5

32 4 2
                                    

Tidak mungkin semua yang diinginkan selalu berjalan sesuai dengan angan dan harapan. Setiap perilaku atau perbuatan serta tindakan, mungkin saja memiliki akhir yang negatif maupun positif. Tergantung bagaimana kita mengubahnya dan menetapkan pilihan menjadi lebih indah.















.
.
.
.
.












Aku sudah tidak bersama dengan Kakak, setelah Kakak sudah terlebih dahulu meninggalkan sekolah Kami dan kemudian melanjutkan sekolah di tingkatan selanjutnya.

Ini masih awal tahun ketiga Aku bersekolah. Jadi, mulai dari berangkat sampai aku pulang sekolah, aku selalu sendiri. Termasuk makan siang di kantin. Bahkan ketika Aku menghafal atau mengerjakan materi pelajaran di sekolah, Aku melakukannya hanya dengan seorang diri. Menyedihkan? Tidak, biasa saja. Aku merasa nyaman ketika aku menyendiri.

Karena kesendirian ku ini, ternyata membuahkan hasil. Aku selalu menjadi nomer satu di kelas, banyak guru yang menyebutkan bahwa Aku itu cerdas dan tidak banyak bicara.

Seiring dengan itu, banyak siswa yang ingin menjadi temanku, dan berakhir ingin diajarkan olehku. Akupun dengan senang hati menerima tawaran itu. Dan hal ini lah yang kemudian membuat diriku mendapatkan satu teman yang sangat dekat denganku.

Banyak lelaki yang menyukai teman dekatku, termasuk juga para lelaki Kakak tingkat Kami.

Pada jam pelajaran olahraga selesai, para lelaki Kakak tingkat selalu saja datang silih berganti untuk sekedar memberikan minuman atau makanan kecil lainnya. Tentu saja, semua itu mereka lakukan dengan suka rela karena memiliki alasan tertentu, yakni untuk mendapatkan serta memikat hati teman dekatku.

Tidak ada satu dari para lelaki Kakak tingkat yang memandangku. Aku tidak tahu alasannya apa, dan bagiku itu bukan suatu hal yang membuatku sedih atau bahkan malu.

Yang terpenting bagiku adalah melihat teman dekatku merasa bahagia walau aku tidak menjadi alasan untuk bahagianya. Kemudian melihat teman dekatku tidak merasa risih jika aku berada disampingnya pun juga termasuk ke dalam salah satu hal terpenting untukku.

Hingga suatu ketika aku melihat ke dalam kelas Kakak tingkat akhir yang sedang bersandar di kursi cokelat sembari membaca buku yang berada di kedua tangannya. Dari arah pandangku, Aku dapat melihat wajahnya yang dibalut dengan paras yang tampan. Hidungnya yang memiliki ukuran yang kecil namun masih terkesan mancung, rambut hitam legam serta alis yang tebal. Lelaki itu memiliki semacam daya tarik yang sangat mencuri perhatian ku, sehingga aku tidak ingin melepas pandanganku terhadapnya.

"Kamu liat apa? Dari tadi loh aku tanya kamu, kenapa jadi melamun?" Pertanyaan teman dekatku yang membuatku terkejut.

"Tidak lihat apa-apa kok." Padahal menjawab dengan kebohongan bukan menjadi salah satu keahlianku.

Akibat rasa penasaran yang kuat, teman dekatku mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah yang sama dengan pandanganku.

"Oh.. aku paham, kamu suka ya sama dia?" Tanya teman dekatku dengan nada yang jahil.

"Ahh, engga kok. Biasa aja."

"Jangan bohong, kamu ga pinter kalo hal kaya gitu." Benarkan. Aku tidak pandai untuk hal yang satu itu.

"Aku kasih tau caranya gimana supaya kamu deket sama kakak tingkat itu ya." Lihat, bahkan teman dekatku terlihat bersemangat dalam menanggapinya.

Keesokan harinya, teman dekatku memberikan segala macam cara dan beberapa saran agar Aku bisa dekat dengan Kakak tingkat akhir yang belum lama ini aku kagumi paras wajah tampannya.

Up and DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang