Abun dan Alin masih duduk di bangku taman. Alin sekarang jauh lebih cerewet dan manja dibanding sebelumnya. Tapi Abun tetap menyayangi Alin sebagai sahabatnya.
"Bun, minta maaf ya sama si itu." Ucap Alin memohon.
Abun menoleh. "Siapa? Dannia?"
Alin menganggukkan kepalanya. Alin mengambil tangan Abun, lalu di genggam.
"Kamu tadi keterlaluan, kasian dia bun. Minta maaf ya?"
"Idih, ogah banget. Dia yang mulai, ko aku si yang minta maaf?"
Alin menepak bahu Abun. Lalu mencubit paha abun geram.
"Aduduh alin, sakit!"
"Rasain! Jadi cowo gitu banget!"
Mereka berdua kemudian diam. Ya seperti biasa, Alin ngambek. Cewek kalo permintaan nya tidak di turuti pasti ngambek, kesal.
Abun tidak bisa berada dalam posisi ini. Alin tetaplah Alin, keras kepala. Untuk kesekian kali nya, Abun mengalah.
"Yaudah iya, aku ntar minta maaf ke Dannia. Puas? Udah jangan ngambek ahh." Ucap Abun dengan kesal.
Alin tersenyum lebar. "Nah gitu dong! Ayo ke kelas, bentar lagi Bel kan?"
Abun dan Alin berdiri. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas.
Disisi lain, Dannia tidak bisa fokus untuk melakukan sesuatu. Raganya disitu, tetapi jiwa nya melayang entah kemana. Perkataan Abun tadi terngiang ngiang di kepalanya. Rasa bersalah menghantui dirinya. Namun Dannia pantang untuk meminta maaf.
Di kelas Dannia, disediakan meja yang agak panjang dari kelas yang lain. Meja itu bisa di tempati oleh 3 orang. Dannia tentu saja duduk dengan Zara dan Aisyah. Zara yang mengetahui gelagat aneh dari dannia pun tersadar, ia memberi kode kepada Aisyah lewat lirikan mata dan gerakan badan.
"Dan, lo sakit?" Tanya Aisyah.
Dannia hanya menggeleng pelan. Lesu sekali. Bibirnya pucat, ini adalah kali pertama Dannia seperti ini. Biasanya, Dannia akan seperti burung beo. Tidak akan berhenti berbicara, sampai beberapa kali di tegur oleh guru.
"Gara gara babu ya? Udah jangan di fikirin. Nanti kita labrak tu si anak baru." Ucap Zara menyemangati.
Dannia masih bengong. Ia tidak merespon Zara ataupun guru yang sedang mengajar. Dannia menatap ke luar jendela, melihat banyak sekali kendaraan berlalu lalang di jalanan. Jalanan sangat padat hari ini. Bunyi deru klakson bersahut sahutan dikelilingi oleh debu dan polusi. Dannia masih berfikir cara agar ia meminta maaf kepada Alin. Tapi Dannia memiliki tingkat kegengsian yang sangat tinggi.
"Dannia, kamu melihat apa? Kamu tidak memperhatikan saya mengajar?" Tanya Guru itu.
"Ah, engga pak. Maaf tadi saya ngelamun."
"Dengarkan saya, kalau tidak kamu boleh keluar."
🍓🍓
🔔🔔🔔
Bel pulang sudah berdering sejak 10 menit yang lalu. Kelas pun perlahan mulai sepi, hanya tersisa sebagian siswa yang melakukan piket kelas. Alin sudah pulang. Mamahnya tadi menjemput Alin menggunakan mobil. Ada bagusnya juga. Jadi abun tidak usah capek capek mengantar Alin kerumahnya. Tugas nya sekarang hanyalah 1, meminta maaf kepada Dannia. Abun tadi melihat Dannia di taman, sepertinya menunggu jemputan. Tidak ada Zara dan Aisyah juga di sana, jadi ia tidak perlu adu bacot lagi dengan mereka.
Abun segera turun, lalu menuju parkiran. Seperti biasa Abun sesekali melantunkan sholawat. Merdu sekali.
Abun sudah tiba di taman. Ia mencari cari keberadaan Dannia disini. Abun mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, ah itu dia. Abun segera menghampiri Dannia. Dannia yang merasa ada seseorang di sebelah pun menoleh. Kaget, abun ada di sebelahnya.
"G-gue."
🍓🍓
Hello gais🥰
Gimana ni part nya?
Maaf garing🥺
Jangan lupa vote🥰
Thx🥰❤
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love With Him?
Teen FictionDannia, cewek cantik tapi fuckgirl ini mengalami kecelakaan sehingga ia kehilangan ingatan nya. di saat saat seperti itu, ada sosok Abun yang selalu menemani nya. Mereka yang awalnya saling membenci, tapi takdir mengubah segalanya. Cerita ini dibuat...