EPILOG

12.4K 1K 335
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Diusir oleh istrimu lagi?"

Lelaki berwajah tampan yang baru saja sampai di sebuah Kafe tersebut hanya menganggukkan kepala dengan ekspresi lelah. Ia mendaratkan bokongnya di salah satu kursi menghadap ke arah seorang lelaki yang dikenalinya.

Masa kehamilan Jisung sudah masuk pada bulan ke tujuh. Lelaki manis dengan perut yang sudah membesar itu selalu mengusirnya ketika malam hari tiba. Katanya- aku benci wajahmu, kau terlalu banyak tebar pesona di dalam drama yang baru saja aku tonton. Selalu seperti itu, padahal sudah ia ingatkan agar berhenti menontoni drama yang pernah ia bintangi. Lagipula itu kan sudah berlalu, sekarang Minho hanyalah orang biasa.

Setiap malam dirinya selalu diusir, jika diam diruang tengah, Jisung akan berteriak dan melemparkan beberapa barang ke arahnya. Untung saja Minho pintar dalam hal menghindar.

Karena hal itu Minho pun selalu pergi ke restoran yang buka pada malam hari dan bertemu dengan sosok dihadapannya ini.

"Setidaknya hidupmu berwarna. Memiliki istri yang cukup menggemaskan dan rela berkorban untuk dirimu." Ujar lelaki tersebut sembari memandangi wajah Minho dengan raut yang tak kalah lelah.

"Ya, setidaknya hidupku lebih berwarna ketimbang lelaki bernama Changbin."

Lelaki yang duduk dihadapannya mendesis, menatap sinis pada Minho yang baru saja menyebutkan namanya.

"Aku hanya terlalu sibuk dengan pekerjaan, membuat sebuah cello dan menerima pesanan yang terus bertambah tidaklah mudah, ditambah lagi karyawan ku yang malas sekali bekerja." Ucap lelaki yang diketahui bernama Changbin tersebut.

"Kalau begitu pecat saja. Apa gunanya seorang karyawan jika tidak bisa bekerja." Setelah berucap seperti itu, Minho segera meneguk air putih yang berada dihadapannya.

Ia menatap Changbin yang terlihat putus asa sembari menghela nafas dalam. "Karyawanku butuh uang, kasihan kalau aku memecatnya begitu saja."

Minho menggelengkan kepala sembari menatap malas ke arah Changbin. Mengenal lelaki itu selama masa kehamilan Jisung, dirinya selalu mendengar cerita menyedihkan dari lelaki tersebut. Namun, disisi lain ia bersyukur karena bertemu dengan orang yang juga berasal dari tempat kelahirannya.

Sebenarnya mereka selalu bercerita banyak hal, namun ketika kisah Changbin mulai masuk dalam obrolan mereka, seketika suasananya jadi terasa sedikit berbeda lantaran lelaki tersebut bercerita dengan nada yang terdengar putus asa. Minho sendiri bingung pada lelaki itu, uang sudah banyak, bahkan memiliki sebuah gedung yang dijadikan sebagai penginapan. Lantas, mengapa Changbin begitu gila dalam memikirkan pekerjaan. Ah, atau mungkin hal lain.

"Kau bekerja tidak tahu waktu karena enggan memikirkan pasangan, ya?" Tebak Minho.

Changbin meneguk air minum yang ada lalu mengedikkan bahunya singkat.

SEGRETO [Minsung]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang