Hidup sebagai manusia tidak akan ada yang abadi. Manusia dipertemukan dalam fase dimana kehidupannya harus berakhir. Disaat itu pula, mungkin Kita sudah siap mengakhiri tugas di dunia dan meninggalkan semua yang Kita punya.
.
.
.
.
.Aku sudah mulai menjalankan kegiatan ku sebagai pelajar. Bersekolah dengan memberikan banyak prestasi. Mengikuti kegiatan tambahan serta mengikuti organisasi sekolah menengah tingkat pertama.
Diawal masuk sekolah, Aku menerima banyak cemooh atau perkataan tidak sepatutnya diucapkan lainnya dari beberapa Kakak tingkat yang kurang suka dengan kehadiran ku sebagai murid baru di sekolah ini.
Pasalnya sederhana, hanya masalah seragam yang ku kenakan tidak sama dengan Mereka. Akan tetapi, seragamku pun tidak melenceng dengan ketentuan pemakaian seragam di sekolah ku.
Aku dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, tidak mempersalahkan hal itu. Namun, semakin Aku tidak peduli dengan perkataan Mereka, semakin kesal pula Mereka dengan sikap ku.
Mereka begitu gigih untuk menjatuhkan ku. Menyebarkan kebencian kepada semua teman angkatannya terhadap diriku. Bahkan, salah satu dari Mereka ada yang berterus terang menyatakan kepada diriku bahwa Mereka tidak menyukai sikap ku.
Aku tidak perlu banyak bicara atau bertingkah yang aneh untuk melawan para Kakak tingkat ku. Aku hanya membuktikan bahwa Aku mampu untuk menjadi salah satu yang terpenting dalam organisasi yang sedang ku jalani.
Setelah Mereka mengetahui siapa diriku, Mereka tidak lagi berperilaku seolah sangat berkuasa di sekolah ku. Tidak lagi menggangguku dengan perkataan dan sikap Mereka yang menyebalkan. Aku tentu sungguh sangat bahagia dengan itu.
Hari berikutnya terasa lebih tenang dan nyaman. Betapa senang hatiku sebab, Aku dikejutkan dengan bertemunya sahabat lama ku yang ternyata bersekolah di sekolah yang sama seperti diriku. Kebetulan lainnya adalah Kami berada pada satu kelas yang sama.
Kami bertukar cerita suka maupun duka yang Kami rasakan. Saling membantu jika ada masalah atau kesulitan dalam belajar.
Diriku yang tidak pandai mencari teman baru, sangat beruntung sekali dipertemukan dengan sahabat lama ku. Akan tetapi, kedekatan Kami tidak berlangsung lama. Sebab, di tahun ke dua Kami berada di kelas yang berbeda.
Meskipun Aku tidak nyaman apabila memulai pembicaraan terlebih dahulu dengan orang baru, Aku harus tetap melakukannya dan selalu berusaha untuk mendapatkan teman baru.
Hingga akhirnya, Aku didekatkan dengan seseorang yang memiliki sifat yang sama dengan diriku.
Dia sangat pengertian. Memberikan perhatiannya terhadap diriku. Bersenda gurau dengan menceritakan kejadian lucu yang terjadi di lingkungan Kami. Menceritakan kisah cinta Kami dengan lelaki yang mampu membuat Kami tersenyum setiap saat. Dan tentunya menceritakan bagaimana kehidupan yang Kami rasakan begitu kejam dengan keadaan keluarga yang tidak lengkap dan tidak harmonis.
"Ada masalah apa? Kenapa sedih?"
Dia selalu mengetahui setiap perubahan yang terpacar dari wajahku.
"Selain tidak bisa makan dengan cukup, apa yang membuat hati dan pikiranmu menjadi sangat sakit?"
Dia tidak paham sama sekali tentang pertanyaan yang Aku berikan. Dia hanya mengetahui bahwa pertanyaanku bukan sesuatu yang menyenangkan untuk ditanyakan di pagi hari.
"Aku ga tau pasti kenapa kamu nanya seperti itu."
"Tapi, sepertinya kamu pasti tau jawabannya kalo kamu nanya seperti itu ke aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Up and Down
RandomCukup menikmati dan mensyukuri apa yang sudah diberi . . . . . . . . bahasa : campuran (Indonesia-Inggris) Based on true story (SLOW UPDATE)