Seokjin berjalan di sebelahnya dan beberapa perawat ataupun dokter yang bertemu mereka mereka akan dengan senang hati menyapa seokjin dan seokjin akan membalas senyuman mereka dengan ramah.
"Mereka sangat mengenalmu ya, kurasa aku bisa mengerti."Jimin tersenyum, "kau memang terlalu tampan untuk sekedar menjadi dokter."
Seokjin tertawa, "tidak, mereka melakukan itu karena aku atasan mereka. Aku anak pemilik rumah sakit ini, dan saat ini kebetulan menjabat sebagai direktur utama rumah sakit." Seokjin menoleh ke arah Jimin, "mereka melakukan itu karna aku atasan mereka. Sebenarnya aku memang tidak dekat dengan siapapun di rumah sakit ini, terlebih lagi, aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk berada di rumah jungkook, mengurusi dia jika dia terluka. "Seokjin menjawil ujung hidung jimin, "dan juga mengurusi mu, calon permaisuri jeon Jungkook."
Jimin tertegun, dia menatap seokjin dan perlahan senyum sedih terbentuk di bibirnya. "Ya, benar."
Seokjin melirik jimin, "aku masih mendukungmu. Aku akan bertaruh untuk mu, jadi jangan khawatir, jika itu memang bisa, maka aku akan menyelamatkanmu."
Jimin menatap seokjin dan dia tersenyum, "kau sangat baik."
Seokjin tertawa, tangannya terangkat untuk mengusap rambut jimin, "aku akan menjagamu. Aku sudah berjanji aku akan melakukan itu, kan?"
Jungkook duduk bersandar di atas kursi kebesarannya. Dia memutar mutar kursi itu dengan perlahan sementara kepalanya mendongak menatap langit-langit ruang kerjanya. Kepalanya terus berputar memikirkan mengenai kejadian saat dia menampar Jimin saat emosi dan juga saat seokjin membela Jimin dan menyembunyikan Jimin di belakang tubuhnya.
Tapi di banding semua itu, ada sesuatu dari pandangan mata jimin yang membuatnya bingung.
Pandangan itu terlihat begitu kosong dan hampa.
'jimin mengalami trauma!'
Ya, Jungkook ingat seokjin pernah mengatakan itu.
Tapi sekali lagi, Jungkook bukanlah sosok yang akan peduli. Dia tidak pernah peduli dengan bagaimana kondisi orang lain di sekitarnya. Jungkook belajar bahwa memahami kondisi orang lain dan memperhatikannya itu sama saja seperti membuka jalan bagi orang lain untuk menyakitiya.
Jungkook tidak sebodoh itu untuk terjatuh di tempat yang sama untuk ke dua kalinya dan karna alasan yang sama.
Tidak, dia tidak sebodoh itu.
Jungkook masih sibuk dengan pikirannya sendiri namun dia harus berhenti karna seseorang mengetuk ruang kerjanya.
Dan Jungkook melihat Jackson di sana .
Informannya yang paling hebat.
Jungkook menekan tombol yang berada di mejanya dan pintu ruang kerjanya terbuka. Jungkook memperbaiki posisi duduknya seraya menatap jackson, "kuharap kau sudah mengumpulkan semua yang aku inginkan."
Jackson terkekeh pelan, "tentusaja," dia berjalan menghampiri meja Jungkook.
Jungkook melirik Jackson dan juga sebuah PC tablet di tanganya, "jimin."
Jackson mengangguk, terlihat sangat santai, dia menekan nekan di PC tabletnya kemudian berdehem pelan. "Park Jimin, lahir 13 Oktober 18 tahun yang lalu. Dia adalah anak kedua dari keluarga Park generasi enam" Jackson menyeringai "Dia carrier, dan ayahnya sangat membenci fakta itu karena dia beranggapan seorang Carrier itu lemah karna itulah dia sering di siksa oleh ayahnya sendiri, dan dia sering sekali di paksa bekerja walau sakit.
Jungkook mengambil black card itu dan meletakkanya di atas meja, "baiklah kerja bagus, aku akan menghubungi mu lagi nanti."
Jackson mengangguk pelan, "bos, kau harus tau satu hal."
Jungkook mendongak menatap jackson, "hmm?"
"Kucing yang manis pun akan mengeluarkan cakar jika ketakutan. Dan cicak memutuskan bagian tubuhnya jika terancam. Pengorbanan perlawanan akan diberikan dengan sekuat tenaga, tidak peduli semanis apapun makhluk itu, sebaik apapun dia, semua makhluk hidup memiliki sisi bengis masing-masing." Jackson terdiam sebentar sebelum melanjutkan, "Jimin itu.. kurasa iya tidak seperti yang terlihat."
Jungkook tersenyum miring, "kurasa aku masih sanggup menghadapi apapun itu yang menjadi rahasia kelam di dalam dirinya."
"Jeckson mendesah pelan, "oh yah, tentu saja. Bagaimana mungkin aku bisa lupa bahwa atasanku adalah sumber dari semua kegelapan itu sendiri?" Jackson menggeleng dramatis, "baiklah, aku pergi.
"Hmm.."
T.B.C
Vomentya dong💜💛💜
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS.[jikook]
FanfictionIni membungkusku dan ini menyakitkan tapi tidak apa apa, karna aku berjalan di kegelapan itu sendiri. "berikan aku penerus" "aku terima" Pedangxpedang BxB