rapuh

905 52 11
                                    

HARAP BACA PERLAHAN!!

BIAR NGE FEEL DI KALIAN OKE!!

SELAMAT MEMBACA🥰

••••

BRAKK!!

Alin tersentak, ia segera bangun. Alin dengan langkah terhuyung langsung menuju pintu rumah. Dan ya, seperti biasa mamahnya pulang.

Mamah Alin pulang dalam keadaan sedang mabuk. Bau alkohol keluar dari nafas Mamahnya. Alin segera membantu Mamahnya untuk duduk.

"Mah! astaghfirullah! Kapan sih mamah mau berhenti minum?" Tanya Alin sembari menuntun mamahnya duduk.

Semenjak Papah dan Mamahnya berpisah dulu, Mamah Alin menjadi seorang pemabuk. Hampir setiap malam ia pergi ke club untuk berfoya-foya dan pesta minum. Alin sudah sangat lelah dengan keadaan mamahnya. Tapi ia tidak bisa meninggalkan mamahnya.

"Kamu ini, jadi anak ngga pernah berguna!"

Deg.

Dada Alin rasanya nyeri setelah mendengarnya. Sejujurnya, ia sudah terbiasa mendengar pernyataan yang dilontarkan mamahnya. Tetapi tetap saja. Setiap ia mendengar nya, hatinya terasa sakit.

"Coba sana kamu kerja! Cari uang yang banyak biar mamah seneng!"

Alin hanya diam, tak membalas perkataan mamahnya. Jika dalam keadaan seperti ini ia membantah, sama saja ia bunuh diri.

"Sekolah ga pernah dapet ranking, dirumah ga pernah ngebantu, jadi apa gunanya kamu hidup hah?!"

Alin mengusap air mata yang menetes pada pipinya.

Alin harus kuat! ga boleh nangis! batin Alin.

"KAMU DENGER NGGA SIH?!" Ucap sang mamah sambil menjambak kencang rambut Alin.

"Hiks, mah, udah mah... Alin ngga kuat— ah!" Mamah Alin menjambak rambut Alin dan menghentakkan badan Alin sampai ia terjatuh di lantai. Alin menangis tersedu-sedu. "Mah, maafin Alin...."

Sang Mamah seperti tidak mendengar permohonan putrinya. Plak! Tangannya menampar pipi mulus Alin. Tangisan Alin makin menjadi, tangannya menutupi kepalanya, hendak melindungi jika sang Mamah melancarkan serangan kembali.

"Mamah nyesel ngelahirin kamu!"

Mamah Alin kemudian berjalan ke kamar dengan sempoyongan sambil bergumam tak jelas, meninggalkan Alin yang masih terbaring di lantai sambil meratapi nasib.

🥺🥺

Alin berlari keluar dari rumah. Entah kemana tujuannya saat ini. Yang jelas, ia harus kabur dari rumah.

Suasana semakin sepi. Langit juga perlahan mulai gelap. Awan hitam yang menghiasi langit pertanda akan  segera turun hujan. Alin semakin bingung hendak pergi kemana. Hanya 1 nama yang terbesit di benak Alin.

Untungnya, Alin tadi membawa ponsel. Alin segera menghubungi sahabatnya, Abun. Entahlah, fikirannya sedang kalang kabut. Ia butuh seseorang yang bisa mengerti dirinya saat ini.

drrtt drrtt

"h-halo?" suara Alin gemetar.

"

halo?"

"Bun? kamu bisa bantu aku?" Ucap Alin sambil tetap menahan tangisnya.

"kenapa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Love With Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang