6

21.5K 196 0
                                    

Setelah cukup lama aku memandangi keindahan kantor ini, akhirnya aku dan ibu Charlotte sampai didepan pintu besar yang menuju ke sebuah ruangan, ibu Charlotte membuka pintu tersebut dan mempersilahkan aku untuk masuk.

"Silahkan masuk.." ucap ibu Charlotte dengan senyuman manisnya

Setelah aku masuk aku berdiri mematung di tengah ruangan, menunggu apa yang akan ibu Charlotte lakukan. Ibu Charlotte sedang menutup pintu, dan dengan langkah elegan nya iya langsung duduk di kursi besar dibalik meja yang berada di dalam ruangan tersebut, kalau aku tebak itu pasti kursi kerjanya.

Aku mengikuti langkah ibu Charlotte yang elegan menuju meja kerjanya, saat ia sedang bersiap akan duduk, aku berdiri di sebrangnya, tepat di sebelah kursi untuk wawancara ku, sambil menunggu nya mempersilahkan aku untuk duduk.

"Silahkan nak duduk, santai saja gausah kaku kalau sama ibu"

Aduhh.. malu sekali aku mendengar ucapannya, aku hanya tersenyum dan menuruti perintahnya.

Selama 3 jam aku berada dalam ruangan ibu Charlotte serangkaian tes dan pertanyaan dilontarkan padaku, dan ia selalu bertanya

"Apakah kamu siap bekerja dibawah tekanan?"

Aku selalu menjawab iya siap iya siap, entah ada apa di perusahaan ini yang selalu bertanya seperti itu. Padahal aku disini sudah berpendapat bahwa atasan ku nanti adalah ibu Charlotte yang tampak sangat baik sekali dan tidak mungkin dia menyiksa seorang karyawan.

Selesai melakukan wawancara, ibu Charlotte pergi meninggalkan aku diruangan tersebut seorang diri, ia bilang aku harus menunggu nya sampai kembali untuk kegiatan selanjutnya. Sebenarnya aku kesal disuruh menunggu lagi, tapi aku menurut saja mengikuti perintah nya, bisa jadi ini bukan lah apa apa dibanding tekanan yang selama ini di sebut sebut oleh iklan di internet, formulir data diri, dan wawancara dengan ibu Charlotte.

Lumayan lama aku menunggu diruangan ibu Charlotte, hampir satu jam aku sendiri disini, tapi aku tidak berani untuk mengintip keluar, melihat lihat ruangannya lebih jauh atau bahkan bermain ponsel pun aku tidak berani. Aku hanya duduk diam mengambil benda benda diatas meja untuk aku lihat lihat.

Setelah 50 menit aku menunggu diruangan ini sendirian, ibu Charlotte datang, dan ia berdiri menatapku tanpa sepatah kata apa pun. Aku merasa takut melihatnya, apa jangan jangan aku salah ucap saat wawancara, atau aku salah karena melihat lihat benda diatas meja kerjanya. Sebelum berfikir lebih jauh langsung saja aku tanya kan pada ibu Charlotte

"Bagaimana bu, keputusannya?" ucapku yang berusaha tersenyum walaupun sebenarnya aku sedang bingung, sangat bingung

Mendengar ucapan ku, ibu Charlotte menunduk sejenak dan mengangkat kembali kepalanya, tampaknya ia meruba wajah datarnya menjadi senyuman manis seperti yang ku lihat tadi pagi

"Kembali lagi besok pukul 8 kesini, dan berpekaian yang rapi, jangan seperti itu" ucap ibu Charlotte yang lembut tetapi sangat terasa oleh ku

"Silahkan kembali ke tempat tinggal mu, untuk hari ini semua sudah selesai" ibu Charlotte mempersilahkan aku pergi dengan sangat sopan.

Aku pun berlalu dihadapannya sambil membungkukkan badanku, aku tidak mau arogan, walaupun aku bingung, tidak ada hasil atau apa pun yang diberikan, hanya perintah untuk datang besok pagi.

Sebelum pulang, aku mampir dulu ke coffee shop langgananku, tempat adel temanku bekerja. Aku kesana bukan ingin mengopi atau menyegarkan pikiran, aku hanya ingin bertemu adel dan bercerita semuanya.

Sampai di coffee shop, aku langsung memesan dan bertanya kepada kasir disana akan keberadaan adel. Semua pekerja disana sudah hafal denganku mengingat aku ini salah satu pelanggan setianya disitu

"Dim, adel kerja kan hari ini?" tanyaku pada dimas yang sedang melayani ku di kasir

"Iya, tapi shift malem al, belum dateng dia"

"Yah, sia sia atuh gue kesini, gue pengen cerita sama adel dianya gaada"

"Hahah cerita sama gue aja kalo gitu"

"Ish gamau ah, lo gapernah dengerin gue kalo lagi cerita, malah bengong malesin"

"Yee.. bengong juga kan ngelamunin lo al, lo cakep banget sih. Hahahhaha"

Aku mendengus kesal mendengar perkataan dimas. Aku tidak marah karena memang sudah sering sekali aku dicandai seperti sedang digoda oleh teman temanku karena sikap ku yang mudah bergaul, siapapun tidak sungkan untuk bercanda bercerita meminta dan membantu ku, jadi ucapan dimas tadi sangatlah biasa untuk ku, tidak ada perasaan lain saat menerimanya.

Aku duduk di kursi yang berada di pojokan ruangan, disini lebih enak, lebih terkesan privacy. Aku pun memutuskan untuk menghubungi Adel.

"Del, dateng jam berapa?"

"Belum tau al, gue masih kuliah. kenapa?"

"Gue di cafe, pengen cerita sama lo tentang kerjaan baru gue"

"Wihh, udah kerja lagi lo, hebat. Ceritanya besok aja bisa ga al, gue ga yakin bisa dateng cepet hari ini, gue shift malem juga lagian"

"Ah sia sia tau gue beli kopi"

"Makanya al lain kali kalo mau ketemu bikin janji dulu sama gue"

"Yeuu sok sibuk lu!!"

"Hahaha"

Dilihat dari chat ku dengan adel sepertinya dia benar benar tidak bisa datang, oleh karena itu aku percepat saja minum ku dan segera keluar dari cafe karna ingin pulang.

Saat sedang melangkah kan kaki ku keluar, aku hampir saja menabrak punggung bapak bapak berjas mahal yang mukanya tidak kelihatan olehku, karena tinggi ku hanya sebatas punggung atas nya, maklum hari ini aku hanya memakai flat shoes dan bapak ini sangat tinggi.

"Astaga maaf pak, saya tidak sengaja"
Bodohnya aku, kenapa aku meminta maaf, ini kan salahnya yang tiba tiba berdiri tanpa melihat sekitar, padahal cafe ini tidak terlalu luas.

"Iya" suaranya terdengar sangat dalam, kesal sekali aku mendengarnya, dan ketika aku melihat wajahnya, ternyata dia bapak bapak yang kemarin marah marah di telfon.

'Huh dasar orang kaya seenaknya saja berperilaku' batinku kesal

Aku tidak mau memperpanjang masalah, aku pun segera pergi dari cafe tersebut dan pulang kerumah.

Sekretaris? ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang