Part 01- Kantin.

48 8 0
                                    

Klik!

Gadis itu kini kembali memutar video yang sudah beberapa kali ia replay. Tisunya berserakan dimana mana. Kini matanya sudah sembab karena terus menangis.

Finish.

Akhir cerita yang begitu membuatnya sedih. Ia masih tidak terima dengan pernyataan ini.

"Huaaaa, masdep gue gajadi nikah ama tunanganyaa". Sambil terus membuang lendir di hidungnya. Ia membulak balikan tubuhnya.

Drakor. Ya, film favorit yang selalu gadis itu putar. Hampir semua drakor sudah pernah ia tonton.

Kadang ia menangis bahagia, terharu, sedih atau bahkan menjerit. Saking bapernya. Gadis itu terus mengelap air matanya yang masih mengucur.

Saat tangannya ingin mengambil sebuah tisu lagi, gadis itu mengernyit. Tangannya terus menepuk nepuk tisu kotak disampingnya tanpa melirik sedikitpun kearah yang ia pegang.

"Wait wait". Gumamnya.

Seketika gadis itu melompat. Melihat tisu berserakan dimana mana. Hingga tisu itu habis karena ulahnya.

"Mampus gue mampus, aduh kena omel lagi gue sama bang dilan. Ah begonya lo shilla!".

Shilla terus merutuki dirinya. Kenapa bisa sampai sehabis ini? Padahal tadi sebelum ia menonton masih aman terkendali.

Clek

Pintu kamar shilla terbuka. Menampilkan sosok lelaki berkaos abu dan celananya dibawah lutut. Sedang menatap intens kearah shilla.

"Drakor terus sampe mampus. Tisu noh ambil, hilang banyak nyawa dia kena ingus lo!". Dilan terus mengomeli adiknya.

Dilan sudah tahu betul sifat shilla. Saat tibatiba pintu kamarnya tertutup, jendela kamarnya tertutup, tak ada suara dari kamar milik shilla.

Apalagi kalau bukan sedang menonton film? Benar benar bisa adiknya yang satu ini.

"Bukan salah gue bang, drakornya bikin gue nangis". Alibi shilla pada dilan yang masih berdiri diambang pintu.

Sementara shilla masih dengan posisinya. Tubuh yang merangkak diatas kasur dengan mata yang sembab dan rambut yang sudah berantakan.

"Gila! Film begituan disalahin. Cepet beresin, habis itu langsung tidur. Gue ga tenang lo seharian gelap gelapan dikamar. Nanti ngapain lagi". Ucap dilan dengan tenang.

Shilla mencibir. "Ngapain gue emang! Yang ada elo seharian dikamar, ngapain? Hah?". Jawab balik shilla.

Dilan berdecak. Sudah malas kalau malam malam seperti ini ia harus berdebat dengan adik laknatnya.

"Beresin atau gue ambil laptopnya?". Pertanyaannya membuat shilla buru buru mengambil tisu yang berserakan dikasur maupun dilantai kamarnya.

"Buang! Langsung tidur. Gaada nonton nonton gitu lagi. Besok sekolah lo!". Lagi lagi dilan mengomelinya.

Shilla hanya mengangguk angguk pelan. Ia sudah tahu kalau dilan seperti ini, artinya dilan tidak main main memperingatkannya.

Untuk saat ini, cukup dilan yang menjadi penjaga setia nya. Tidak dengan yang lain.

《》《》《》

06:30 AM.

"Woi de! Buset lama bener noh anak tibang siap siap doang kaya mau pergi jauh". Teriak dilan.

"SEBENTAR, PAKE BEDAK DOLO BANG. LO TUNGGU MOBIL AJA". Ya, suara shilla tak kalah nyaring dari suara dilan.

Dilan hanya menggeleng geleng. Ia pun pergi menuju mobil sportnya.

ASHILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang