GERHANBIYA - 9

24 3 0
                                    

Biya men-dribble bola basket itu. Lalu, ia menepi untuk bergabung dengan yang lain. Ratih, Yuka dan Agatha sudah duduk dipinggir lapangan terlebih dahulu.
     "Kemarin jadi sama Gerhan?" tanya Agatha.
     "Jadi" Biya duduk diatas bola basket.
     "Cuman berdua?" Yuka mulai kepo, kemudian ia mencondongkan tubuhnya.
     "Ada Sekar, dia ikut"
     "Ngapain?" kali ini Ratih yang bertanya.
    
     "Katanya mau ketemu saudaranya" Biya membenarkan ikatan rambutnya.
     "Eh tapi, gue kayak familiar gitu sama saudaranya" lanjut Biya.
     "Lo liat mukanya?" Yuka mengambil botol minumnya yang tidak jauh darinya.
     "Gak, badannya doang yang familiar"
     "Biasalah, gue kan suka gitu kalo liat orang baru" tambah Biya.

     "Panjang umur si Gerhan" sahut Agatha. Terlihat Gerhana, Dein dan Ben berjalan ke arah mereka. Gerhana dengan baju yang sudah keluar dari celananya, juga dasi yang sudah hilang entah kemana. Hanya Ben yang masih lengkap seragamnya.

     "Yuk maen basket" kata Dein.
     "Ayo lah" Biya menerima ajakan Dein. Agatha dan Yuka tetap berada dipinggir lapangan. Alasanya sudah lelah.
     "Daffa mana?" tanya Biya.
     "Gak tau ngilang, demen banget ngilang" balas Gerhana.
     "Bukannya itu emang kebiasaan para lelaki?" ledek Biya.
     "Enak aja ya. Gue gak pernah ngilang" sahut Dein.
     "Gue juga" ujar Gerhana dan Ben.
     "Percaya gue sama lo pada. Ya gak Rat?"
     "Iya" Ratih hanya menjawab singkat.

Kini Biya dan Ratih ikut duduk bersama Agatha dan Yuka. Gerhana dan Dein diajak main futsal oleh salah satu teman sekelas Biya. Yang alhasil mereka harus berhenti bermain basket. Sedangkan Ben ikut bersama mereka menonton dipinggir. Entah mengapa Ben tidak mau ikut bermain futsal.

     "Lo gak ikut, Ben?" tanya Agatha.
     "Gak, males"
     "Males apa gak bisa?" Yuka berseru.
     "Dulu bisa, sekarang masih tapi udah gk niat". Setelah Ben mengatakan itu, Sekar datang dengan teman sekelasnya. Sekar tersenyum manis pada mereka, yang dibalas oleh hal serupa.
    
     "Kak Ben, titip ini buat Kak Gerhan" kata Sekar, lalu memberikan sebotol air mineral dengan roti isi. Biya dan yang lain melihat ke arah lain, namun telinga mereka masih bisa mendengarkan percakapan itu.
     "Ouh iya" Ben langsung menerima itu.
    
     "Ayo," ajak Agatha pada Yuka.
     "Ben, kita ke kelas duluan" Yuka langsung beranjak di ikuti yang lainnya.

***

Bel istirahat berbunyi di setiap sudut sekolah. Semua murid berhamburan dari kelasnya. Siap mengisi perut masing-masing.

Berbeda dengan Gerhana, Dein juga Ben. Mereka masih berada disekitar lapangan. Kelas 11 IPA 5 memang sedang ada jam kosong. Sebab itu mereka berkeliaran walau masih pagi.

     "Dari siapa?" Ben memberikan botol mineral itu pada Gerhana.
     "Sekar" jawab Ben. Gerhana hanya tersenyum sebentar.
     "Gila sih. Sekar peduli amat sama lo. Dulu gue gak gitu gitu amat perasaan" lanjut Ben.
     "Gue juga suka gitu. Makanya cari lagi yang baru" timpal Dein.
    
     "Iya iya. Gue jomblo. Gue diem" Ben menendang lantai dengan kesal.
     "Ngambek lagi. Sana beliin gue es campur"
     "Sekalian gue juga" tambah Gerhana.
     "Lah parah. Nyuruh lagi". Seorang laki-laki menabrak Dein, hingga hampir terjatuh jika tidak memegang Gerhana dan Ben.

     "Dapet lo" kata seseorang yang baru datang dan langsung melingkarkan tangannya pada perut laki-laki tadi. Seperti memeluk dari belakang.

Gerhana, Ben juga Dein menatap dengan heran sekaligus geli. Kemudian mereka saling berpandangan. Kedua laki-laki itu sudah pergi setelah salah satunya mengucapkan maaf. Pikiran mereka masih berkeliaran. Masa iya di SMA Mataram ada yang sejenis mereka.
     "Yang tadi kenapa?" Gerhana buka suara.
     "Kelamaan jomblo kali" ujar Dein sekenanya. Mereka kemudian melanjutkan langkahnya menuju kantin. Tapi, Gerhana dan Dein tiba-tiba berhenti. Lalu, menatap Ben horor.
    
     "Gue gak kayak mereka kali" kata Ben seakan tau apa yang dipikirkan oleh sahabatnya.
     "Kirain"
     "Hati-hati lo" Gerhana menepuk bahu Ben sebelum ia pergi.
    
     "Gerhan," panggil seseorang, saat mereka sampai di pintu kantin. Gerhana menoleh dan mendapati Salsa.
     "Ini buat Gerhan, sama yang ini buat Dein" Salsa memberikan sebuah kantong plastik dan sebuah amplop.
     "Ouh iya kak. Makasih" Gerhana masih menghargai Sekar sebagai kakak kelasnya.

***

   Biya berdiri disamping gerbang sekolah. Sesekali kaki kanannya mengetuk tanah yang berada dibawahnya. Matanya fokus menatap layar handphone di tangannya.
     "Nunggu siapa?" Seseorang menghentikan motornya. Biya kenal dengan suara laki-laki itu. Gerhana kemudian membuka helmnya.
    
     "Ojek online"
     "Mau kemana? ". Mendengar kata kata itu membuat degup jantung bertambah lebih cepat.
     "Ke mall, cari barang buat foto"
     "Bareng aja"
     "Eh, gak usah"
     "Batalin aja ojek online nya" kata Gerhana sambil memberikan helm.
     "Kasian atuh"
     "Lebih kasian uang lo. Ngirit". Yang dikatakan Gerhana ada benarnya. Gerhana kembali menyodorkan helm.
     "Buat repot gak?" Biya merasa tidak enak merepotkan Gerhana, selain karena Gerhana punya pacar.
     "Enggak" Kepala Gerhana menengok untuk melihat jok belakang. Seperti menyuruh Biya untuk segera naik.
     "Thanks ya" kata Biya sambil menaiki motor Gerhana.

Vote dan komen😊

GERHANBIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang