbuai akan kenikmatan yang bukan dari hasil jerih payah sendiri. Melupakan fakta bahwa roda kehidupan mungkin saja dapat berputar seiring dengan berjalannya waktu.
Tepat lima tahun setelah itu, aku dilahirkan.
Dan disaat itu pula, kakek menghembuskan nafas terakhirnya.
Perusahaan Kakek hancur, dan tidak ada yang bisa membantu untuk membangkitkan kembali, sekalipun ke lima anak laki-laki Kakek. Mungkin, kebaikan sedang berpihak pada mereka karena rumah Kakek masih terselamatkan.
Mereka tidak bisa terus memanfaatkan untuk tinggal dalam satu rumah dan melangsungkan kehidupan keluarga mereka bersama. Hingga pada saat keputusan akhir, lima anak laki-laki kakek menjual satu-satunya aset Kakek yang masih tersisa dan menyamaratakan hasil penjualan tersebut.
Satu persatu keluarga telah meninggalkan rumah itu, memulai hidup baru dari bawah untuk pertama kali. Ada rasa penyesalan yang tertinggal. Tapi apa yang bisa diucapkan jika roda kehidupan sedang berputar pada mereka. Mereka yang tidak pernah merasakan hidup susah, kemudian harus disadarkan dengan tamparan yang sangat kuat untuk memulainya.
.
.
.
.
.
.
.
.||°
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Mau tinggal dimana?" Ucapan itu terlontar begitu saja dari seorang Pria yang bahkan sudah merubah statusnya menjadi kepala keluarga.
"Lu pikir, gua yang kepala keluarga disini? Anak lu dua, masih pada kecil. Emangnya lu tega ngebiarin anak istri lu jadi gembel?"
Ada satu fakta yang terlewat, orang tua ku tidak saling mencinta ketika memutuskan untuk memiliki keluarga bersama, atau lebih tepatnya Mama yang tidak mencintai Papa. Tapi Papa selalu menyakinkan Mama, bahwa cinta akan datang karena terbiasa.
Mama tidak begitu yakin dengan pernyataan yang diucapkan Papa. Bisa saja kan, cinta itu tidak akan datang jika tidak ada pembuktian kuat untuk menumbuhkanya.
Mungkin, atas dasar tidak memiliki prinsip yang sama maka Mama sulit untuk tidak melibatkan emosi ketika sedang membicarakan sesuatu, sekalipun pembahasan suatu hal yang serius kepada Papa.
Setelah pernyataan Mama yang sedikit sarkas, Papa membeli satu unit rumah tingkat yang bahkan di tingkat bawah sudah terdapat satu keluarga yang tinggal dirumah itu. Bisa dibilang bahwa rumah ini memiliki dua tingkatan rumah. Dan lucunya lagi, rumah bagian bawah ini telah dihuni oleh Kakak tertua Papa. Sehingga sudah dipastikan bahwa keluarga ku menetap di bagian atas rumah ini, lengkap dengan kehidupan wanita yang sudah melahirkan Mama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.||\
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.To be continue..
Cr; pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
Up and Down
RandomCukup menikmati dan mensyukuri apa yang sudah diberi . . . . . . . . bahasa : campuran (Indonesia-Inggris) Based on true story (SLOW UPDATE)