"G-gue."
"Gue minta maaf."
Dannia melongo, seorang Abun sungkar meminta maaf? Benarkah?
"Gue udah kelewat bates tadi. Maaf kalo nyelekit." Ucap Abun tulus, tidak ada paksaan.
Dannia masi diam melongo. Sebuah ide terbesit di fikirannya.
"Gue bakal maafin lo, tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Lo harus antar-jemput gue setiap berangkat ataupun pulang sekolah." Ucap Dannia dengan tersenyum.
Abun menghela nafasnya. Sabar. Abun tidak boleh marah.
"Yaudah. Ayo cepet, gue mau pulang."
Abun kemudian melangkahkan kakinya ke parkiran untuk mengambil motor merahnya. Dannia sangat girang. Ia tidak berhenti tersenyum karena Abun dengan mudahnya mengiyakan permintaannya. Abun datang dari arah parkiran.
"Ayo naik, gue cuma bawa helm 1. Besok besok lo bawa helm sendiri." Ucap Abun masih sedikit ketus.
Dannia masih berdiri mematung.
"Tunggu apalagi sih, Dan? Ayo cepet!"
"Gue pake rok. Motor lo gede." Ucap Dannia memberi tahu. Abun menghela nafasnya lagi. Ia kemudian mengeluarkann jaket dari tas nya. Abun memberikan jaket itu kepada Dannia.
"Pake. Ayo cepet."
"Iya sabar!"
Dannia kemudian menaiki motor Abun. Tak lupa dannia juga memakai jaket Abun untuk menutupi rok nya. Abun melajukan motornya keluar dari sekolah. Selama di perjalanan, mereka hanya diam. Canggung sekali. Dannia juga mendadak kikuk. Abun tetap fokus.
Abun tiba tiba mengerem mendadak. Sontak Dannia melingkarkan tangannya pada pinggang Abun, dengan kata lain memeluk Abun. Abun pun terkejut. Penyebab ia mengerem mendadak adalah kucing. Ya, kucing kampung terkadang labil.
"Ehh sorry, Dan. Gara gara kucing." Ucap Abun. Abun pun tersadar bahwa Dannia sedang memeluknya.
"Ehh iya. Gue juga minta maaf." Ucap Dannia, kemudian melepaskan pelukannya. Muka Dannia memerah. Ia malu sekali telah memeluk Abun, tapi ada sedikit perasaan senang karena ia memeluk Abun.
"Ini rumah, lo?" Tanya Abun.
"Ehh, iya." Ucap Dannia kemudian turun dari motor Abun.
"Besok jangan lupa." Ucap Dannia mengingatkan.
"Gue ga telmi."
Pintu rumah terbuka. Mereka berdua sontak melihat kearah pintu. Ternyata seseorang keluar dari sana.
"Ehh, dan udah pulang? Sama siapa?" Tanya mamah Dannia.
"Udah ko mah." Dannia menyalami mamahnya. "Kenalin mah, ini Abun. Temen Dannia."
Abun menyalami mamah Dannia. "Abun, tante." Abun tersenyum kikuk.
"Ayo masuk! Dan, ajakin temennya masuk dong."
"Eh ngga usah tante, kapan kapan aja. Saya pasti sudah di cari sama ibu saya." Ucap abun sopan.
"Ohh gitu. Yaudah hati hati ya bun." Ucap mamah Dannia
"Dan, tante, abun pulang dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Abun kemudian pergi dari rumah Dannia.
"Hayolo, teman atau temaan." Goda mamah Dannia.
"Ihh, apaan sih mah. Cuma temen doang."
Dannia kemudian masuk kedalam kamarnya. Dannia masih senyum senyum kegirangan. Dannia menyadari sesuatu. Yaps, jaket abun masih bersama nya. Dannia tak berhenti memakainya dari tadi. Dannia membuka ponsel nya dan memeberikan abun pesan.
Babun🔪
Awas besok jangan siang siang yaaa
send√√Dannia tidak bisa berhenti tersenyum dari tadi. Entah mengapa banginya hari ini adalah hari yang menyenangkan.
🍓
Ini semua gara gara Alin.
Kalo Alin tidak memintanya untuk meminta maaf pada Dannia, keadaannya mungkin tidak akan seperti ini.
Abun menghela nafasnya. Yasudah lah, semuanya sudah terjadi. Menyesal juga percuma.
Abun membuka ponsel nya. Nomor tidak di kenal muncul di notifikasi nya. Dengan cepat Abun mengecek ponsel nya.
+62 89** ****
sv kontak gue, dannia Salsabilla yang paling cantik.
sv kontak gue, awas kalo ngga
Awas besok jangan siang siang yaaa
Abun mengerutkan keningnya. Dannia dapet nomer gue dari siapa? Dengan setengah hati, abun membalas chat Dannia.
Iya
Read√√🍓🍓
Pagi yang cerah, secerah muka Dannia kali ini. Dannia sudah siap dari setengah jam yang lalu. Dia juga sudah sarapan terlebih dahulu. Namun, belum ada tanda tanda Abun ada di dekat rumahnya.
10 menit kemudian, derum motor terdengar. Dannia dengan antusias segera mengambil tas nya dan berpamitan kepada orang tua nya. Saat melewati kaca, Dannia sempat melihat pantulan dirinya di kaca. Dengan PD nya dannia mengucap kata 'cantik' pada dirinya sendiri.
Dannia menghampiri Abun. Muka Abun nampak lebih baik dari kemarin. Lebih tenang dan bersahabat.
"Pagi." Ucap Dannia ramah kepada Abun.
"Iya. Ayo cepet, nanti telat." Ucap Abun, masih sedikit cuek.
Dannia kemudian mengambil ancang-ancang untuk menaiki motor Abun yang besar itu. Setelah naik, Abun segera berpamitan kepada mamah Dannia yang kebetulan keluar rumah kemudian melajukan motornya.
"Bun, ko lo gampang banget ngiyain permintaan gue?" Tanya Dannia.
"Kalo gue nolak juga lo bakal maksa kan?"
"Hehehe."
Dannia kadang mencari cari kesempatan untuk memeluk pinggang Abun. Abun tersentak, kemudian berhenti.
"Dan, apaan si!"
"Gapapa si bun, gue nyaman."
"Aneh!" Ucap abun kemudian kembali melajukan motornya.
Motor Abun tiba di sekolah. Setibanya mereka di sekolah, banyak yang menatap mereka tidak percaya. Banyak juga yang beranggapan bahwa mereka berdua memiliki hubungan khusus selama ini. Abun berjalan beriringan dengan Dannia, mengantarkan Dannia ke kelasnya.
"Udah sampe kan?" Ucap Abun, dengan wajahnya yang seperti biasa.
"Hehe, iya. Makasih ya, nanti jangan lupa."
"Iya, gue ke kelas." Ucap Abun lalu pergi tanpa meminta persetujuan dari Dannia.
Dannia memasuki kelasnya dengan berjingkrak jingkrak ria. Abun pun berjalan ke kelasnya dengan salah tingkah. Jika ia mengingat kejadian itu, dia otomatis senang sekaligus malu. Oh apa ini?
🍓🍓
Heyyow!
Maaf kemaren gak sempet up😭
Semoga suka!
Ada masukan?
Jangan lupa vote!
Thx🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love With Him?
Teen FictionDannia, cewek cantik tapi fuckgirl ini mengalami kecelakaan sehingga ia kehilangan ingatan nya. di saat saat seperti itu, ada sosok Abun yang selalu menemani nya. Mereka yang awalnya saling membenci, tapi takdir mengubah segalanya. Cerita ini dibuat...