Waktu berlalu begitu cepat. jimin, jungkook dan seokjin sudah sampai di sebuah taman yang cukup besar taman itu berada tepat di pusat kota yang di mana di sana pasti ramai.
"ayo keluar"ucap jungkook sambil membuka pintu mobil dan menyuru jimin untuk keluar.
Mereka berjalan jalan santai sampai tidak sadar jika hari mulai gelap, karna lelah seokjin menyuruh mereka untuk beristirahat di salah satu kursi taman tersebut, untungnya kursi itu sedikit panjang jadi muat untuk bertiga.
"aku sudah lama tidak seperti ini"gumam jimin hampir tidak terdengar tapi untungnya jungkook mendengarnya.
"jangan terlalu berlebihan kau baru beberapa minggu berada di rumahku"ujar jungkook menanggapi.
"aku kan juga manusia, manusia butuh jalan jalan untuk menghilangkan rasa setres dan penat"jawab jimin ke jungkook.
"terserah kau saja"ujar jungkook acuh tak acuh.
"tapi bisah kah aku berjalan jalan seperti ini juga jika aku merasa bosan"tanya jimin kepada junhkook.
"tidak dan tidak akan penah terjadi"jawab jungkook agak sedikit membentak.
"kenapa seperti itu aku juga butuh jaln jalan jungkook, aku manusia bukan hewan yang bisah kau atur semau mu"teriak jimin ke jungkook, mungkin jimin akan menyesali perkataannya.
"kau itu sudah ku beli jadi jangan bersikap semaumu juga kau harus ingat jimin dirimu itu bukan lagi milik mu"ntah karna apa atau kerasukan apa jungkook menampar pipi jimin dan itu tidak main main, bisa di lihat darah segar mengalir dari sudut bibir jimin.
"jungkook"seru seokjin marah, dia menarik jimin ke belakang tubuhnya sementara jimin bergeming dengan ketakutanya.
'diam kau anak sialan'
'jangan membantahku jalang'
Ingatan ingatan itu dan juga rasa sakit akibat tamparan tamparan yang sudah pernah di terima oleh jimin merasuk ke dalam ingatanya dan membuat jimin hanya mampu terdiam dengan tangan kosong.
Dan seolah menambah garam ke dalam luka. Ucapan jungkook justru membuka lembaran baru di antara lembaran lama mimpi buruknya.
"kau akan tetap tinggal di rumahku! Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari rumahku selangkahpun. Tidak akan pernah"jungkook berujar geram dan setelahnya dia masuk ke dalam mobilnya dan membanting pintunya keras.
Jimin masih diam, dia masih terdiam sementara seokjin memeriksa lukanya, kelihatanya dokter itu juga mungacuhkan jungkook yang melesat pergi.
"sudut bibirmu berdarah, keliatanya pecah karna tamparan itu. Bagaimana kalau kita mampir dulu ke rumah sakit tempatku bekerja untuk mengobati luka mu"tawar seokjin ramah dan jimin tidak mampu menjawab.
Jimin hanya diam diah masih sibuk memikirkan kenyataan baru yang terpampang di depan trauma masa lalu yang menyeruak ke permukaan.
Jimin hanya tau satu hal.
Iblis bernama jeon jungkook itu tidak akan pernah mengizinkannya keluar, kita tidak tau.
Kelihatanya jungkook benar, jimin berurusan dengan iblis yang salah.
----------
Jimin itu sering di hina sering di caci maki oleh ayahnya ataupun orang lain, jimin sering sekali di bully di sekolah tetapi walaupun seperti itu jimin masih mau pergi ke sekolah, pikirnya jika dia berprestasi ayahnya akan sedikit bangga yah sedikit.
Jimin itu indah sangat indah, karna keindahannya itu pula dia sering hampir di lecehkan tetapi untungnya dia bisah menyelamatkan dirinya.
Walau pun jimin cantik yah bisa di bilang seperti itu, itu tidak bisa menutupi kebencian orang kepadanya contohnya para perempuan yang iri oleh pesona yang jimin keluarkan.
Tetapi dia selalu sabar, menangis?.
Dia terlalu banyak menangis ntah karna kedinginan atau karna kelaparan, jimin sudah merasakan itu semua.
Tetapi jimin tidak akan pernah menyerah demi keadilan.
T.B.C
Vomentnya dong hargai aku, aku capek lo T_T
💜💛💜
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS.[jikook]
FanfictionIni membungkusku dan ini menyakitkan tapi tidak apa apa, karna aku berjalan di kegelapan itu sendiri. "berikan aku penerus" "aku terima" Pedangxpedang BxB