Seokjin bersenandung pelan untuk menghilangkan atmosfer tegang yang terasa begitu mengudara di antara mereka. Dia bergerak dengan hati-hati untuk membersihkan luka di sudut bibir jimin yang pecah karna tamparan kuat jungkook.
"kalau terasa sakit, katakan saja, aku akan berusaha lebih pelan," ujar seokjin seraya menekan kapas berbalut alkohol dingin ke sudut bibir jimin dengan gerakan pelan.
Jimin hanya diam, dia tidak mengatakan apapun dan hanya terfokus menatap seokjin yang sedang sibuk merawat lukanya.
"tamparanya kuat juga, tidak ku sangka dia akan benar-benar menggunakan tenaganya saat menamparmu," seokjin berdecak, "Tidak seharusnya dia sekasar itu."
Jimin masih diam, tapi dia mengangguk dengan perlahan, "aku.. baik."
"Tamparannya terasa begitu menyakitkan ya? Jangan khawatir, aku akan menamparnya nanti untuk mu."seokjin berujar santai dan dia kembali meneruskan pekerjaanya.
"Tidak apa, aku.. sudah terbiasa."
Dan gerakan tangan seokjin terhenti seketika, dokter itu terdiam kaku dengan tangan yang masih mengambang di atas kulit Jimin.
Jeda itu terasa begitu panjang hingga Jimin akhirnya tidak tahan untuk tidak memecahkan keheningan itu.
"Seokjin-ssi?"
Seokjin agak tersentak, dokter itu berdehem pelan lalu kembali meneruskan pekerjaannya dan tersenyum puas saat dia sudah selesai, "sudah selesai, kita bisa pulang Sekarang."
"Tapi sepertinya aku akan ke kamar kecil dulu biasah kau menunggu dulu,"jimin hanya mengangguk,"aku akan kembali dalam lima menit."seokjin berujar dan setelahnya dia berlari keluar dari ruangannya.
Jimin bergerak untuk turun dari brankar di ruang pemeriksaan seokjin. Dia berjalan-jalan ke sekitar ruangan itu dan di sana memang tidak banyak hal yang menarik, ruangan seokjin nyaris seperti ruangan kerja dokter pada umumnya.
Mungkin yang membedakan hanyalah luas ruangan ini dan juga beberapa barang yang terlihat lebih mewah daripada barang-barang diruangan dokter pada umumnya dan hey terserah dia, rumah sakit ini miliknya.
Jimin berjalan lagi dan kali ini ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Itu adalah sebuah benda yang terletak di atas meja seokjin. Selain benda itu, Jimin juga melihat tempat pena, kalender meja, jam meja kecil, setumpuk berkas, dan juga vas bunga dengan bunga segar.
Benar benar bunga segar, cukup mewah pikir Jimin.
Dan akhirnya Jimin melangkah untuk mengambil bendah yang menarik perhatiannya.
Itu adalah sebuah bingkai foto.
Jimin membalik foto itu dan dia melihat seokjin di sana, dia terlihat jauh lebih muda, mungkin foto ini di ambil saat mereka sekolah menengah?
Tapi bukan senyum manis seokjin yang membuat Jimin tertarik. Yang membuat Jimin tertarik adalah Jungkook, jeon jungkook, sedang berdiri di sebelah seokjin.
Rambutnya bewarna merah marun dan dia tersenyum sangat lebar seraya menatap kamera, dengan tangan lainya yang merangkul seorang gadis.
Gadis itu memiliki rambut berwarna hitam kelam yang lurus hingga mencapai bawah dadanya, dia tertawa ke arah kamera dan Jimin melihat tangan gadis itu berada di sekitar pinggang Jungkook.
Gadis itu memeluknya.
Memeluk jeon Jungkook dengan begitu santainya.
Siapa dia?
Jimin mendengar derap langkah cepat menuju tempatnya berada dan Jimin bergegas meletakkan bingkai foto itu kembali ke tempat semula. Tepat ketika dia selesai melakukannya, pintu ruangan seokjin terbuka dan Jimin melihat dokter itu sudah berdiri di sana.
"Nah, ayo pulang."seokjin berujar santai dan seokjin mengangguk pelan.
T.B.C
Vomentnya dong gues.
💜💛💜
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS.[jikook]
FanfictionIni membungkusku dan ini menyakitkan tapi tidak apa apa, karna aku berjalan di kegelapan itu sendiri. "berikan aku penerus" "aku terima" Pedangxpedang BxB