Happy Reading~~
•°•
Semua yang kamu lihat emang asli diriku, jika tidak suka maka tinggalkan saja. Kamu tahu? Aku sedang berbohong saat mengatakan itu:)
°•°"Lo gak pa-pa, Liv?" Tanya Rasti saat aku menelungkupkan kepala di lenganku, bel pulang telah berbunyi dan guru mata pelajaran baru saja mengakhiri pertemuan.
Aku hanya menggeleng sebagai jawaban, suaraku sedikit serak, entah mataku sebengkak apa.
Kurasakan Rasti mengelus punggungku pelan, "Pulang, yuk!" Ajak Rasti, karena keadaan kelas sudah mulai sepi. Teman kelasku sudah banyak yang pulang, hanya tersisa yang sedang piket.
Aku mengangkat wajahku, "Lo duluan aja, Ras. Gue nungguin Regan."
Rasti menggeleng, "Lo ikut gue,"
"Gak usah, Regan udah dijalan. Lo duluan aja, sopir lo pasti udah nungguin."
"Lo gak pa-pa kan, Liv?" Tanyanya memastikan.
Aku mengangguk, "Gue gak pa-pa, Ras. Tenang aja," Ujarku tersenyum.
"Kalau gitu gue duluan ya," Pamitnya dengan ekspresi yang tidak tega meninggalkanku.
"Hati-hati, Ras."
♡♡♡
Sepeninggal Rasti aku kembali menelungkupkan wajahku, rasanya hari ini aku lelah dan malas beranjak dari kelas. Bahkan teman sekelasku yang tadi piket sudah pamit pulang.
Ponselku berdering yang membuatku mengangkat wajah. Telepon dari Orbit, andai saja aku sedang tidak sakit hati sudah pasti aku sangat senang mendapat telepon darinya, tapi kali ini berbeda hanya rasa sakit yang kurasa.
Ponselku kembali berdering karena panggilan pertama tadi tak ku hiraukan, aku hanya memandangi ponselku dengan perasaan semakin berkecamuk.
Ku dengar suara langkah kaki yang berlari di koridor karena suasana sekolahku memang sudah sepi, hanya ada suara anak yang sedang latihan itupun tidak jelas karena kelasku di lantai 4.
Pandanganku tertuju kearah pintu kelas saat kulihat Orbit sedang berada disana mengatur napasnya yang ngos-ngosan dengan ponsel ditelinga.
"Aku nyariin kamu dari tadi," Ucap Orbit melangkah mendekatiku, ponselnya sudah ia simpan di saku celananya.
Aku tidak menggubris, "Oliv, kamu kenapa?" Tanyanya dengan lembut, biasanya aku akan luluh jika Orbit sudah seperti itu, tapi kali ini egoku yang lebih mendominasi. Orbit duduk di depanku, dari jarak dekat begini kulihat pelipisnya banyak keringat.
"Oliv," Panggilnya sambil menatapku dengan lekat, tangannya terulur meraih tanganku. Menggenggamnya kemudian mengelus punggung tanganku lembut--kebiasaan Orbit.
"Kalo gak mau cerita, gak apa. Aku gak bakal maksa." Ujarnya, "Kita pulang aja ya." Ajaknya kemudian berdiri, cowok itu mengambil tasku dan membawanya. Entah sihir apa, aku hanya mengikutinya.
Tetapi sampai di depan kelas aku kembali tersadar, perlahan ku lepaskan genggaman tangan Orbit yang membuat cowok itu heran.
"Kamu pulang sendiri aja, aku udah nyuruh Regan jemput." Ujarku kembali berbohong, barangkali Orbit akan percaya sama seperti Rasti.
Ku dengar helaan napas Orbit, "Kamu udah janji gak akan bohong lagi." Ujarnya menatap tepat di mataku.
"Aku gak bohong!" Kataku mengelak.
"Kamu bawa motor. Lagian Regan lagi latihan basket sekarang!"
Semudah itu ia tahu kalau aku sedang berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
O COUPLE [END ✔]
Novela JuvenilCerita ini bisa dibaca sambil kedip:v Gak percaya? Coba aja^.^ "Mungkin aku saja yang menganggap hubungan ini ada. Kamu tidak!" Cerita ini aku persembahkan teruntuk kamu yang merasa berjuang sendirian♡ Penasaran? Kuyy baca Happy Reading and Enjoy^.^...