11. the night when we....

57 14 3
                                    

"TAEHYUN SEDANG SAKIT! KAU MALAH MENYURUHNYA SEKOLAH?! KAU PUNYA HATI TIDAK, SIH?!!"

"Huh, apa peduliku? Lagipula ia telah mempermalukanku dengan kecacatan nya itu. Ia patut mendapatkannya!"

PRANG!

"Minhyuk berengsek!! Ayah macam apa kau?!!"

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam. Namun kedua orang tua Taehyun masih setia bertengkar sejak sejam yang lalu.

Taehyun hanya menghembus nafas pasrah di kamarnya. Menyalahkan dirinya sendiri yang menurutnya penyebab pertengkaran orang tuanya itu.

"Jangan salahkan dirimu.Pertengkaran mereka bukan salahmu." Tutur Ye eun seolah-olah dapat membaca pikirannya.

Taehyun mendengus.
"Tapi tetap saja aku merasa bersalah."
Lengosnya menarik selimutnya hingga sedada.

Ye eun baru membuka mulut untuk menjawab Taehyun namun bantingan pintu kamar Taehyun membuatnya terkejut dan bungkam seketika.

Brak!

Ayah Taehyun. Dengan wajah tak terkontrol.

Taehyun langsung bangkit dari posisi berbaringnya.

Terkejut. Ya, benar-benar terkejut. Serasa jantungnya mau copot.

"Abeoji?"

Plakk!

Taehyun meringis pelan dengan satu tangan memegangi pipinya dan satunya lagi menahan bobot tubuhnya.

"Anak tidak tahu diri!! Kenapa kau selalu membuatku sial, huh?!" Suaranya menggelegar. Nyaris memekakkan telinga lawan bicaranya.

"M-mianhae..." Lirih Taehyun masih di posisi yang sama. Tak berani menoleh ke arah ayahnya apalagi menatapnya.

Minhyuk tersenyum remeh.

"Kau pikir cukup dengan sebuah kata maaf?!!" Pria itu kembali membentak putranya. Lalu menjambak putranya seolah-olah itu hanya rumput yang mudah dicabut.

"Kenapa kau tidak mati saja, Taehyun?" Ucapnya sarkas. Mata tajamnya menatap tepat ke arah manik ketakutan itu. Tatapan bengis yang ingin memusnahkan sasarannya.

Tubuh Taehyun gemetar hebat. Bibirnya tak mampu berkata-kata lagi. Sakit. Itulah yang ia rasakan sekarang.

Ah tidak. Ia tidak boleh takut atau gelisah. Atau ia akan pingsan saat itu juga.

Prang!

Lemparan vas bunga itu tepat mengenai tengkuk Minhyuk.

Kini tengkuk Minhyuk terasa perih. Darah segar menetes perlahan dari tengkuknya.

"Apa-apaan—--"

"MENJAUH DARI PUTRAKU!!KEPARAT!!"

Minhyuk menghela nafas kasar. Melepas paksa tangannya dari rambut Taehyun.

"Kupikir pertengkaran kita sudah selesai." Ujarnya sembari memijit ringan pangkal hidungnya.

"Jika kau ingin pertengkaran ini cepat selesai, menjauhlah dari Taehyun." Jawab Somi datar. Namun dari sorot matanya bisa terlihat kemarahan yang mengebu-gebu.

"Jadi kau lebih mencintai anak cacat ini daripada aku? Begitu?"

"Kubilang menjauh."

"Oke-oke. Aku akan menjauh." Minhyuk mengangkat kedua telapak tangannya. Melangkah menjauh meski dengan wajah gusar.

Jangan pikir Minhyuk akan menyerah begitu saja.

Ketika Somi menghela nafas lega. Minhyuk kembali mengambil langkah mendekati Taehyun. Melayangkan pukulan keras. Seraya mengumpat.

Destiny || Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang