Sudah kesekian kalinya Biya menginjakkan kaki ditempat ini. Tempat ini sangat tertutup. Tidak ada yang tau selain mereka. Biasanya Biya pergi ke tempat ini ditemani oleh Karin atau Ratih, tapi kali ini Biya hanya sendiri. Biya mengeluarkan kunci dari dalam saku roknya. Kunci dengan gantungan bergambar ombak berwarna biru. Perlahan Biya membuka pintunya. Hal yang pertama kali Biya lihat adalah sepasang sepatu yang tergeletak dilantai. Artinya ada orang selain dirinya diruangan ini.
Biya memandang ruangan ini. Ruang yang bersih, sangat nyaman untuk beristirahat. Bahkan Biya sempat dipercaya untuk mengatur benda-benda diruangan ini. Dengan senang hati Biya menerima ini.
Ruangan ini tidak terlalu besar. Saat masuk akan disambut oleh loker yang berjarak 1 meter dari pintu. Selain itu, terdapat toilet juga wastafel diruangan ini. 2 sofa panjang dan 2 kursi berlengan. Pencahayaan yang masuk melalui jendala sangat baik, sehingga ruangan ini tidak perlu cahaya lampu ketika siang hari. Dan ada satu benda lagi diruangan ini yang bisa dikenakan untuk bersama. Sebuah samsak berwarna hitam menggantung disudut ruangan.
"Lo ngapain disini?" Biya mendudukkan dirinya disalah satu kursi berlengan. Niat untuk menenangkan diri, tapi malah bertemu dengannya.
"Lo pasti tau apa yang terjadi kalau dapat nilai matematika dibawah rata-rata" katanya lesu. Biya melihat selembar kertas penuh angka diatas meja. Ini sudah biasa terjadi disekolahnya. Seseorang yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata, akan diberikan tugas tambahan oleh guru matematika. Tidak hanya Gerhana, Biya pun pernah mendapatkannya tapi saat kelas 10.
Gerhana mengacak acak rambutnya. Dia terlihat frustrasi. Gerhana kemudian menyandarkan kepalanya ke kursi. Benar-benar seperti orang putus asa.
"Lo bisa bantuin gue?" tanya Gerhana.
"Gue?"
"Gue mohon, yang penting nilai bisa diatas rata rata atau pas rata rata"
"Oke". Gerhana mengulas senyumnya. Tidak ada lagi wajah putus asa pada pria itu.
Hampir 1 jam Biya mengajari Gerhana. Biya hanya mengajari caranya, selebihnya Gerhana mengerjakan sendiri. Jika Biya lihat, Gerhana bukanlah tidak bisa mengerjakan, namun hanya kurang diasah saja otak. Gerhana langsung bisa dengan hanya mengulang 2 kali materinya.
"Kok lo bisa menghitung kayak gitu? " Gerhana bertanya, sungguh ia penasaran. Gerhana tidak tau bahwa perempuan yang ada dihadapannya sedang gugup setengah mati. Biya bisa merasakan tangannya yang mulai dingin. Tapi Biya tidak menunjukkan kegugupan itu depan Gerhana. Biya tidak mau terlihat seperti benar benar menyukai pria tersebut.
"Bisa kalo terbiasa" Biya hanya menjawab singkat.
"Oh ya, bukannya kita ada tema sunset ya?" tanya Biya.
"Iya"
"Trus gimana?"
"Ke pantai"
"Ancol?"
"Boleh? Ya udah besok kita survei dulu"
"Ya udah tar gue tanya yang lain dulu"***
Gerhana memasuki ruangan, tapi ia tidak menemukan Biya. Hanya Biya dan Gerhana yang pergi ke Ancol. Anggota Brygad yang lain tidak bisa ikut.
Gerhana berjalan lebih dalam. 'Tidur ternyata' batin Gerhana saat melihat Biya tertidur di salah satu sofa. Gerhana tersenyum sebentar.
"Bi, bangun" panggil Gerhana.
"Ayo, keburu sore" lanjutnya. Biya kemudian terduduk, masih dengan mata yang masih mengantuk.
"Sorry ketiduran. Ntar gue cuci muka dulu"
"Sekar ikut?" tanya Biya, ketika melihat Sekar di parkiran dekat Gerhana.
"Iya, mau ketemu saudaranya". Biya hanya mengangguk, lalu tersenyum saat Sekar melihatnya. Hari ini Gerhana membawa mobil ke sekolah.
Tidak ada pembicaraan dalam mobil. Semuanya canggung terutama Biya. Walaupun ada rasa tidak enak melihat Gerhana bersama Sekar. Hanya diam yang bisa Biya lakukan. Mana mungkin Biya marah pada Gerhana, Biya merasa bukan siapa siapa nya Gerhana. Biya hanya menatap miris dari kursi belakang.
Hampir satu jam perjalanan, dan sekarang mereka telah sampai di Ancol. Biya memegang kameranya, begitu juga Gerhana. Biya dan Gerhana sama sama sibuk dengan bidikannya. Bedanya Gerhana sedang memotret Sekar, sedangkan Biya hanya memotret pemandangan. Sungguh miris.
"Nasib punya doi yang udah punya pacar" gumam Biya seraya berjalan mendekati Gerhana dan Sekar.
"Kak, kayaknya saudara aku udah sampe deh" kata Sekar lembut pada Gerhana.
"Ya udah, aku anterin" ujar Gerhana.
"Gak usah kak"
"Gak papa, biar aku anterin. Sekalian pulang". Biya masih menyimak pertanyaan mereka. Terlihat Sekar yang tidak bisa menolak tawaran Gerhana.
"Udah kak, sampai sini aja. Itu saudara aku udah nungguin" tunjuk Sekar pada seorang pria.
"Beneran?"
"Iya kak". Sekar pun bergegas menuju pria tersebut. Biya dan Gerhana berbalik menuju parkiran.
"Ger," panggil Biya. Biya merasa ada sesuatu yang janggal ketika melihat saudaranya Sekar. Seperti pernah melihatnya.
"Lo udah kenal sama saudaranya Sekar?" tanya Biya.
"Belum. Kenapa?"
"Kok gue ngerasa familiar liat mukanya"
"Gue juga". Biya menoleh sebentar pada Gerhana.***
Tidak ada pembicaraan selama dimobil. Sama seperti saat berangkat. Hanya suara musik yang terdengar dimobil Gerhana.
Spent 24 hours
I need more hours with you
You spent the weekend
Getting even, ooh oohBiya dan Gerhana saling melempar pandangan. Pasalnya, mereka tadi sama sama menyanyi.
"Lo suka sama lagu itu?" tanya Biya.
"Iya, lo juga?" Masih terlihat jelas keterkejutan diwajah mereka. Mereka terdiam, lalu tertawa kecil.
"Gak nyangka gue" sahut Biya.'Cause girls like you
Run around with guys like me
'Til sundown, when I come through
I need a girl like you, yeah yeahGirls like you
Love fun, yeah me too
What I want when I come through
I need a girl like you, yeah yeahYeah yeah yeah
Yeah yeah yeah
I need a girl like you, yeah yeahYeah yeah yeah
Yeah yeah yeah
I need a girl like you, yeah yeahBiya dan Gerhana menyanyi bersama. Tapi suara mereka sama sama kecil. Masih ada kecanggungan.
Langit semakin gelap dan jalanan sangat macet. Lagu tersebut habis dan berganti dengan lagu dari salah satu girlband korea. Biya terkejut dengan yang didengarnya. Tak menyangka bahwa Gerhana ada lagu seperti ini.
"Suka BlackPink?" tanya Biya. Gerhana tertawa lalu menjawab, "Kerjaan Dein itu mah"
"Dein suka sama BlackPink?"
"Iya, gak cuman BlackPink tapi Twice juga"
"Anjir gak nyangka"
"Makanya itu anak punya hoodie warna ungu". Tawa Biya pecah, diikuti Gerhana yang membayangkan wajah Dein.
Dengan kompaknya mereka menirukan gerakan tangan yang ada pada tarian girlband tersebut.
"Trus lo juga ketularan?"
"Secara otomatis"
"Emang bener cepet nempelnya"
"Seru aja, apalagi member BlackPink yang diponi sama member Twice yang paling tinggi"
"Kok kesini?" Biya bingung karena Gerhana membelokkan mobil menuju rumah makan.
"Laper, makan dulu". Biya hanya menuruti perkataan Gerhana, dia juga lapar. Setelah memarkirkan mobil, mereka masuk kedalam rumah makan itu. Rumah makan yang sederhana, namun banyak dikunjungi pembeli. Terlihat dari banyaknya kendaraan yang terparkir.
"Gue ke toilet dulu" kata Biya sambil menahan untuk buang air. Setelah mengatakan itu Biya langsung meninggalkan Gerhana.
Biya telah keluar dari toilet dan mencari keberadaan Gerhana. Tapi ia tidak melihat Gerhana. Pikiran melayang bebas. 'Jangan-jangan Gerhana ninggalin gue lagi'. Biya terus mencari sambil sesekali berjinjit.
Nah! Biya mendapatkan Gerhana yang tengah duduk sendiri dipojokkan dan sibuk dengan ponselnya. Melihat Biya yang sudah duduk dihadapannya, Gerhana langsung memanggil pelayan."Mau pesan apa?" tanya pelayan tersebut setelah memberikan buku menu.
"Cumi goreng!" Biya dan Gerhana berkata serempak. Mereka saling pandang.
"Minumnya?"
"Jus alpukat!" mereka mengatakan menu yang sama.
"Ngikutin aja" cetus Biya.
"Lo yang ngikutin" Gerhana tidak mau kalah.
"Itu saja?" Mereka lupa bahwa pelayan tersebut masih berdiri disini.
"Iya itu aja"Pesanan mereka datang dan langsung mereka makan. Sebelumnya Gerhana sempat bertanya pada Biya. Mengapa mereka bisa mengatakan hal yang sama, padahal mereka tidak ada janjian. Gerhana memang gemar dengan cumi juga jus alpukat.
'Apa itu juga makanan kesukaan Biya? Kalo iya, kok bisa samaan?' Gerhana terdiam, lalu melanjutkan makannya.
Vote dan komen😊
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANBIYA
Teen FictionMenyukai seseorang adalah hal biasa. Namun, bagaimana jika seseorang itu sudah memiliki pasangan. Itulah yang dialami Biya. Hanya bisa memandangnya dari jauh. Sebuah masalah yang membuat mereka menjauh. Tidak menjadi teman lagi. Ada hal yang membua...