'Tok! Tok! Tok!'
"Assalamualaikum!" seru seseorang di depan pintu kayu yang didesain dengan unik.
'Tok! Tok! Tok!'
"Assalamualaikum!" seru seseorang itu lagi membuat gadis yang masih bergelung di bawah selimut tebalnya itu terpaksa harus bangkit untuk membukakan pintu.
"Egh! Waalaikumussalam!"
'Buk! Buk! Brak!'
Karena masih mengantuk dan tidak memperhatikan jalan, ia tersandung kakinya sendiri dan terjatuh.
'Cklek!'
Setelah berhasil berdiri dan berjalan dengan benar, ia membuka pegangan pintu rumahnya.
"Ehh, kamu Bun. Sini masuk!" ajak gadis pemilik rumah pada seseorang yang tadi mengetuk pintu rumahnya seraya menariknya masuk.
Gadis itu Rintik Asa, seorang penulis juga traveller muda. Umurnya memang masih duapuluh tahun, tapi sifatnya sudah bisa dibilang dewasa dan matang. Ya, walau kadang masih terlihat seperti anak-anak bila bersama dengan sahabatnya ataupun keluarganya.
"Kamu duduk dulu di sini, aku mau mandi. Aku baru bangun soalnya," kata Rintik pada Embun sebelum ia berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Nama lengkapnya adalah Embun Mentari, ia merupakan sahabat Rintik yang tadi mengetuk pintu rumah Rintik.
Embun mendudukkan dirinya di salah satu kursi tamu yang ada di rumah Rintik.
"Kamu sudah makan?" tanya Embun seraya mengambil satu majalah milik Rintik dari atas meja tamu.
"Bewlum! Akwu kwan biwlang bawru bangwun!" teriak Rintik dari dalam kamar mandi dengan suara yang tak jelas.
Didengar dari suaranya sepertinya Rintik sedang menggosok gigi.
"Anak itu dasar, kalau ngomong suka nggak jelas," gumam Embun sambil membaca majalah yang tadi ia ambil.
'Byur! Byur! Byur!'
"Brrr!! Dingin bangeet!!" teriak Rintik dari dalam kamar mandi.
"Ya Allah tuh bocah!" gumam Embun lagi seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
'Cklek!'
"Hari ini kita mau ke mana?" tanya Rintik yang baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung berlari masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.
'Cklek!'
Embun menegakkan kepalanya sebelum menjawab, "Enaknya ke mana? Wisata alam mana lagi yang belum pernah kamu kunjungi?" Embun balik bertanya.
"Banyak ya, Bun. Apalagi akhir-akhir ini aku masih sibuk sama skripsi. Susah buat pergi-pergi ngelanjutin hobi. Mami ngelarang aku terus kalau aku mau pergi. Katanya skripsi harus selesai dulu baru boleh pergi," jawab Rintik dari dalam kamarnya.
"Tapi sekarang skripsi udah selesai kan?" tanya Embun seraya menutup majalah yang ia baca beberapa detik lalu.
"Udah, sih. Tinggal nunggu sidang aja. Tapi Mami masih nggak ngebolehin aku pergi. Padahal aku masih pengen banget pergi-pergi ke luar Jawa. Terakhir kali aku pergi ke luar Jawa kan baru ke Bali, Bun. Itupun aku di sana cuma tiga hari, mana cukup buat keliling."
Embun hanya memangut-mangutkan kepalanya.
"Terus gimana? Jadi pergi, nggak?" tanya Embun lagi.
"Aku coba telepon Mami dulu, barangkali Mami berubah pikiran," jawab Rintik sambil membuka pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Asa [COMPLETED]
ChickLit|BELUM REVISI| Ini tentang Rintik Asa, seorang gadis yang menyukai alam. Karena alamlah yang membawanya menjadi seorang penulis dan karena alamlah yang membawanya menemukan jati dirinya. Menjadi dirinya sendiri merupakan hal paling indah yang pernah...