SELAMAT JALAN

358 39 3
                                    

"Tiara.."

Kita berempat menoleh kesumber suara yang sangat ku kenal.

"Mas nuca?" Aku sedikit terkaget akan kehadiran laki-laki yang sekarang mengisi pikiran ku akhir-akhir ini.

"Bisa ngomong sebentar gak dek?"
Aku menatap sahabat ku satu-satu.
"Pinjam tiaranya sebentar boleh kan?" Sepertinya mas nuca mengerti tatapan teman-teman ku.

"Bo-boleh kok mas. Silahkan" lyodara terlihat masih heran dengan kehadiran mas nuca.
"Tapi jangan dibawa kabur ya mas, awas aja" ziva menambahkan dengan nada sedikit ancaman.

"Hahaha.. nggak lah. Paling tak bawa pulang" mas nuca tèrkekeh.
"Ayok dek. Mau ngomong sebentar"
Aku menoleh kembali pada sahabat-sahabat ku yang dijawab anggukan oleh mereka. "Bentar ya genkss"

Aku pun beranjak dari kursi untuk menghampiri mas nuca yang sudah menungguku didepan pintu. Aku sedikit tersenyum padanya.
"Ada apa mas? Bukannya smean berangkat kkn ya hari ini?"
Dia tersenyum "duduk ditaman bentar yuk" yang ku jawab dengan anggukan.

Sesampainya ditaman, kita duduk bersebelahan disalah satu kursi membuat jarak diantara kita sangat dekat.
"Dek..."

"Iyaa mas?"

"Aku berangkat hari ini KKN" kak nuca masih menatap kedepan

"Iyaa mas. Mas nuca udah bilang kan seminggu lalu" aku memberikan sedikit senyum ku.

"Jangan kangen ya!" Mas nuca mengalihkan pandangannya padaku diselingi senyuman.

"Idihhh. Kumat GR nya" aku memutar bola mataku malas.

"Hahaha.. aku kan cuma memperingati, siapa tau kamu kangen" dia tertawa melihat wajah sebal ku.

"Aku iyaain deh.. mas nuca ketemu aku cuma mau bilang ini?"

"Iyaa.. sama sekalian mau lihat kamu terakhir kali. Takutnya gak bisa lihat kamu lagi" dia tersenyum begitu manis pada ku.

"Apaan sih mas kek mau mati aja" aku sedikit kesal mendengar perkataannya. Pasalnya aku tak pernah mau kehilangan sosok laki-laki disampingku ini meskipun aku bukan siapa-siapanya. Namun dia telah membuatku begitu nyaman.

"Ya kan gak ada yang tau"

"Tau ahh. Udah sana pergi kalau cuma mau bilang kayak gitu"

"Kok marah sih. Aku kan cuma bercanda dek"

"Tauu pokoknya aku gak suka mas nuca ngomong kayak gitu. Sebelllll"

"Iyaa iyaa maaf" dia melirik jam tangannya. "Udah jam 10. Aku udah harus kumpul. Jaga diri baik-baik ya dek. Jangan rindu" dia tersenyum sambil mengacak-acak ujung kerudung ku.

"Iyaa mas hati-hati. Jaga kesehatan ya. Semoga lancar"

"Aamiin" mas nuca beranjak dari duduknya dan melambaikan tangannya pada ku.

Aku hanya bisa memandangan kepergiannya hingga sosoknya tak lagi terlihat ditikungan gedung.
"Mas entah apa yang aku rasa sekarang. Yang jelas perasaan ku mengatakan aku akan kehilangan sosok yang aku kagumi" gumam ku pada diri ku sendiri.

Aku kembali kekelas untuk menemui teman-teman ku yang masih setia menunggu kedatangan ku. Sudah ada sam disana berbincang-bincang dengan ziva, keisya dan lyodra.

"Hai. Yuk pulang"
"Udah selesai ngomong sama mas nuca?"
"Udah kok"
"Mas nuca ngomongin apa ti?"
"Iihh kepoo"
"Titiiiiii" mereka mendengus kesal pada ku kecuali sam yang terlihat biasa saja.
"Udah, yuk pulang. Ti bareng aku aja ya. Temenin cari makan. Aku belum sarapan soalnya" ajak sam
"Iyaa boleh sam. Kalian gimana? Ikut gak?" Tanya ku pada yang lainnya.

"Nggak deh kita langsung kekos aja.. mau tidur" jawab lyodra mewakilkan yang lain.

"Okeyy. Yuk keparkiran bareng. Abis ini gak ada kuliah lagi kan?"

"Gak ada kok"

Sesampainya diparkiran kita pun berpisah.

1 bulan kemudian

"Tii bengong aja, kenapa sih?" Ziva menyadarkan lamunan ku.
"Kalian udah dateng, kok nggak kedengeran pintu dibuka?" Aku kaget melihat sahabat ku sudah duduk manis berjejer dibangku samping ku.
"Gimana mau kedengeran orang dari yadi bengong" sam yg duduk dibangku belakang mngacak-acak ujung kerudung ku.
"Ihh sam, berantakan kerudungku" aku menatapnya cemberut sambil membenahi kerudung yang sudah dia acak-acak.
"Hahaha, sini duduk belakang aja" ajaknya
"Nggak mau"
"Udah kalian tuh gak bisa ya sebentar aja gak usah tengkar. Jauh kangen-kangenan kalau udah deket gini malah tengkar" protes lyodra. Keisya dan ziva hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ku dan sam.
"Tii kamu kenapa sih sebenernya, akhir-akhir ini suka bengong?" Keisya terlihat penasaran.
"Pasti mikirin mas nuca" ziva menjawab dengan santainya. Aku membelalakan mata padanya.
Semua menoleh padaku termasuk syam yang langsung menatap ku tajam.
"Bentar, mas nuca? Mas nuca kating kita? Sejak kapan kamu deket sama mas nuca? Kok kamu gak pernah cerita sma aku?"
"Satu-satu kali sam tanyanya. Tiara bingung mau jawab yang mana dulu" lyo memutar bola matanya mendengar rentetan pertanyaan sam.
"Hhmm. Aku gak ada apa-apa kok sama kak nuca"
"Yakin?"
"Iyaa sammm.. kamu gak percaya sama aku? Ziva cuma bercanda doang kok"
"Ya udah. Kalau ada apa-apa harus cerita sama aku loh tii"
"Iyaa sam" aku memberikan senyum tipis padanya.
Sam kembali duduk dibangkunya.
Aku menyenggol ziva agar menoleh padaku."kamu gimana sih ziv"
"Iyaa tii aku lupa ada sam. Maap dehhh" ziva nyengir saja.
"Hmm" aku memutar bola mata ku malas.
Kita semua mulai fokus dengan penjelasan dosen hingga waktu kuliah selesai.
Tak bisa ku pungkiri. Akhir-akhir ini Aku memang memikirkan sosok yang membuat ku jatuh, jatuh dengan mata teduhnya, senyuman manisnya, ceria sikapnya, dan lembut sikapnya. "Mas nuca, aku kangen".

                                            

Maaf baru up lagi.
Enjoy the story..💕

Jangan lupa vote ya guys🥰

Dia yang menyakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang