4

24.8K 231 4
                                    

Dengan perasaan bercampur aduk antara gugup, senang, takut, dan berharap aku melangkah masuk ke gedung mewah dan indah ini. Aku sudah biasa memasuki sebuah perusahaan untuk melamar pekerjaan, namun kali ini rasanya berbeda.

"Permisi mbak, saya Alisa ingin menanggapi terkait lowongan pekerjaan di perusahaan ini, apa masih berlaku?" Tanyaku pada resepsionis yang berada di balik meja besar di lobby yang sangat indah ini
"Oh iya mbak, silahkan diisi dulu formulir data diri mba, setelah itu berikan pada saya formulirnya"

'Formulir? Seperti mau mengikuti perlombaan saja mengisi formulir' batinku.

"Baik mbak.."
'untung aja gue bawa pulpen, kalo engga malu banget baru daftar udah pinjem pinjem keliatan banget ga siap haha' batinku

Kalau dilihat-lihat tidak ada yang aneh akan formulir ini, semua tampak biasa saja, disana hanya ditanyakan nama lengkap, nama panggilan, status dan riwayat hidupku, nama status dan riwayat hidup orangtua ku. Namun di akhir kertas itu ada pertanyaan yang memang menarik untukku.

'Apakah kamu siap bekerja dibawah tekanan?'
'Apakah kamu siap untuk lembur tanpa pemberitahuan?'
'Apakah kamu siap lebih banyak berkorban untuk perusahaan?'

Semua pertanyaan tersebut hanya menyediakan kolom 'Ya' atau 'Tidak' untuk di ceklis, tidak ada mungkin, atau alasan apa pun. Karena aku sudah bertekad ingin mendapat pekerjaan ini, aku pun menceklis 'Ya' pada semua pertanyaan.

Selesai mengisi form tersebut, aku langsung memberikannya kepada mbak Rana resepsionis tersebut.
"Baik mbak, silahkan tunggu di lobby, saya akan informasikan untuk tahap berikutnya" Mbak Rana memberikan instruksi kepada ku, untuk menunggu.

Sudah dapat diprediksi olehku, bahwa menunggu ini akan memakan waktu yang lama, oleh karena itu aku sudah membawa perbekalan yang cukup berupa roti kemasan dan air minum kemasan, kebetulan karena tadi pagi aku terlalu buru buru dan tidak sarapan juga.

Selagi menunggu, banyak pria dan wanita yang terlihat sebaya dengan ku berdatangan menghampiri resepsionis, mengisi formulir dan ikut menunggu di lobby ini. Sampai saat ini jumlahnya sekitar 22 orang yang sedang menunggu disini.
'Sepertinya mereka ini saingan ku untuk mendapatkan kerja disini' batinku

"Hai, aku alisa, tapi panggil aja aku al, kamu?" ucapku sembari menjulurkan tanganku pada seorang wanita yang duduk disebelahku
"Aku Lydia" dengan ramah ia menjabat tangan ku dan bersenyum manis kepadaku

"Kamu mau interview disini juga ya?" Tanyaku pada Lydia

"Ah iya, mereka bilang aku diharuskan menunggu. Huh sudah cukup lama aku menunggu tapi tidak ada apa pun"

Seketika aku kaget melihat keluhannya, sikap nya yang dari tadi tenang, ramah kepada ku dan tidak gelisah seperti pria didepan ku ternyata menyembunyikan kekesalan karena sudah lama menunggu.
Tidak mau memperkeruh suasanya, aku mencoba untuk mencari sisi positifnya, walaupun sebenarnya aku lebih kesal daripada dia karena aku sudah 3 jam duduk menunggu di lobby ini.

"Ahaha iyaa, aku juga disuruh menunggu dari pagi tapi belum ada kabar apa pun. Mungkin saja orang orang disini sedang pada sibuk ya?"

"Apanya sibuk, coba kamu lihat, mbak Rana resepsionis itu hanya duduk diam, sesekali mengangkat telfon, dia bahkan tidak terlihat mengurus formulir kita"

Awalnya aku tidak memperhatikan itu, namun setelah Lydia bercerita aku jadi mengiyakan perkataannya.

"Hm benar juga ya Lyd, bagaimana kalau kita menunggu lagi disini sampai 1 jam kedepan, kalau masih tidak ada apa apa, aku akan tanyakan pada mbak Rana"

"Boleh al, aku setuju.."

Belum lama obrolan kami selesai, pria didepan ku ini langsung menuju resepsionis dan protes karena disuruh menunggu tanpa kepastian. Aksi protes pria didepan ku ini diikuti oleh 6 orang calon karyawan yang sama sama kesal karena sikap perusahaan yang seenaknya saja.

Mbak Rana yang menerima protes dari 7 orang tersebut, langsung berdiri dan memberi penjelasan kepada mereka bahwa atasan nya sedang sibuk, dan tentang formulirnya, ia sudah mengirim kan hasil scan nya ke pihak yang akan menginterview kami.

"Lydia, sepertinya kita tidak perlu mendatangi resepsionis itu, kamu sudah dengar sendiri kan ucapannya?"

"Iya al benar, tapi aku lapar aku harus mencari makan"

"Tapi bukannya warung di sekitar sini jauh? bagaimana kalau kamu dipanggil saat sedang tidak ada?"
Mendengar ucapan ku, Lydia tampak bingung
"Ini, makan saja roti ku, aku masih punya, kita jangan pergi jauh dulu selagi belum mendapat kepastian" ujarku sembari memberikan sepotong roti kepada Lydia yang sudah kelaparan

"Kenapa kau baik sekali padaku? Bukankah kita ini saingan?"
Benar benar Lydia ini tidak dapat disangka, aku tidak percaya dia berkata seperti itu juga ternyata

"Rejeki ga akan ketuker ko Lyd, mau sejahat dan securang apapun aku terhadap kamu, kalau itu sudah rejeki mas mas tadi, tetap saja dia yang diterima" aku menjawab pertanyaannya diselingi dengan candaan agar tidak terlalu kaku, dan mas mas yang aku tunjuk adalah mas mas yang tadi protes ke resepsionis

"Hahaha kamu lucu ih, ada ada aja"

Setelah itu kami semua lanjut menunggu kepastian dari resepsionis. 6 jam berlalu, aku hanya pergi untuk ke kamar mandi, karena aku punya makanan sendiri maka sisa waktu nya aku gunakan untuk duduk menunggu di lobby ini.

Terlihat beberapa orang satu persatu mulai meninggalkan Lobby karena berfikir ini semacam tipuan, ada yang sambil marah, ada yang diam diam pergi. Hingga sekarang tersisa 13 orang di Lobby ini. Jujur, aku salut akan mas mas pemimpin protes tadi, ia masih disini setia menunggu panggilan nya.

'Ah mungkin dia sangat membutuhkan pekerjaan sepertiku'

Sekretaris? ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang