GERHANBIYA - 2 (Versi Biya)

49 10 5
                                    

Pukul 06.30 gue sudah sampai disekolah. Disekolah gue belum ramai, cuman ada beberapa anak osis yang sedang mendekor panggung. Hari ini sedang dirayakan bulan bahasa.

Setelah bel masuk, teman-teman gue mulai sibuk mempersiapkan diri untuk lomba. Ada yang berganti pakaian karena tuntutan kostum, dan ada yang memakai aksesoris sebagai penanda anak X IPA 1. Kalau gue tidak ikut seperti mereka, perlombaan yang gue ikuti tidak menuntut untuk memakai kostum ataupun aksesoris, hanya otak yang mereka andalkan.

"Woi IPA 1!! Buruan ke perlombaan masing-masing" kata Karin. Gue bersama dua orang teman cerdas cermat bergegas keluar kelas menuju kelas X IPA 1. Sesampainya disana sudah banyak perwakilan dari setiap kelas masing-masing.

Mata gue menjelajah kelas ini untuk mencari kursi yang kosong. Bukannya mendapatkan kursi yang kosong, mata gye malah menangkap si hoodie abu-abu itu.
     'Hah?! Dia?' batin gue.

     "Bi, dipojok sana aja" kata Sena.
     "Ouh oke oke" gue langsung mengikuti Sena dan Aisyah. Letak kursi gue ada dipojok bagian belakang, sedangkan cowok itu berada dibarisan sebelah gue dan letak meja ditengah.

Selama perlombaan gue melirik kearah cowok itu terus menerus. Tenang, gue tidak sampai melupakan tugas di perlombaan ini, gue masih ikut mikir.

Saat dilapangan untuk menonton musikalisasi puisi, gue menoleh ke arah kanan dan menemukan si hoodie abu-abu. Dia sedang bermain dengan handphonenya.

     "Ka, Ka itu tuh yang gue bilang" kata gue seraya menepuk bahu Yuka. Yuka menoleh ke arah gue dan gue segera menunjuk si hoodie abu-abu dengan dagu gue. Tepat saat Yuka melihat apa yang gue tunjuk, si hoodie abu-abu sudah membalikkan tubuhnya.

     "Yang mana, Bi? " tanya Yuka.
     "Itu yang pake hoodie abu-abu" jawab gue, dengan pandangan yang tidak lepas dari si hoodie abu-abu.
     "Percuma sih Ka, orangnya juga udah ngeliat kesana" tambah gue.
     "Kok gue jadi ikut penasaran sih" kata Yuka.

                              ***

     "Wid, lo tau gak tuh anak siapa?" tanya gue pada Widya temen sekelas gue yang kebetulan berada disebelah gue. Gue melihat si hoodie abu-abu yang sedang berjalan dengan Dein.

     "Itu yang pake hoodie abu?" tanyanya balik.
     "Iya, kok gue baru liat"
     "Gerhan" kata Widya sambil memainkan ponselnya.
     "Gerhan?" ulang gue.
     "Gerhana, anak lama dia mah"
     "Hah? Sumpah gue kira anak baru"

     'Ouh jadi namanya Gerhana. Lucu namanya.' batin gue.

     "Ka, belum pulang? " tanya gue saat menemukan Yuka yang duduk dikursinya sendirian.
     "Belum, Bi. Ini baru beres rohis" jawabnya.
     "Ka, gue mau cerita sama lo. Mumpung masih sepi" Gue melirik ke arah pintu juga jendela kelas.
     "Sok aja"
     "Gue udah tau nama tuh cowok". Yuka langsung memandang gue.
    "Hah? Yang bener? Siapa namanya?" heboh Yuka.
    "Gerhana"
    "Ouh Gerhana"
    "Lo kenal sama dia?"
    "Dia anak temen nyokap gue" kata Yuka. Gue hanya ber-oh ria.
    "Lo tau nama dia dari mana?" kata Yuka.
    "Tadi gue nanya Widya"
    "Lo kalo punya nomernya kasih gue ya" tambah gue dengan senyuman.
    "Pengennya lo itu mah"

                              ***

Ada dua notifikasi Whatsapp dari Yuka. Satunya pesan dan satunya lagi foto. Dengan segera gue membuka pesan itu.

Yuka : Itu nomernya Gerhana

Ada satu foto yang dikirim oleh Yuka. Foto itu adalah sebuah screenshoot-an dari sebuah status Whatsapp. Screenshoot-an itu berisi kontaknya Gerhana. Ada nama Gerhana dengan embel-embel "Kak" dan nama kelasnya. Tidak ada foto di kontak Gerhana.

Me : Gue save gak Ka?

Yuka : Save aja Bi

Entah dorongan dari mana, gue merasa harus meminta izin sama papah gue. Gue langsung menghampiri papah gue yang berada diruang gosok. Ia sedang menyetrika pakaian untuk besok. Sedangkan, mamah gue sedang menyiapkan makan malam.

    "Pah, aku dapet nomor cowok dari Yuka. Aku simpan atau gak?" tanya gue.
     "Siapa?" tanya balik papah gue.
     "Ini" Gue menunjukkan ponsel gue.
     "Kenapa emangnya? Simpan mah simpan aja sebagai teman. Kamu suka ya?" tebak papah gue.

     'Gila! Emang bener ya bapak-bapak, tebakannya bener' batin gue.

    "Enggak" kata gue bohong
    "Itu mah terserah kamu" katanya.

Vote dan komen ya😊

GERHANBIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang