PUTUS???

8 0 0
                                    

Kita lanjut yaaaaaaa, kalian akan menemukan jawaban yang menggemaskan di part ini. Hehehe

Jangan lupa vote dan happy reading 😊

Aku berlari menuju ke arah pohon kelapa di dekat kantin dengan wajah yang sangat marah dan hampir meneteskan air mata. Di bawah pohon itu ada rumput hijau tempat kami biasa santai. Aku duduk dengan memeluk kedua kakiku. Mencoba menahan amarah dan air mata yang hampir jatuh membasahi pipiku.

Jujur, perasaanku saat itu sangat buruk, aku sangat cemburu. Aku takut kehilangannya. Sebagai perempuan usia 16 tahun, tentunya tingkat kelabilanku cukup tinggi, ditambah lagi sifatku yang baperan dan keras kepala, semakin membuatku sulit berpikir tenang dengan akal sehat.

Aku lebih mengutamakan perasaan dibandingkan logika. Begitulah aku, jika sudah terlanjur suka dan jatuh hati kepada seseorang, aku menyiksa diriku sendiri.

Rasa takut kehilangan yang berlebihan, akan mengakibatkan seseorang kehilangan akal sehat.
Kendalikanlah emosimu sebelum emosi yang mengendalikanmu.

Yies dan Mawar mengikutiku dan berusaha membuatku tenang. Tiba-tiba datang segerombolan laki-laki, mereka adalah teman dekatku bernama Vador, Dana dan Yoma.

"cel kamu kenapa, kok keliatan marah, kamu marah sama siapa?" tanya Vador yang penasaran melihat keadaanku saat itu.

Aku hanya diam dan tidak mau berbicara dengan siapapun saat itu. Aku butuh ketenangan.

"dia lagi cemburu, dia tadi ngeliat Lelo lagi sama Nia di aula, tadi dia ke situ tapi sama sekali ga diharauin olehnya, hedehh pacar sendiri kok dicuekin gitu" kata Yies menyahut pertanyaan Vador.

"wah kenapa tu anak, bisa jadi masalahni. Sabar cel, bicarakan baik-baik dulu" ucap Vador menenangkanku..

"makanya Dana, Nia itu kan pacar kamu, dibilangin tu pacarmu, jangan suka dekatin pacar orang, dia sendiri udah punya pacar juga, jangan ganjen deh ahh, kasian teman kami yang jadi korbannya" ucap Mawar geram sambil menyalahkan Dana karena tidak bisa menegur pacarnya sendiri

Dana adalah pacar Nia, mereka beberapa hari lalu resmi jadian. Tapi Nia malah terlalu sering dekat dengan Lelo.

"sudah kuingatkan" sahut Dana, "tapi kayaknya mantul, ya mau gimana? Aku sih santai aja" sambil mengangkat pundaknya.

"mending kamu putusin deh si Lelo, ga pantas dia gituin kamu. Kamu tu pacarnya, harus kamu yang lebih dekat sama dia, bukan Nia" tutur Yies memberi saran yang tidak pernah kuduga akan keluar dari mulut sahabatku sendiri, "kalau aku tuh ya jadi kamu cel, kulabrak tu cewe, atau kuputusin tu si Lelo, dia kira dia siapa" tambahnya lagi, yang membuat hatiku semakin panas.

"tapi aku sayang sama dia, aku ga mau putus" sahutku dengan nada lemah sembari tetesan air mata membahasi pipiku. Tingkat kebaperanku saat itu mencapai level 100%

"yaudah kalau gitu kamu SMS-in aja tuh nomor si Nia, bilangin tu jadi cewe jangan ganjen, jangan murahan, jauhin tuh si Lelo. Nih pakai ponselku, nomornya Nia kamu minta dari si Dana, biar cewe begitu sadar diri" kata Yies sambil menjulurkan ponselnya.

"aku ga bisa kayak gitu Yies, aku ga mau bikin masalah, aku cuman mau Lelo lebih perhatian sama aku, ga lebih, aku ga masalah dia temenan sama orang lain, asal aku jangan dicuekin" ucapku menolak ponsel yang diberikannya untukku

D I A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang