Gue melihat Gerhana sedang bersama Dein dan satu lagi temannya. Gue agak sedikit lupa namanya. Ah! Gue inget namanya Ben. Rina -yang duduk dibelakang gue- pernah membicarakannya. Gue lihat Gerhana masih memakai hoodie yang sama seperti awal gue bertemu dengannya.
"Bi, matematika udah belum?" teriak Rahmat dari meja depan.
"Udah" jawab gue.
"Mau liat dong caranya " katanya sambil menghampiri meja gue.
"Nih" kata gue sambil menyodorkan buku matematika yang sudah berada diatas meja. Jangan salah paham, bukan gue memberi contekan padanya. Gue hanya mau memberi lihat caranya.
"Bi, lo nomor 4 jawabannya 18 bukan? " tanya Yuka dua meja kedepan dari gue.
"Bukan, gue mah 20 jawabannya" balas gue. Sudah menjadi kebiasaan bertukar jawaban dan cara antara gue dan Yuka, jika pelajaran Matematika ataupun IPA.
"Kok bisa, Bi? " Yuka berjalan menghampiri meja gue.
Gue buka buku Matematika dan langsung menunjuk pada jawaban nomor 4.
"Hah? Masih gak ngerti gue" Yuka memperhatikan dengan seksama jawaban di buku tulis gue.
"Jadi, yang ini dikali dulu baru ditambah" gue menunjuk angka yang dimaksud.
"Oh gitu, oke deh thanks Bi" katanya sambil berlari ke tempat duduknya.
Ratih memanggil gue dengan suara pelan, "Gue denger si...", Ratih terlihat menimbang kata untuk dipakai selanjutnya. "Pake nama samaran aja deh, biar gak ketauan" Gue mengerti dengan maksud Ratih."Marcel. Gimana?" saran gue.
"Boleh. Jadi, gue denger si Marcel udah punya pacar" kata Ratih pelan.
"Yang bener lo?! " kata gue dengan suara keras.
"Iya, kemaren ada yang ngomongin dia"kata Ratih.
"Lo tau pacarnya?" gue penasaran dengan pacarnya Gerhana.
"Mia"
"Mia anak pramuka? "
"Iya"
"Mampus! Satu eskul cuy. Anjir sih anjir!" gue membanting pulpen yang ada di meja.
"Agatha juga tau".
Gue menghembuskan nafas kasar. Gue tidak membayangkan bahwa pacarnya Gerhana satu eskul dengan gue. Gue jadi merasa bersalah sudah menyukai Gerhana.
***Malam minggu, mungkin menjadi malam favorit gue. Gue bukan tipe orang yang suka keluar dimalam minggu. Gue lebih suka dirumah. Tidur, makan, dan nonton youtube sambil menyedot minuman. Gue paling tidak suka ada yang mengganggu malam minggu gue. Bukan karena apa-apa, namun ini adalah malam libur yang mana harus gue manfaatkan sebaik mungkin. Dan ini hanya terjadi seminggu sekali.
Gue lagi dirumah teman, rumahnya tidak jauh hanya berjarak beberapa rumah dari rumah gue. Gue kesini biasanya kalau sedang penting. Dan kali ini harus ada yang gue tanyakan tentang sekolah. Dari situ obrolan kita terus merambat, mulai dari sekolah sampai tentang kelas masing-masing.Namanya Nana. Dia selalu menceritakan tentang teman-teman satu kelasnya. Dan dia merupakan teman satu kelas Gerhana. Terkadang dia menceritakan tentang Gerhana ataupun Dein, tanpa gue minta.
"Ya udah deh Na. Gue pulang dulu" kata gue.
"Ouh iya Bi". Ada penyesalan dihati karena mengobrol terlalu lama dengan Nana. Gue jadi tidak bisa tidur.
Saat sampai rumah, gue membuka ponsel dan menemukan satu notifikasi dari Gerhana.Gerhana : Bukan 😅
Gue baru ingat bahwa tadi sore, gue sempat membalas status whatsappnya.
Me : Kirain
Gerhana : Hehehe
Me : Boleh nanya?
Gerhana : Sok
Me : Lo beli hoodie dimana?
Me : Gue sama temen gue lagi nyari hoodie nihDan setelah nya obrolan gue dan Gerhana hanya seputar hoodie. Gue tidak berani untuk menanyakan hal hal lain. Sekarang gue tahu bahwa Gerhana adalah orang yang asik diajak bicara.
'SADAR COY! TUH ANAK UDAH PUNYA PACAR!' gue mengingatkan diri sendiri. Rasanya miris menyukai orang yang sudah mempunyai pacar . Tidak seharusnya gue seperti ini padanya.Vote dan komen ya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
GERHANBIYA
Teen FictionMenyukai seseorang adalah hal biasa. Namun, bagaimana jika seseorang itu sudah memiliki pasangan. Itulah yang dialami Biya. Hanya bisa memandangnya dari jauh. Sebuah masalah yang membuat mereka menjauh. Tidak menjadi teman lagi. Ada hal yang membua...