Kita adalah pendaki penggunungan bias yang berusaha memperoleh puncak penengah
Karena terlalu tinggi,
terkadang angin emosi melukai awas wicara dan mengabutkan citra masa depan kita yang telah jengah
Sepatu-sepatu kita telah haus karena telah dipakai untuk waktu yang lama
Usang namun harum dengan putik-putik kenangan
Membuat kaki-kaki harap kita terus melangkah walau berdarah-darah
Sampai saat ini belum ada yang menyerah
Hingga tirai-tirai waktu membuat kita lengah dan lelah
Diberinya hadiah berupa ketentraman yang dirajut dari lepas
Ego kita adalah arah mata angin yang berlawan namun terpolarisasi oleh cinta
Tegar karena sudah melewati lini terluka bersama
Kita mengabaikannya
Sampai suatu saat momen membawa kita di puncak
dan yang ada hanya fatamorgana
Tidak ada Edelweis bahagia
Yang ada hanya pasrah
Tuhan tidak mengizinkan tangga-tangga langitnya untuk kita melangkah ke keabadian
Karena hubungan tidak ciptakan untuk berbagi luka saja
KAMU SEDANG MEMBACA
24 "Sekumpulan Hidup yang difrasakan"
PoetryPada 24 yang sama, dan 86400 yang berbeda Sebuah penggalan-penggalan diari hidup yang mempresentasikan proses menjadi dewasa. Berisikan impian, patah hati, rindu, pelajaran, dan apapun yang terlintas di kehidupan. Tulisan ini juga merupakan pr...