7. Dio pergi

2.8K 175 3
                                    

Pergi, menghilang, dan melupakan.
- Dio Calvino Jaguar

- Dio Calvino Jaguar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dio melangkahkan kakinya untuk masuk ke rumah. Waktu sudah malam, ia baru saja pulang dari club. Masa bodo jika ia mau berbuat sesuka hati. Dero, Papanya, sudah jarang pulang ke rumah akhir-akhir ini. Sedangkan Naya, Mamanya sibuk bekerja. Bahkan, Naya hampir setiap hari lembur.

Miskin bukan alasan Naya untuk menggilai kerja. Ia sama seperti kakeknya Dio, cintanya terhadap bisnis terlalu besar dibandingkan cinta pada Dero dan Dio.

Alasan Dero jarang pulang adalah, ia punya kekasih gelap. Hingga akhirnya Naya mengetahui hal itu. Dari sana lah, pertengkaran sering terjadi di rumah. Dan kemarin... Naya akan menggugat cerai suaminya.

Dio dulu memang nakal. Tapi, semenjak keluarganya berantakan, ia tambah menjadi-jadi.

Dio yang nakal, dan... tidak punya teman. Miris. Di rumah ia hanya bersama pembantunya, Mbak Sana. Hanya Mbak Sana yang mau menemaninya. Mbak Sana lah, yang merawatnya sejak kecil.

"Mabuk lagi, Mas?" tanya Mbak Sana saat Dio akan menaiki tangga.

Dio hanya membalas dengan dehaman kecil lalu kembali menaiki tangga untuk menuju kamar.

Dio merebahkan dirinya di kasur. Kepalanya sedikit pusing karena ia sempat minum-minum tadi.

Dio memejamkan matanya. Membayangkan bagaimana rasanya diperhatikan oleh Naya dan Dero. Dio membasuh wajahnya kasar lalu membuka matanya. Membayangkan saja Dio tidak bisa, apa lagi merasakannya. Hal itu tak akan terjadi.

Dio mencengkeram sprei kuat. "Kurang ajar!" umpatnya lalu bangkit duduk di tepi kasur.

Dio mengedarkan pandangannya pada jam di atas nakas. Sudah pukul 22.00 malam. Naya belum pulang.
Nggak usah pulang sekalian, sial!, batin Dio.

Dio memilih untuk tidur. Setiap hari pikirannya tak pernah tenang. Saat baru saja merebahkan dirinya di kasur, seseorang mengetuk pintu.

Emosi. Marah. Dio ingin membunuh orang mati. Buru-buru ia bangkit lalu membuka pintu.

Raut wajah Dio menjadi masam ketika melihat siapa yang datang. Dero, Papanya. "Apa?" tanya Dio datar.

"Kamu sudah tau, kan, kalo Papa mau cerai?"

Dio mengangguk. "Kenapa?"

"Kamu harus ikut Papa. Kamu akan Papa jadikan penerus perusahaan. Belajarlah dengan giat," ujar Dero lalu meninggalkan Dio.

Dio berdecih pelan.

"Dio nggak mau!" bantah Dio saat Dero sedang menuruni tangga.

Dero manatap anaknya tajam. "Itu perintah, bukan tawaran!"

CLARANDO(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang