31. Keputusan

164 9 0
                                    

Seorang pria sedang meninju samsak dengan penuh amarah, kini amarahnya tidak bisa ia kendalikan dan samsak lah yang menjadi sasaran pelampiasan amarahnya.

"BANGSAT!" umpatnya dengan emosi sambil meninju samsak dengan sekuat tenaga.

"ANJING!" emosinya meledak. Sungguh, pria itu tidak bisa menahan amarahnya.

Sudah empat jam ia meninju samsak hingga punggung tangannya memerah.

"Fan lo tuh udah empat jam ninju samsak!" kata tasya yang tiba tiba masuk. "Lagian lo ngapain lukain diri lo sendiri? Lo ada masalah? Cerita sama gue! Jangan kaya gini fan!" lanjutnya. Tasya tidak mengerti kenapa alfan seperti ini, alfan seperti orang yang sedang kesetanan.

"Sebelum lo jadi sasaran emosi gue, mending lo keluar sya!" ujar alfan dengan nada tidak bersahabat.

"Gue gak akan keluar sebelum lo cerita sama gue!"

"Keluar sya!" tegas alfan.

"Fan!"

"KELUAR GUE BILANG! LO TULI!" ujar alfan dengan nada tinggi lalu ia meninju samsak dengan pukulan yang keras membuat punggung tangannya mengeluarkan darah.

Tasya langsung keluar, ia tidak mau menjadi sasaran emosi alfan, ia bingung, sebenarnya masalah apa yang menimpa alfan, sampai ia melakukan hal ini.

"Si alfan kenapa sih? Apa alin tau? Coba gue telpon deh" lirih tasya lalu mencari kontak alin hendak menelponnya.

"Hallo sya ada apa?" tanya alin dari sambungan telpon.

"Si alfan kenapa?"

"Emang dia kenapa?"

"Lo malah balik nanya! Dia tuh udah mukulin samsak empat jam nonstop! Lo gak tau dia kenapa? Dia gak cerita sama lo?"

"Hah! Alfan gak cerita apa apa sama gue!"

"Coba deh lo tanya besok di sekolah! Kali aja dia mau cerita sama lo"

"Oke"

Tasya menutup sambungan telpon tersebut, ia berjalan menuju kamar hilmi untuk menanyakan kenapa alfan.

Sesampainya di kamar hilmi, tasya tidak melihat hilmi di kamarnya, lalu orang itu kemana?

"Ih pasti di taman!" geram tasya 

Tasya melangkahkan kakinya ke taman, seperti biasa jika hilmi tidak ada di kamarnya pasti ia di taman.

Namun taman itu kosong, tidak ada siapa siapa di sana, tidak ada hilmi di taman itu. Lalu dia kemana?

"Si hilmi nih kemana sih! Udah di telan bumi apa gimana nih orang?!" tasya geram karena tidak kunjung menemukan keberadaan hilmi.
"Di telpon gak aktif!" lanjutnya.

Tasya semakin geram, ia terpaksa harus menanyakan ini pada vallerie yang ia anggap sebagai musuhnya. Ia mencari kontak vallerie laku memencet telpon. Ia tidak perlu repot repot untuk menemui wanita sok cantik itu.

"Gila nih orang! Lama banget ngangkatnya!" gerutu tasya, karena vallerie tidak kunjung mengangkat telponnya.

"Hai tasya? Apa kabar" ujar vallerie manis dari sambungan telpon. Untung di telpon, jika vallerie di hadapannya mungkin ia akan langsung meludahi wajahnya yang sok manis di depan semua orang.

"Hilmi dimana?" ujar tasya langsung ke inti, ia tidak suka basa basi.

"Lo gak mau nanyain kabar gue dulu? Basa basi dulu lah sya! Gak sopan banget"

"Tinggal jawab aja susah banget sih lo!"

"Yee mana gue tau hilmi dimana"

"Gak mungkin! Dimana hilmi?"

Fall In Love With Senior [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang