GERHANBIYA - 13

15 4 0
                                    

"Biya! Sini gabung!" teriak Ben saat di kantin sekolah.

Biya memperhatikan seisi kantin, mencari asal suara Ben. Kantin saat istirahat selalu penuh. Murid kelas X dan XI datang kemari untuk mengisi perutnya. Sedangkan kelas XII mempunyai kantin sendiri. Tak jarang, Biya dan teman-temannya tidak mendapat tempat duduk.

Biya yang menemukan tempat duduk Ben, langsung menghampirinya.

"Berdua aja?" tanya Ben. Biya dan Ratih menduduki kursi yang berada didepan Ben.
    
"Yuka sama Agatha nyusul katanya" jawab Biya.

"Lah, lo sendirian aja?" Biya menyadari bahwa Ben hanya duduk sendiri tanpa Gerhana dan Dein.
   
Ben menunjuk ke arah belakang Biya "Gak sendiri, tuh anaknya dateng". Biya menoleh dan melihat Gerhana dan Dein yang membawa semangkok mie ayam.
   
"Ada kalian tenyata" Dein menaruh mangkuk mie ayam kemudian duduk disebelah Ben.
    
"Mau di pesenin apa? Biar si Ben yang beliin" Gerhana tertawa kecil.
   
"Nah bener tuh" timpal Dein.
   
'Ya ampun, ganteng amet ketawanya' Biya memerhatikan Gerhana.
   
"Anjir, kenapa gue?" Ben memukul bahu Gerhana.
   
"Tau, kali-kali traktir mereka"
    
"Eh gak usah, ini mau mesen" Biya berdiri dari kursinya. Ratih mengikutinya.

Biya dan Ratih sudah kembali dengan membawa jajanan masing-masing. Mereka sempat bertemu dengan Yuka dan Agatha.

"Kapan-kapan ngumpul yuk di ruangan" kata Dein.
  
"Boleh tuh. Seru kayaknya" Biya melihat yang lain, meminta persetujuan.
  
"Sekalian beli makanan sama minuman, kayaknya enak tuh." Ben menambakan sambil membayangkannya.
    
Gerhana menyenggol bahu Ben agar tidak terus membayangkan makanan. "Makan mulu, terus nanti sambil nonton film" katanya.

"Udah ih, nanti ada yang denger" kata Ratih mengingatkan.
   
"Gerhan, nanti pulang sekolah bisa anterin gue pulang gak?" Salsa berjalan mendekati meja yang ditempati Gerhana.
    
Tak lupa dengan sahabatnya, Bunga. Berbeda dengan sahabatnya yang masih menunggu jawaban dari mulut Gerhana. Bunga menatap Dein dengan tatapan anehnya, namun Dein langsung melihat ke arah lain.
    
"Maaf kak, gue gak bisa" tolak Gerhana.
    
"Kok gak bisa? Gak lagi sibuk kan?". Terlihat sekali Salsa menginginkan Gerhana mengantanya pulang.
   
"Gue ada janji sama Sekar". Biya langsung menoleh ke arah Gerhana. Tak lama mengalihkan pandangannya ke kanan dan mendapati wajah Ratih. Wajah seakan mengatakan udah gak papa. Biya tidak dapat menangkap maksud dari Ratih, yang berujung hanya mengangguk sekali.

"Ya udah deh kapan-kapan aja" ucap Salsa lalu meninggalkan meja Gerhana.

***

"Lo bukannya udah putus sama Sekar?" tanya Dein.

"Break doang" balas Gerhana yang masih sibuk menyalin tulisan di papan tulis.

"Percuma break kalo masih anterin pulang. Trus break kenapa?". Ben yang mendengar obrolan itu langsung menoleh ke belakang.

"Gak kenapa. Gue juga gak larang dia mau deket sama siapa pas break ini, begitu sebaliknya" terang Gerhana, lalu memasukkan bukunya kedalam kolong meja.

"Berarti lo ada niatan selingkuh dong?" yang memberi pertanyaan memang tidak kira-kira dan tidak tau tempat.

"Anjir, gak gitu teori"

"Udah ah, gue mau ke toilet" Gerhana memundurkan kursinya yang membuat decitan.

"Ikut, sekalian cuci mata". Sering banget, yang ke toilet satu orang, yang ikut banyakan. Padahal tidak ada kepentingan.

"Pak ketu, izin toilet"

Berhubung tidak ada guru, dan ketua kelasnya laki-laki. Jadilah di izinkan begitu saja. Padahal Gerhana suka khilaf. Bukannya kembali ke kelas setelah selesai dari toilet. Lah ini malah nyasar ke kantin.

Saat menuruni anak tangga terakhir, Gerhana dapat melihat dari kejauhan jika Biya sedang masuk ke ruang BK. Entah kenapa. Yang terpenting, Gerhana menyelesaikannya urusannya dulu. Baru setelah itu Gerhana ke kantin untuk cari minum.

Gerhana berjalan menuju kantin dan berpapasan dengan Biya yang baru saja keluar ruang BK. Dari raut wajahnya tidak ada kesedihan atau penyesalan seperti orang-orang saat keluar dari ruang BK.

'Semoga aja, bukan hal buruk' batin Gerhana.

"Mau kemana?" sapa Biya.

"Kantin" Ben menjawab dengan jujur.

"Astagfirullah kalian ini, bukannya masuk kelas"

"Gak ada guru juga". Biya hanya menggeleng,  "Gue duluan ya" katanya lalu pergi.

***

"Nunggu siapa?" tanya Gerhana. Bel pulang sekolah sudah lewat 30 menit lalu. Sudah tidak banyak murid yang menunggu di depan gerbang sekolah.

"Jemputan. Lo sendiri?" kata Biya.

"Sekar, lagi ada urusan dulu anaknya". Biya hanya ber-oh ria mendengarnya.

"Lo tadi kenapa masuk ruang BK?"

"Hah? Emangnya kenapa?" Biya malah balik bertanya.

"Lo ada masalah gitu?". Gerhana hanya penasaran, tidak lebih.

"Gak. Emangnya yang masuk ruang BK harus yang bermasalah aja, gitu?" kata Biya lalu menatap ponselnya.

"Gak juga. Gue kira lo ada masalah?" kata Gerhana, lalu mengeluarkan motornya dari parkiran.

"Oh iya," Biya menatap Gerhana, yang membuat Gerhana menghentikan pergerakan untuk mendengar lanjutan kalimat yang akan keluar dari mulut Biya.

"Soal rencana waktu itu, gimana jadi gak? Kalo jadi biar gue search tempat dulu"

"Gue sih ikut aja. Tapi kalo bisa jangan terlalu jauh. Takut pada gak di izinin" saran Gerhana. Tidak lama dari kata terakhir yang Gerhana ucapkan, Sekar datang dan langsung menaiki motor Gerhana.

Mereka berdua pamit pada Biya. Lalu pergi meninggalkan Biya yang sendirian di tempat parkir.

Gerhana membawa Sekar ke salah satu tempat jajanan yang biasa dipenuhi oleh anak-anak sekolah. Tempat jajanan ini tidak jauh dari SMA Mataram, dan justru lebih dekat dengan SMA tetangga. Makanya lebih banyak murid SMA tetangga yang beli di sini.

Gerhana duduk dimotornya, sedangkan Sekar turun untuk memesan jajanan pada penjualnya. Dari tempatnya, Gerhana melihat setiap gerak-gerik Sekar.

Keputusan untuk break tidak salah.

***



Vote dan komen 😊😊

GERHANBIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang